33. lapangan futsal

1.2K 146 14
                                    

Paul menatap ke sekeliling tribun, ia mencari Nabila tapi gadis itu ternyata belum sampai. padahal pertandingan sudah selesai satu babak.

lima belas menit waktu yang diberikan oleh wasit untuk beristirahat sejenak sebelum kembali melanjutkan pertandingan. Paul memasang wajah cemberut saat kehadiran Nabila belum ia temui.

"permisi."

Paul menoleh, "ya?"

"permainan bola kamu tadi bagus banget, aku suka." ucap seorang gadis yang baru Paul lihat, gadis itu memberikan sebotol minuman mineral air dingin.

Paul menerimanya, "makasih." jawabnya seadanya lalu berlalu pergi dari hadapan perempuan itu tadi.

baru beberapa langkah Paul berjalan, kakinya terpaku saat melihat Nabila melipat tangannya di dada menyaksikan momen tadi, Paul segera menyusul Nabila.

"jangan salah paham dulu, minumannya mau aku buang kok." ucap Paul menjelaskan langsung.

Nabila mengalihkan pandangannya, "diminum juga gak papa."

"kamu cemburu?"

Nabila menggeleng, "ngapain cemburu? minuman tiga ribu doang di cemburuin."

Paul terkekeh lalu ia melempar botol Aqua itu ke tong sampah, "udah kubuang."

Nabila menatap Paul intens dari ujung rambut sampai ujung kaki yang kini tengah berkeringat badan.

"kenapa Nabila?" tanya Paul heran.

"bisa gak usah keringatan gak kalau main bola?"

"emang kenapa?"

"keringat kamu itu ngundang hawa napsu mereka-mereka yang mau caper sama kamu!" jawab Nabila apa adanya.

Paul tertawa mendengarnya, "kalau gak keringat ya gak olahraga namanya nabilaa." ucap Paul gemas.

"nah ini! gak usah ketawa kayak gini!" cetus Nabila.

"kenapa gak boleh?"

"ngundang fitnah ketawa kamu." celutuk Nabila.

"sejak kapan ketawa bisa mengakibatkan fitnah." kekeh Paul.

"sejak tadi!" ketus Nabila lalu berjalan mendahului Paul untuk duduk di tribun.

Paul segera menyusul dan duduk di samping gadis itu, "kamu cantik kalau lagi cemburu."

Nabila menghela napasnya, "kan sudah aku bilang aku gak cemburu! kenapa sih ngotot banget, pengen banget di cemburuin."

"iya deh iya yang gak cemburu." balas Paul mengalah.

"Ul ayo babak kedua!" teriak salah satu teman Paul.

"aku main dulu yaa!" ucap Paul berpamitan, "see u nab nab!" sambungnya melambaikan tangannya ke arah Nabila.

Nabila menghela napasnya, lambat laun ia mulai terbawa suasana dalam pertandingan yang dilakukan oleh Paul dan timnya.

sesungguhnya kalian harus tahu bahwa damage seorang Paul bila berada di lapangan hijau sangat mempesona.

"gila ganteng banget Paul! mana dia yang paling tinggi! lo ada nomornya gak sih?"

"yaa gak ada lah, cuman nomor dia yang gak gue punya di tim futsal ini. langka banget nomornya."

"yaah sayang banget."

"orang ganteng selalu menantang kan? kayak Paul sulit dimiliki."

"iya bener banget, beruntung sih yang pernah jadi pacarnya dia."

serendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang