Nabila akan selalu mengingat hari ini. Senin nya sangat buruk, mungkin Senin di awal dia menjadi siswa di SMA ini masih bernasib baik karena di selamatkan Paul, kali ini tidak lagi.
dengan cerobohnya Nabila meninggalkan topinya untuk apel upacara bendera.
"sekali lagi saya peringatkan siapa yang atribut nya tidak lengkap silahkan berdiri di samping tiang bendera!" tegas wakil kepala sekolah berbicara disana.
"matilah aku!" lirih Nabila.
"mending kamu maju deh nab daripada diseret, malunya lebih bertambah lagi," saran Anggis yang di setujui Edo di belakang mereka.
Nabila melihat ke arah lapangan yang mulai ada dua orang siswa yang bernasib sama sepertinya tidak memakai topi.
"nab buruan! guru BK mau kesini tuh!" bisik Edo.
Nabila menghela napasnya, dengan berat hati ia harus berjalan ke depan dan berdiri di samping tiang bendera.
"semangat Nabila!" ucap Edo dan Anggis mencoba menyemangati gadis itu. Nabila membalasnya dengan anggukan kecil, terlihat lesu.
sesampainya di sana Nabila terus menunduk tak mau menatap kedepan, gadis itu merasa malu. dihatinya ia hanya mampu berdoa agar upacara bendera kali ini cepat selesai.
"hah bagus ya Paul! udah gak bawa topi, rambut panjang, pakai kalung lagi." omel guru BK pada Paul.
Nabila mendongak mendengar kata Paul, benar saja kini Paul berdiri tepat di samping kanannya. Nabila tertegun melihat keberadaan Paul sekarang.
"maaf pak." hanya itu yang Paul katakan. daripada mendengarkan omelan guru BK, Paul lebih tertarik pada gadis di samping nya saat ini.
"ini juga ketinggalan topi kamu? masih kelas sepuluh udah lupa aja sama topi!" sekarang guru BK itu berbicara pada Nabila.
Nabila menunduk sedikit takut dengan suara tegas guru BK nya. "iya pak maaf." cicit Nabila tak berani menatap guru BK nya.
"bentar kamu siapa?" tanya guru BK itu saat asing melihat wajah laki-laki di samping kiri Nabila, "kamu siswa disini? kok saya gak pernah liat ya? mana udah kelas dua belas lagi."
"saya orangnya emang tawadhu pak jadi jarang terlihat." sahutnya.
tunggu sebentar, Nabila sangat mengenali suara itu. gadis itu menoleh ke samping kirinya, matanya terlihat membulat sempurna saat mendapati Rony di sisi kirinya sekarang.
"kak Rony," ucap Nabila begitu saja.
"oh kamu kenal dia?" tanya guru BK itu pada Nabila.
Nabila mengangguk kikuk, "tetangga saya pak."
guru BK itu mengangguk kecil lalu tatapannya kembali kepada Rony yang menatap atribut pakaian nya lengkap gak ada yang kurang.
"ngapain kamu berdiri disini? kamu gak ada salah apa-apa." heran guru BK itu.
"saya terlambat masuk barisan satu menit tadi pak." ucap Rony menjelaskan kesalahan nya.
"satu menit mah gak papa, sana balik ke barisan kamu." kata guru BK itu.
Rony langsung menggeleng, "satu menit tetap pelanggaran pak, jangan menormalisasikan kesalahan ntar jadi kebiasaan pak, mau dibawa kemana nanti bangsa kita jika pemuda nya tidak punya jiwa kepemimpinan, ingat pak 2045 nanti kita akan menghadapi bonus demografi dimana usia produktif...."
"udah udah! terserah kalau kamu mau berdiri disini!" potong guru BK itu cepat membuat Rony tersenyum manis mendengar nya.
lalu pandangan Rony kini beralih pada Nabila, "jaga-jaga kalau lo pingsan." ucap Rony sedikit berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
serendipity
Teen Fictionapa yang pasti pernah di dapatkan manusia? keberuntungan. karena setiap pertemuan akan selalu ada keberuntungan yang menyertainya. bersama atau tidak bersama, memiliki atau tidak memiliki, dipendam atau dikatakan. semuanya tetap dinamakan cinta.