42. tragedi

1.1K 118 7
                                    

ajaran baru dimulai untuk Nabila dan yang lainnya, kini mereka adalah seorang kakak kelas bagi adik kelas sepuluh dan tetap jadi adik kelas bagi kelas dua belas. 

aura seorang Kakak kelas yang baik hati dan ramah sedang Nabila pelajari dan tekuni. gadis itu tampak bersemangat datang kesekolah karena untuk pertama kalinya dia datang kesekolah dengan mengendarai motor sendiri.

karena Nabila sudah memiliki SIM dan KTP maka ia diijinkan oleh Abinya untuk berangkat ke sekolah pakai motor sendiri. betapa bahagianya gadis itu saat sudah memiliki dua benda pertanda bahwa ia sudah siap menjadi dewasa.

"misi kak, mau nanya kelas 10 D dimana ya?" tanya seorang perempuan yang mengenakan jilbab sama seperti dirinya.

Nabila terdiam sejenak, ia seperti tak asing dengan pertanyaan semacam itu. Nabila merasa dejavu karena di tahun sebelumnya ia menanyakan pertanyaan yang sama pada Salma waktu itu dan sekarang ada yang menanyakan hal itu pula kepadanya.

"kak."

Nabila tersadar, ia pun tersenyum, "adek lurus aja nah kalau ada tangga naik, nah kelas 10 D ada di lantai dua paling ujung."

Perempuan itu mengangguk mengerti, "makasih kak."

Nabila tersenyum, "sama-sama."

"gini rasanya jadi kakak kelas." kata Nabila penuh bangga.

***

"kalian di antar kan?" tanya Nabila.

Anggis dan Edo serempak mengangguk. sementara Nabila tersenyum mendapati jawaban itu.

"pulang nya biar aku anter ya, aku yang bawa, tumpang tiga kita." ajak Nabila antusias.

"bentar maksudnya kita gotik di atas motor lo gitu?" tanya Edo memastikan.

Nabila mengangguk, "lucu tahu kalau kita naik motor bertiga pasti seru!"

"bener juga yaa, yaudah boleh deh! sesekali kan, yaa gak." seru Anggis yang satu pemikiran dengan Nabila.

"gak ya! gila ya kalian! kalau kita kena tilang polisi gimana?" sambar Edo.

Anggis tersenyum lalu ia merangkul sahabatnya itu dengan hangat, "kan ada Abi nya Nabila yang bakal bikin kita terbebas dari tilang polisi."

Nabila mengajak Anggis untuk tos, "betul sekali!"

"lagian juga kan kita udah punya SIM dan KTP jadi aman lah pasti." ucap Nabila mencoba meyakinkan Edo.

Edo mendengus, "gue rasa otak kalian pada eror deh, gimana ceritanya kita tumpang tiga diatas motor matic punya Nabila."

"ish seru Edo! pokoknya lo harus ikut!" paksa Anggis.

"ogah! gue nanti duduk dimana kalau tumpang tiga."

"duduk di belakang gue sama Nabila lah, biar kalau jatuh lo duluan yang jatuh." celutuk Anggis.

"dih! tuh kan! punya niat jahat kalian sama gue!" seru Edo.

Nabila tertawa menanggapinya, "enggak Edo, ayolah Do ikut, masa keluarga durian runtuh gak bareng-bareng sih pulangnya."

"kapan lagi coba kalian aku bonceng, dan kita tumpang tiga di atas motor. ini pengalaman yang langka." ucap Nabila mencoba membujuk Edo yang masih enggan ikut.

serendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang