72. cinta dan obsesi

1.1K 134 43
                                    

"layaknya memberitahu pada orang buta soal warna, begitulah orang yang terlalu cinta."

-SERENDIPITY-

🌻🌻🌻

braakk!

"brengsek lo powl!" seru Salma naik pitam.

Paul yang fokus main PS dan Eca yang duduk disebelahnya menonton permainan Paul main PS, terlonjak kaget melihat kemarahan Salma. keduanya bangkit berdiri.

"bagus lo ya, bisa enak-enakkan selingkuh disini, gak punya otak lo!" ucap Salma tak habis pikir.

Paul menautkan kedua keningnya bingung, ia menghampiri Salma, "maksud lo apa sih?"

plakkk

satu tamparan keras Salma layangkan pada wajah Paul. dia sangat kesal sekali melihat Paul bersama Eca.

"lo beneran gak tahu apa pura-pura gak tau?"

"gue beneran gak tahu! maksud lo apa datang ke apartemen gue marah-marah gini?" tanya Paul memegang pipinya yang terasa nyeri.

Salma bertepuk tangan dengan meriah menatap dua manusia yang tak ada hati nuraninya ini, "jelas lo gak tahu, orang lo asik selingkuh disini."

"Salma! stop ya lo bilang gue selingkuh! gue gak selingkuh dari Nabila!" kesal Paul lama-lama.

"terus yang gue liat sekarang apa?" tanya Salma geram.

"jangan belibet deh Sal, lo ngapain ke apartemen gue marah-marah gak jelas banget." gerutu Paul.

Salma menghela napas beratnya, ia tak menyangka bisa memiliki sahabat bodoh seperti Paul.

"Nabila masuk rumah sakit, dan sampai saat ini dia belum sadar." cerita Salma.

Paul mematung mendengarnya.

"tadi malam dia kecelakaan." lanjut Salma.

"jangan bohong lo Sal." Paul masih tak percaya.

Paul masih mencoba berpikir positif. ia tak ingin berpikir yang tidak-tidak soal Nabila.

"apa faedahnya gue bohong dan marah-marah sama lo? Rony yang bilang ke gue tadi." seru Salma.

"Nabila kecelakaan dan masuk rumah sakit! dan lo malah disini berduaan sama mantan terindah lo! gila lo Paul!"

Paul terdiam cukup lama, ia masih mencerna semuanya. bukankah semalam Nabila pergi ke konser? kenapa malah dikatakan Nabila masuk rumah sakit?

"astaga Nyoman, ayo kita temui Nabila." pekik Eca dramatis.

Paul tersadar, ia segera mengambil kunci motornya, Eca segera menyusul.

"lo gak usah ikut!" sentak Paul.

"tapi aku khawatir sama keadaan Nabila, Nyoman." cicit Eca meraih tangan Paul.

"gue bilang gak usah ikut ya gak usah ikut!" bentak Paul menepis kasar tangan Eca.

Eca tertunduk dalam. ia membiarkan Paul pergi.

serendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang