05. pertemuan ketiga

1.7K 169 6
                                    

motor Paul membelah kota Jakarta dengan kecepatan diatas rata-rata. seperti nyawa tak ada artinya Paul melawan kematiannya sendiri. setengah jam yang lalu langit jakarta turun hujan tiba-tiba. bukannya melambatkan kelajuan motornya Paul malah melajukan motornya.

tidak ada satu orang pun yang tahu perang batin apa yang sedang dihadapi laki-laki itu. hingga apabila mati di malam ini juga tak membuatnya merasa menyesal.

jemput saja saya Tuhan. Paul mengatakan itu dengan sungguh-sungguh di dalam hatinya.

ciittt

braaakk

motor Paul terpental jauh sementara laki-laki itu terseret dengan benturan di kepalanya yang sangat keras.

bukan tanpa alasan atas kecelakaan tunggal yang dialami Paul, laki-laki itu sengaja membuat kecelakaan itu, ia menggunakan kecepatan paling tinggi lalu di tikungan ia sengaja nge-rem mendadak di atas aspal yang basah berkat hujan.

di jalanan sunyi Paul terdampar sekarat seorang diri. bukan kah ini yang diinginkan Paul? mengakhiri hidupnya sendiri.

baru saja meminta langsung di kabulkan. rupanya baru kali ini lah, Paul merasakan keberuntungan dalam hidupnya.

mata penuh kesedihan itu tertutup perlahan, seluruh tubuhnya merasakan kesakitan yang sangat amat sakit, detik-detik terakhir dari indera penciumannya ia bisa menghirup aroma hujan dengan dicampur darah segar miliknya yang mengalir menyatu dengan aspal.

***

Nabila mendengus merasa bosan, karena mobil yang ia naiki bersama Rony harus berjalan pelan di tengah hujan yang tambah deras.

"gak usah di tekuk gitu muka lo." seru Rony.

"ini mobil jalannya bisa lebih cepat lagi gak kak?" kesal Nabila melihat kecepatan mobil ini hanya 20 km/jam. sangat lambat.

"gak bisa. ntar kenapa-kenapa lagi, gue yang di salahin Abi nanti."

"tapi kak Rony ini terlalu lambat kapan sampainya coba!" keluh Nabila.

"kali ini enggak ya Nabila demi keselamatan lo." mobil tetap melaju dengan sangat pelan ditengah hujan padahal jalanan sangat lengang.

Nabila mengatup bibirnya tangannya menyilang di atas dada pandangannya ia buang ke luar jendela. Rony yang melihat itu tersenyum tipis ia tahu Nabila pasti sedang kesal dengan dirinya.

"jangan ngambek lah Nab."

"gak denger."

"janji deh gue beliin walens." Rony membujuk dengan makanan kesukaan Nabila.

"gak denger."

"gue beli 10 pack deh." tawar Rony.

"gak denger." kukuh Nabila.

"yaudah deh gak jadi gue beliin."

"gak ikhlas banget!" seru Nabila, "buruk sikuan tau kak Rony!"

*Buruk sikuan dalam bahasa Banjar seperti orang yang memberi tapi dia minta lagi apa yang ia beri pada orang yang sudah ia beri.

"apaan tu buruk sikuan."

"cari aja di google." ketus Nabila.

serendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang