79 : I Love You So

658 73 1
                                    

𓍊𓋼𓍊𓋼𓍊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𓍊𓋼𓍊𓋼𓍊

River dan yang lainnya sudah kembali ke area pertempuran. Banyak cahaya disana sini. Adrenalin River terpacu. Rasa takut untuk mati mendadak menghilang digantikan dengan rasa takut akan kekalahan.

Kilatan-kilatan cahaya menyambar dari sana sini dan River mulai bergabung dalam pertempuran. Cahaya menyambar kesana sini dari tongkatnya yang menyebabkan seorang pelahap maut yang nyaris menyerang Parvati mendadak terpental jauh menghantam reruntuhan.

"Bagus sekali, River!!" teriak Parvati.

River hanya mengacungkan jempolnya dan kembali menghadapi para pelahap maut. Namun sayangnya, yang kali ini lebih kuat hingga River sedikit terpojok ke koridor. Saat River benar-benar kesulitan menangkis lawannya, tiba-tiba kilatan cahaya menyambar lawannya.

River menoleh ke belakangnya. "Fred! Percy!" katanya riang.

"Well... halo, Willson!" sapa Percy. "Halo juga pak menteri!" katanya menyapa orang yang menyerang River serta memberi satu serangan terakhir yang menjatuhkannya.

"Apa sudah kubilang aku mengundurkan diri?"

"Kau bercanda, Perce!" teriak Fred ketika Pelahap Maut yang dilawannya pingsan karena kekuatan tiga mantra pemingsan sekaligus.

"Keren!" puji River saat melihat Thicknesse jatuh ke lantai dengan
paku-paku kecil muncul di sekujur tubuhnya; dia tampak berubah menjadi sesuatu yang mirip
landak laut.

Fred memandang Percy dengan perasaan senang. "Kau benar-benar bercanda, Perce....kurasa sudah lama kami tidak mendengarmu
bercanda sejak...."

Langit meledak saat Harry, Ron dan Hermione bergabung bersama mereka. Bahaya terasa sangat jauh untuk sesaat di menit itu saat tiba-tiba langit bergemuruh hebat dan teriakan menggema dimana-mana.

River merasakan seluruh kehidupannya berkelebat di matanya. Tiba-tiba dia memikirkan bagaimana kabar paman dan bibi nya. Bagaimana bayi mereka?

Dia mengerjapkan matanya yang tertutupi debu reruntuhan. Tongkatnya masih digenggamnya dengan erat. Dia melihat Harry setengah tertimbun reruntuhan, namun Hermione cepat-cepat menolongnya. Di sisi lain, River melihat tiga lelaki berambut merah berkumpul di tanah dan meraung.

Telinga River masih berdengung hebat. Dia mendekat ke arah mereka secara perlahan dan mendapati Fred tergeletak di tanah sementara Percy mengguncangkan tubuhnya.

River menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Badannya terperosok di lantai. Air matanya mengalir tanpa aba-aba, menghapus debu dari pipinya.

River tidak bisa percaya bahwa Fred tiada. Semua ini pastilah mimpi. Tidak mungkin.

Namun sesaat kemudian, langit kembali bergemuruh. Beragam mantra kutukan turun bagaikan air hujan dan beberapa badan berjatuhan dari atas mereka.

"Berlindung!" teriak Harry yang mulai melindungi dirinya sendiri saat serangan meluncur secepat kilat.

Ron menutup badan Hermione sementara Percy melindungi Fred yang tergeletak di tanah.

"Kita tidak bisa diam saja! Ayo bergerak!" teriak Hermione.

River tersadar. Dia melihat Fred untuk yang terakhir kalinya. Dan kembali berdiri. Dia keluar dan kembali menghadapi para pelahap maut di luar sana.

Berbagai serangan dia lakukan, sesekali membantu temannya yang lain. Semua serangan dia lakukan untuk Fred dan untuk teman-temannya yang gugur.

River bahkan membantu Seamus yang sempat kesulitan dengan salah satu pelahap maut. Dia mengangkat pelahap maut itu dan melemparkannya ke udara yang mana menyebabkan enam orang pelahap maut menyerang River dan Seamus secara bersamaan.

Seamus kewalahan menghadapi tiga pelahap maut dan River mencoba mengalihkan sisanya hingga mengakibatkan River terlibat kejar-kejaran sambil saling serang bersama tiga orang pelahap maut.

River terpojok saat didepannya, seorang pelahap maut berdiri menghadangnya.

River mengeratkan genggaman pada tongkatnya. Kengerian menjalari seluruh tubuhnya, namun dia cepat-cepat menghilangkan perasaan itu dan bersiap. Bukan bersiap untuk mati namun bersiap untuk menangkis serangan serta menyiapkan strategi kecil di dalam kepalanya.

River menoleh secara bergantian dan waspada kepada para pelahap maut itu. Tiba-tiba pelahap maut yang menghadangnya tadi membuka topengnya dan alangkah terkejutnya River saat melihat Draco berdiri di sana, tersenyum ke arahnya sambil mengarahkan tongkatnya ke arah River.

Tiba-tiba kilatan serangan melayang begitu saja dari tongkatnya disaat River lengah.

Mata River berkunang-kunang akibat cahaya dari tongkat Draco yang ternyata menjatuhkan para pelahap maut di belakang River. Saat dia menoleh ke belakangnya, para pelahap maut itu sudah tergeletak pingsan di tanah.

Air mata River terjatuh dengan sendirinya ketika dia berusaha melangkah tertatih tatih ke arah Draco yang langsung memeluknya erat. Tangis River pecah dalam pelukan Draco.

Draco menangkup pipi gadis itu. Dia memandangi wajah River yang tetap cantik sekalipun kotor karena tertutup debu.

"Aku... aku kira..." River terisak, "aku kira aku telah kehilanganmu! Aku kira kau akan membunuhku! Aku kira—"

River tidak dapat melanjutkan kalimatnya karena Draco mencium bibirnya. Kali ini dengan benar, bukan karena dia dalam pengaruh Firewhiskey atau apapun.

"Maafkan aku!" kata Draco yang dengan cepat kembali menarik River ke dalam pelukannya. "Kali ini, aku tidak akan pergi. Aku akan berada di sisi mu dan berjuang bersama mu. Aku mencintaimu, River!" bisik Draco sungguh-sungguh.

River melepas pelukannya. "Lalu bagaimana keluargamu?"

Draco terdiam. Namun keheningan mereka tidak bertahan lama saat tiba-tiba terdengar teriakan Voldemort.

River saling berpandangan dengan Draco sebelum akhirnya River menarik tangan Draco menuju ke luar dimana semua orang sudah berkumpul. Voldemort datang bersama para pasukan pelahap mautnya yang tersisa. Disana, Hagrid berdiri sambil menggendong Harry Potter.

Astronomy TowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang