11. tepi danau

1.5K 166 4
                                    

Nabila menggerutu kesal karena Rony mendadak tidak bisa mengantarnya pulang, lima menit yang lalu Rony mengirim pesan kalau dia harus menjemput Diva adiknya. kesalnya Nabila bukan karena Rony menjemput Diva tapi karena Rony baru mengabarinya sekarang.

Anggis dan Edo sudah pulang, ia tak punya teman lagi, Nabila tak punya pilihan selain memesan ojek online. sebenarnya ia bisa saja menelpon adik-adik nya yang ada di rumah atau Umma nya, tapi Nabila enggan karena tidak mau merepotkan.

Nabila menunggu dengan resah ojek online yang ia pesan baru saja.

"Nabila." sapa seseorang laki-laki yang cukup tak asing diingatan Nabila.

Nabila mendongak, "kak Paul?"

"mau pulang ya?" Nabila mengangguk mendapati pertanyaan itu.

"yaudah bareng gue aja." kata Paul santai.

"eh gak perlu kak," tolak Nabila, "aku udah mesen gojek kok."

"nah itu dia kang gojeknya." tunjuk Nabila pada seorang bapak-bapak yang memakai jaket berwarna hijau lengkap dengan helm nya yang berwarna senada.

sebelum Nabila naik ke atas motor itu, Paul lebih dulu menghampiri kang gojeknya dan memberikan selembar uang pecahan seratus ribu.

"dia ikut saya pak, gak papa yaa?" ucap Paul.

kang gojek itu menerimanya, "tapi tetep kasih bintang lima yaa."

"aman pak." ucap Paul.

Nabila melongo tak percaya atas apa yang baru ia lihat, bahkan sampai gojek itu pergi dari hadapannya, Nabila tetap memilih diam lebih tepatnya dia bingung.

"lo gak ada punya pilihan lain selain ikut gue." kata Paul menyadarkan lamunan Nabila.

"kok kak Paul gitu sih." ucap Nabila sedikit kesal.

"buruan naik." ucap Paul yang mulai menyalakan mesin motornya.

"lo mau diam disitu sampai besok?" tanya Paul tak menghiraukan muka kesal Nabila.

dengan wajah cemberut Nabila terpaksa ikut Paul.

perlu digaris bawahi terpaksa!

"gak ada yang jamin lo selamat naik gojek." ucap Paul di tengah jalan.

"emang aku bakal selamat kalau ikut kak Paul pulang." cetus Nabila.

"iya dan pasti." jawab Paul membuat Nabila terdiam.

keduanya sama-sama diam setelah itu, hingga akhirnya mereka berhenti di sebuah rumah makan. Nabila turun dari motor Paul dengan keheranan. ia membaca nama rumah makan itu yang di dominasi warna kuning.

Chick Idol

itu nama restoran nya.

"ayo masuk." ajak Paul.

"kita ngapain kesini kak?" tanya Nabila dengan wajah seriusnya.

"cuci piring." balas Paul asal, lalu mendahului gadis itu dalam berjalan.

Nabila buru-buru menyusul, "bisa pelan-pelan aja gak sih kak jalannya! aku harus lari tau ngejarnya." pundung Nabila.

Paul membungkukkan badannya untuk mensejajarkan tingginya dengan tinggi Nabila, "lo laper kan?"

Nabila diam tak menjawab, jantungnya masih tak aman karena ditatap Paul begitu dekat.

"gih pesan semau lo." ucap Paul menunjuk menu di depan mereka.

Nabila segera balik badan.

"halo mau pesan apa?" sapa seorang laki-laki di sana dengan ramah.

"hmm," Nabila tampak bingung dalam memilih.

serendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang