di minggu terakhir masa liburan mereka. sesuai rencana di awal, Nabila, Anggis, Edo akan melakukan liburan ke Bali. namun tidak hanya mereka bertiga saja yang akan berliburan tapi mereka juga bersama Paul, Rony, dan Salma.
masih ingat dengan tiga permintaan yang harus di kabulkan oleh Paul dan Rony? liburan ke Bali adalah permintaan kedua Nabila untuk mereka. sementara Salma bukan hal yang sulit untuk Nabila mengajaknya karena mereka memang cukup dekat sejak foto studio kemarin.
jadilah sekarang mereka seperti triple date. di bandara Nabila dan Paul terlihat bersenang-senang saat bermain koper airwheel, Anggis dan Edo pun sama begitu, berbeda dengan Rony dan Salma yang memilih duduk anteng sambil menunggu jam keberangkatan mereka seraya melihat ke empat orang itu begitu asik bermain koper di bandara.
"lo suka Paul kan?" Rony membuka obrolan.
Salma menoleh, "lo juga suka Nabila kan?"
Rony terkekeh mendengarnya.
"kenapa lo gak deketin Nabila aja? buat dia jadi pacar lo. gue yakin Nabila akan terima lo. kenapa lo gak buat Nabila juga jatuh cinta sama lo?" ucap Salma.
"ada beberapa manusia di dunia ini yang ditakdirkan untuk mencintai bukan memiliki, kayak kita contohnya."
Salma terdiam mendengarnya.
"biarlah langit tetap dipandang sebagai langit, sama kayak Nabila." kata Rony seraya tersenyum simpul, "mencintainya saja sudah cukup buat gue bahagia. gue gak mau serakah dengan harus membuat Nabila juga suka sama gue."
"ini namanya kelapangan hati."
"kalau lo bisa liat orang yang lo cintai bahagia dengan orang lain, maka ketulusan lo gak perlu di pertanyakan lagi." sambung Rony.
gadis itu seperti sedang digurui oleh Rony. bagaimana bisa ada kata cinta tak harus memiliki, sementara kita sudah terlanjur sangat mencintai? kelapangan hati bagaimana yang dimaksud Rony saat dengan jelas melihat orang yang kita cintai mencintai orang lain?
"kalau lo belum ngerti itu berarti lo belum setulus itu dalam mencintainya." ucap Rony bangkit dari tempat duduknya.
Salma mendongak, "mau kemana lo?"
"mau beli kopi kenangan di Indomaret, kenapa? mau ikut?"
Salma mengangguk kecil, "boleh deh."
sementara Salma dan Rony berbelanja ke Indomaret. Nabila, Paul, Anggis, dan Edo masih asik dengan dunia mereka yang lebih terlihat seperti masa kecil kurang bahagia.
mereka berempat membuat balap-balapan dengan koper airwheel mereka masing-masing.
"gue menang!" pekik Paul dengan jumawa.
Nabila menyusul, "gak bisa harusnya aku tadi, kamu curang Powl kamu ajak aku ngobrol tadi kan aku jadi gak fokus." protes Nabila.
"kan gak ada peraturan nya gak boleh ngobrol sama lawan main, jadi menang ku sah." elak Paul, kali ini ia tak akan mengalah pada Nabila.
Nabila berdecak kesal, "awas aja sampai Bali kan ku culik spekta terus kujadikan opor!"
Paul tertawa, "emang kamu tahu rumah aku?"
"tau lah nanti aku diantar sama Anggis. yakan Anggis?" seru Nabila.
mendengar itu Anggis hanya mengangguk saja, "tenang aja nab kalau sampai rumah kak Paul kita gak hanya culik spekta tapi temen-temen nya juga."
"iya nab nanggung kali udah buat dosa maling ayam sekalian aja maling ayamnya banyak-banyak." seru Edo.
"ya gak?"
Nabila dan Anggis kompak mengangguk usulan Edo.
Paul menatap pasrah dengan ide tiga bocah di depannya itu. apa yang bisa ia lakukan selain geleng-geleng kepala melihatnya.
"dasar bocah-bocah prik."
***
perjalanan selama kurang lebih dua jam terbayarkan tuntas saat semuanya sudah sampai dirumah Anggis, kedatangan mereka di sambut hangat oleh orang tua Anggis yang kebetulan juga sedang ada di Bali.
sesaat mereka semua tentu mengobrol pada orang tua Anggis tentang perjalanan mereka dan rencana yang akan mereka lakukan selama liburan.
Anggis, Nabila, dan Salma akan satu kamar. mereka memilih lebih dulu berbersih diri di kamar Anggis.
Nabila dan Salma merebahkan diri di atas kasur sambil menunggu giliran mandi.
"nab lo kan dari Aceh menurut lo jakarta gimana?" tanya Salma membuka obrolan.
"jakarta seru sih kak, apalagi aku ketemu orang-orang baru yang memang tulus berteman sama aku kayak kak Salma, Anggis, Edo, Kak Rony, dan Paul. aku beruntung banget bisa ketemu kalian." ungkap Nabila jujur.
"lo seneng ketemu gue?" tanya Salma.
"iya, kak Salma cantik, baik, ramah, dan care lagi."
"gue juga seneng ketemu lo." ungkap Salma, "mungkin lo gak sadar tapi lo adalah orang yang memang se-menyenangkan itu, sampai buat orang nyaman bahkan sampai jatuh cinta."
Nabila merasa tertarik dengan obrolan sekarang, ia bangun dari tidurnya, "jatuh cinta? kak salma suka aku?"
Salma terkekeh ia mengangguk kecil, "suka sebagai teman Nabila."
Salma ikut duduk di sisi ranjang ia tersenyum menatap muka polos Nabila, "bisa jadi sekarang lo alasan orang lain untuk tetap hidup nab."
Nabila terdiam, otaknya yang lemot mencoba mencerna kata perkata yang dikatakan Salma.
"hati lo terlalu besar untuk punya luka." ucap Salma, "liat kehidupan lo buat gue sedikit iri, tapi setelah kenal lo gue jadi mengerti kenapa lo di anugerahi begitu banyak keberuntungan."
"kenapa kak Salma ngomong ini ke aku?" tanya Nabila bingung.
Salma menggeleng, "nothing. gue cuman mau ungkapin apa yang ada di pikiran gue."
Nabila tersenyum teduh, "Paul pernah bilang kalau kak Salma adalah gadis yang tangguh pemilik hati yang kuat. Paul pernah cerita kalau kak Salma pengen jadi penyanyi."
"mimpi Kak Salma pasti akan terwujud, aku percaya tahun ini akan jadi milik kak Salma, aku yakin itu."
"kenapa lo bisa percaya?"
"karena setelah apa yang kak Salma lalui hingga hari ini aku yakin itu tidak pernah mudah Kak Salma lalui, jadi aku percaya tahun ini akan menjadi hasil dari buah kesabaran kak Salma. tahun ini akan jadi tahunnya kak Salma." ungkap Nabila.
mendengar itu Salma tersenyum hangat, "meski kita gak lama saling kenal tapi lo salah satu orang yang bisa ngertiin gue."
Salma memeluk Nabila erat, "thanks nab."
Nabila tersenyum, "terima kasih kembali kak Salma."
bentuk kata terima kasih itu terdengar tulus dari keduanya.
🌻🌻🌻
25.09.23
KAMU SEDANG MEMBACA
serendipity
Teen Fictionapa yang pasti pernah di dapatkan manusia? keberuntungan. karena setiap pertemuan akan selalu ada keberuntungan yang menyertainya. bersama atau tidak bersama, memiliki atau tidak memiliki, dipendam atau dikatakan. semuanya tetap dinamakan cinta.