Part 12

2.2K 135 15
                                    

M E L O D Y

♡♡♡

Reyhan sedang berjalan di pinggir lapangan sekolah sekolah setelah pelajaran vocal dan latihan untuk pensi nanti. Niatnya kini Ia akan menuju kantin menyusul teman-temannya yang sudah menunggunya sejak tadi, karena Ia tadi sempat mampir ke toilet.

“Shareen, awas!” teriak Naila dari jauh ketika melihat akan ada bola yang mengenai dirinya.

Hap

Reyha dengan sigap menangkap bola basket yang nyaris mengenai Shareen yang tengah duduk tepat di pinggir lapangan seraya membaca buku itu.

“Yang bener dong lo kalo main!” ucap Reyhan lalu membanting bola basket itu kelapangan.

“Maaf ka, maaf,” ucap salah satu murid yang tadi ingin mengenai bola basket ke Shareen.

“Kamu gapapa kan Reen?” tanya Naila yang melihat Shareen masih tampak syok atas kejadian tadi, Shareen hanya menggeleng kepala menatap Naila. “Syukurlah,” sambung Naila merasa lega.

Reyhan menatap Shareen cukup lama, begitupun dengan Shareen. Netra mereka benar-benar bertemu melekat satu sama lain. Tanpa mengucap sepatah kata pun lalu Reyhan meninggalkan Shareen dan Naila, karena niat awalnya Ia hendak ke kantin menemui teman temannya.

Belum jauh Reyhan melangkah, langkahnya terhenti.

“Thanks udah nolong gue,” ucap Shareen kepada Reyhan.

Reyhan hanya menengok kearah Shareen dan membalasnya dengan senyum manis miliknya, lalu berlalu pergi.

Senyuman itu? Tatapan itu?

Entah kenapa ketika Reyhan menatap dirinya tadi, Ia merasa tatapan Reyhan berbeda. Ia seperti pernah melihat tatapan itu sebelumnya, tapi dimana? Itu yang saat ini menggagu pikirannya. Reyhan hanya orang asing baginya, jadi ga mungkin Ia pernah kenal lama Reyhan. Setelah kejadian itu Shareen dan Naila meninggalkan lapangan untuk kembaki kekelasnya.

♡♡♡

“Si Rey kemana? lama banget dia ke toilet,” tanya Pijar yang sedari tadi menunggunya di kantin bersama teman-temannya.

“Sabar Jar mungkin belum selesai, nanti juga datang dia,” ucap Novita.

"Paling lagi ngurusin pacar taruhannya,” ketus Bunga, yang langsung di bekap mulutnya oleh Pijar.

“Ihh apaansi, tangan lo bau tau ga,” protes Bunga dan menepis tangan Pijar.

Iuhhh!!

Huwek!

“Mulutnya Bunga, inget ini lagi dimana?” bisik Pijar.

Bunga memang kesal bila sudah bersautan dengan yang namanya Syanaz, makanya sifatnya lebih sensitive kalo soal gadis itu.

Kini mulai terlihat batang hidung seseorang yang sedari tadi mereka tunggu-tunggu. Lelaki itu terlihat santai memasuki kantin dan berjalan mendekati meja yang letaknya dipojok kantin, lalu duduk persis di sebelah Pijar seraya menepuk pelan pundak lelaki itu.

Melody is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang