52. soal ikhlas

970 112 7
                                    

Rasanya kepala Nabila ingin pecah. satu-satunya hal yang tak pernah Nabila suka adalah menjawab soal yang tulisannya hitam semua, karena semua soal itu selalu berhasil membuat nya sakit kepala mendadak.

waktu menjawab tersisa tiga puluh menit lagi dan Nabila baru menjawab separuh soal belum lagi essai yang soal minta di jelaskan semua.

"ya Allah bantu Nabila ya Allah." lirih Nabila berdoa.

"yang sudah silahkan kumpul, sisa waktu kalian dua puluh menit lagi." ucap pengawas ujian.

artinya Nabila telah membuang waktu sepuluh menitnya yang berharga. Nabila ingin meminta jawaban pada Anggis dan Edo sayang nya mereka bertiga beda kelas semua karena sistem ujian tahun ini peserta ujiannya campuran dari semua kelas.

Nabila mendengus, ia akan pasrah jika harus remedi atau nilai pas-pasan. dengan kekuatan ajaibnya, Nabila dengan lincah menyilangkan semua jawaban pilihan ganda dan menjawab jawaban essai dengan penjelasan yang ia putar-putar agar terlihat panjang.

"yakin aja dulu." nyengir Nabila.

"toh nilai gak menjamin kesuksesan, nilai itu cuman angka mati." ucapnya bijak sekedar untuk menyemangati dirinya sendiri.

"waktu kalian habis." ucap pengawas ujian.

"duh lima menit lagi Bu." negosiasi murid lain.

"iya Bu bentar, kasih keringanan yaa Bu, susah ini soalnya." sahut murid lainnya.

di detik-detik terakhir, Nabila bisa bernapas lega juga karena ia telah selesai menjawab semua pertanyaan. dengan percaya diri Nabila mengumpulkan jawab nya sebagai orang pertama yang ada di kelas.

beberapa orang tentu saja menatap penuh takjub ke arah Nabila, karena gadis itu bisa menyelesaikan ulangannya dengan tepat waktu. dipikiran mereka semua pasti Nabila adalah anak yang pintar, rajin, genius, dan ambisius apalagi muka Nabila sangat mendukung seperti muka-muka orang pintar.

dengan tersenyum bangga Nabila berjalan santai keluar kelas meninggalkan teman-temannya nya yang masih kalang kabut dalam menjawab.

Nabila membuka ponselnya dan membuka grub keluarga Kampung durian runtuh.

keluarga kampung Durian Runtuh

Anggis
nab kalau udah selesai ujiannya samperin ke kantin aja ya, aku sama Edo sudah ada di kantin.

Sang Edo
iya nab, lo mau pesen sesuatu gak?
biar di pesenin sekalian.

aku otw kantin guyss

setelah membalas pesan itu, Nabila pun bergegas ke kantin. tak butuh waktu yang lama untuk mencari keberadaan dua temannya itu, karena suasana kantin yang masih belum ramai.

Nabila pun segera berjalan menghampiri dua temannya itu yang ternyata sudah makan lebih dulu.

"Weh nab sorry ya makan duluan laper banget gue gak makan dari pagi." ujar Edo yang masih lahap memakan baksonya.

"bener nab, kamu juga ngerasa kan soal-soal nya bikin pusing semua." seru Anggis.

Nabila mengangguk setuju, "mana soal esainya minta dijelaskan semua, rasanya otak mau terbelah dua." dramatis Nabila.

Anggis dan Edo sepakat dengan pernyataan Nabila barusan.

"lo gak pesan nab?" tanya Edo saat menyadari nabila tak memesan apapun.

serendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang