83 : Christmas Dinner

642 73 4
                                    

𓍊𓋼𓍊𓋼𓍊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𓍊𓋼𓍊𓋼𓍊

Ketukan di pintu membuat Draco cepat-cepat menutup album milik River dan menyusun kembali barang-barang milik gadis itu ke dalam tas ransel.

"Draco, apa aku boleh masuk?" suara Narcissa terdengar dari balik pintu.

"Masuk!"

Narcissa membuka pintu dan berdiri di depan pintu kamar Draco. "Apa aku sudah memberitahumu bahwa ada tamu yang akan bergabung dengan kita malam ini?"

Draco mengernyitkan dahinya. "Ibu tidak bilang."

"Well... ibu baru memberitahumu dan ibu harap kau akan tiba tepat waktu untuk makan malam dan tentunya tampil menawan!"

Narcissa menutup pintu kamar Draco setelah memberitahu putranya tentang rencana makan malam mereka di malam natal ini.

Draco duduk di pinggir tempat duduknya. Dia merogoh sakunya dan menarik secarik surat dari saku jas nya. Dia menarik napasnya sebelum membuka surat itu.

Draco!!

Aku tidak tau mau memulai darimana. Aku ingin pembukaan surat ini terasa ceria.

Aku sudah membaca suratmu. Sangat terlambat karena aku terlalu sibuk memikirkan kapan saat yang tepat untuk merapalkan mantra Obliviate pada paman dan bibi ku. Ya... tebakanmu benar.

Draco, saat kau membaca ini, aku mungkin sudah tidak lagi bersama mu. Tapi kau harus tau bahwa aku pasti baik-baik saja. Jangan mencemaskanku.

Saat kau membaca ini, aku mungkin sedang bermain dengan sepupu kecilku. Namanya Liam. Dia anak laki-laki yang sehat. Aku memang belum bertemu dengannya saat ini karena aku menulis surat ini di St. Mungo selagi paman dan bibi berpamitan pada Professor McGonagall.

Aku menitipkan surat ini pada teman-temanku. Kau ingat mereka, kan?

Draco, maafkan aku karena kali ini aku yang pergi darimu. Aku mencintaimu, tapi setelah perang usai pun, kita tidak memiliki harapan. Orang tua mu pasti tak akan pernah menginginkan gadis sepertiku untuk menjadi pendamping anak mereka.

Aku ingin berterimakasih kepadamu. Terimakasih karena sudah menjadi teman dansa ku untuk pertama kalinya. Terimakasih karena telah membuatku merasa dicintai dan mencintai. Terimakasih karena sudah berjuang bersama ku.

Cherry

Draco meletakkan surat itu diatas tempat tidurnya. Dia tidak bisa menangis. Perasaannya sangat hampa. Bahkan terlalu hampa sampai dia tidak bisa mengeluarkan air mata setetes pun. Perasaan hampa itu menyelimutinya.

Dingin, hampa, sesak, menyakitkan. Semuanya terlalu banyak dan terlalu berat untuk ditanggung sendirian.

𓍊𓋼𓍊𓋼𓍊

Astronomy TowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang