Part 82

1.6K 124 10
                                    

M E L O D Y

♡♡♡

Setelah bel berbunyi dan jam tambahan habis karena waktu latihan sudah selesai, mereka semua memutuskan untuk pulang. Tapi beda halnya dengan Syanaz. Rasanya ia sangat malas untuk pulang kerumah, belum lagi ayahnya selalu berbicara tentang keberangkatan besok. Dan gimana Shareen? apa saat ini ia sedang marah? Terus bagaimana ia harus menjelaskan tentang ini kepada Reyhan? Ia takut juga Reyhan akan marah sama seperti Shareen dan kecewa padanya.

Di tengah perjalanan menuju parkiran, Syanaz masih memikirkan cara untuk memberitahu Reyhan perihal ini. Dengan hati-hati gadis itu mengajaknya untuk sekedar mampir ke tempat terdekat dari sekolahnya.

"Ke Coffeshop dulu mau?" tanya Syanaz.

"Pulang aja ya? aku cape banget," bohong Reyhan.

"Mmm, okey,"

Reyhan sebenarnya tidak tau maksud Syanaz ingin mengajaknya untuk tidak pulang dulu. Ia hanya takut kalo Syanaz ingin membicarakan tentang kepergiannya ke Singapore esok hari seperti yang Ia dengan tadi. Rasanya belum siap untuk berpisah dengan kekasihnya itu, kisah mereka baru saja mulai.

Selama perjalanan mereka berdua hanya saling terdiam, Reyhan sibuk dengan pikirannya sendiri, dan begitupun Syanaz, apa ia harus mengakhiri hubungannya dengan Reyhan? Ia juga tidak mau di anggap egois dengan membiarkan Reyhan menunggunya setelah ia pindah ke Singapore. Ia juga belum tau ingin kembali ke Indonesia lagi kapan?

Kini mereka tengah berhenti di lampu merah. Seperti biasa bila lampu merah, siku Reyhan selalu bersandar di paha Syanaz. sekedar mengistirahatkan tangannya yang lelah menyetir.

"Ga kerasa ya, 4 bulan lagi kita naik kelas 12," ucap Reyhan tiba-tiba.

"Iya, udah saatnya juga kamu belajar buat PTN kamu, biar bisa di terima UI," jawab Syanaz karena itu adalah mimpi kekasihnya.

"Kayanya aku harus belajar ekstra kali ini, tiba-tiba aku pengen kuliah di NUS,"

Syanaz hanya terdiam, sedikit kaget dengan jawaban Reyhan. Pasalnya Reyhan sangat ambis untuk kuliah di Universitas yang sangat ia inginkan. Lalu sekarang Ia kenapa ingin malanjutkannya di Univ ternama di Singapore?

"Kenapa tiba-tiba?"

"Kamu tau ga, bahagia aku itu ada di kamu?"

Syanaz hanya terdiam.

"Sebenarnya aku kecewa, aku harus tau ini dari orang lain, bukan dari mulutnya sendiri yang jujur ke aku. Tapi aku juga gamau egois kalo harus nahan kebahagiaan itu untuk tetap ada sama aku, jadi aku rasa aku gapapa aku nunggu setahun lebih untuk aku bisa ketemu dan jalanin hari-hari aku yang bahagia kaya gini sama dia lagi nanti,"

Syanaz masih terdiam, lampu merah pun sudah berganti warna menjadi warna hijau. Reyhan melajukan motornya dengan sangat santai, karena ia tak mau meninggalakan momentnya sedikit pun saat sedang bersama Syanaz.

Berbeda hal dengan Syanaz. ternyata Reyhan sudah mengetahuinya lebih dulu tentang kepindahannya ke Singapore. Dijalan ibu kota sore hari langit tanpak cerah jalanan cukup padat. Lagi dan lagi hanya ada hening di antara dua insan yang saat ini masih berperang dengan pikirannya masing-masing.

♡♡♡

Dilangit sore yang masih cukup cerah, di pemakaman hanya ada seorang gadis yang tengah berjalan menuju salah satu makam yang tak pernah sepi dari taburan bunga. Gadis itu berjongkok, menaruh 5 tangkai mawar putih di atas makam seraya memanjatkan doa. Setelah memanjatkan doa, gadis itu mulai bercerita kepada makam itu.

"Hai, apa kabar kamu disana?" kata gadis itu.

"Maaf, baru bisa jengukin kamu sekarang, kemarin aku masih anggap semua ini cuma mimpi yang gaakan pernah jadi kenyataan,"

"Tapi aku disadarkan sama temen-temen aku, mereka sayang banget sama aku, kamu gausah khawatir," sambungnya seraya tertawa miris.

"Aku mau cerita boleh?"

Meskipun ia tahu tidak aka nada yang menjawabnya, tapi gadis itu terus berbicara pada makam itu.

"Kamu tau ga? Ada yang mau ninggalin aku lagi tau,"

Gadis itu membuang nafasnya gusar, "Habis ini siapa lagi ya yang bakal ninggalin aku?"

Gadis itu terus memandang nisan itu, "Sekarang aku jadi lebih sering nanya ke kamu ya? maaf ya aku jadi bawel gini, biasanya kan kamu yang selalu nanya-nanya gini ke aku, pasti kamu sebel ya kalo aku ga respon kamu, maaf ya, aku terlalu banget ya cuekin kamunya?" tanya Shareen.

"Rasanya masih berat, tapi aku gamau kalau kamu disana sedih, kata Syanaz kalau aku sedih kamu juga akan sedih,"

Gadis itu terus bercerita tentang bagaimana ia sekarang setelah kepergiannya.

"Oh iya, aku udah baca Novel dari kamu, Novelnya bagus, aku suka, aku udah baca berulang kali dan ga ngebosenin, coba kamu dari awal kasih tau aku tentang yang kamu suka hal yang sama kaya aku, pasti sekarang kita udah banyak bahas buku-buku itu, seru deh bayanginnya,"

Kini gadis itu sudah tidak bisa membendung air matanya, air matanya lolos membasahi pipi merahnya.

"Dani....,"

"Kamu tenang aja aku nangis bukan karena belum ikhlas ko, tapi..."

"Aku sedih, Papah sama Syanaz bakal ninggalin aku, mereka mau pindah ke Singapore, aku egois ya kalo aku maksa mereka tetep disini?" tanya gadis itu lagi.

"Tapi aku ga siap kalo harus jauh dari mereka, kepergian kamu aja masih membekas di hati aku,"

Kini gadis itu menangis didepan makam seraya terus bercerita. Sampai hari sudah hampir gelap dan gadis itu memutuskan untuk pulang. Tapi tidak kerumah Reyhan, melainkan kerumah Syanaz.

"Kalo gitu aku pulang dulu ya?"

Gadis itu beranjak dan mencium nisan itu. "Aku akan sering-sering nengokin kamu kesini, bye, Dan," pamit Shareen.

♡♡♡

jangan lupa follow & vote yaa🐟🤍

luv all🤍🪷

Melody is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang