Astronomy Tower

24 : Last Goodbye

𓍊𓋼𓍊𓋼𓍊

Jam menunjukkan pukul satu dini hari. River sudah menyiapkan barang-barangnya di dalam tas ransel hitamnya dan berdiri di depan pintu bersama Paman Haymitch. Hagrid sudah menunggu di luar pintu.

Paman Haymitch memeluk River sebelum pergi. "Ayo bergegas! Hagrid sudah menunggu. "

River tersenyum sebelum pergi. Hagrid juga tersenyum pada paman River.

"Ini! Kenakan helm mu!" Hagrid menyerahkan helm pada River.

River menerimanya dan mengenakan helm nya. River naik ke atas motor Hagrid.

"Oke! Ini saatnya kita pergi. Apa kau siap River?"

River mengangguk. Ia menoleh ke arah pamannya sambil melambaikan tangannya.

Hagrid segera menancapkan gas motornya. River mengeratkan pegangannya.

Motor Hagrid melaju dengan kencang dan ketika tiba di ujung jalan, motor itu melayang. River menoleh ke bawah dan masih bisa melihat pamannya masih berdiri di ambang pintu.

"Hagrid, darimana kau mendapatkan motor ini?? Apa ini milikmu? Aku tak tau kau punya benda keren ini sebelumnya."

Hagrid tersenyum. "Motor ini milik Sirius," Hagrid menjeda ucapannya, "aku meminjamnya. Mungkin setelah ini akan menjadi milik Harry."

River jadi merasa canggung. Membahas segala hal tentang Sirius membuatnya merasa tak nyaman. Nama Sirius mendadak selalu mengingatkannya tentang Kementerian Sihir. Menyaksikan Sirius mati di hadapannya dan tak dapat melakukan apapun sejujurnya selalu membuatnya merasa bersalah.

Bagi River, Sirius hanya pria baik hati yang membantunya beberapa kali saat di Kementerian Sihir. Tapi bagi Harry, pria itu adalah ayah baptisnya. Orang yang selalu melindunginya. Orang terdekatnya selain orang tuanya. River tak bisa membayangkan seperti apa perasaan Harry sekarang.

River diam-diam berpikir tentang perasaan Harry. Dia masih muda tetapi harus menyaksikan bagaimana Cedric dan Sirius mati di hadapannya. Harry sudah mengalami banyak hal selama ini. Dia sudah melihat berbagai hal mengerikan di hadapannya.

Ngomong-ngomong tentang Cedric, River jadi memikirkan sesuatu.

"Hagrid!"

Hagrid menoleh sesaat ke arah River.

"Apakah kita bisa singgah ke suatu tempat terlebih dahulu?"

"Tentu! Tapi kemana?"

°°°

River berdiri di depan makam yang bertuliskan nama Cedric Diggory. Hanya dengan melihat namanya, badan River terasa membatu. River tersenyum pedih. Dia berusaha untuk menahan air matanya.

Dia berjongkok di dekat makam Cedric dan membuka tas ranselnya. Dia mengambil sebungkus cokelat kodok dan buku harian miliknya kemudian menyobek halaman yang terdapat gambar Cedric. River yang melukisnya. River melukisnya saat memiliki waktu senggang.