81. detik-detik kematianku

1.4K 154 30
                                    

hari ke empat pencarian Nabila. Rony, Fachri dan tim kepolisian terus bergerak mencari keberadaan Nabila, hingga suatu malam mereka mendapatkan pesan anonim yang mereka yakini itu adalah Nabila.

karena isi pesannya berbunyi, 'jangan balas pesan ini tapi tolong aku.' sangat mereka yakini pesan itu datang dari Nabila, karena isi pesannya mengatakan untuk tidak membalas kembali pesan yang di terima, karena mereka yakin Nabila pasti sudah berhasil mengambil ponsel penculik dan mengirimkan pesan pada mereka, untuk memberitahu keberadaan Nabila.

bermodalkan isi pesan itu, mereka dapat melacak dimana keberadaan Nabila. dan Nabila bukan berada di hutan, melainkan di sebuah gedung tua yang ada di sudut kota Jakarta yang jauh dari pemukiman warga.

tempat itu berbahaya.

langkah Paul tampak tergesa menemui Rony yang hendak masuk mobil.

"gue ikut!" seru Paul.

mata Rony menatap tajam kearah Paul, "buat apa?"

"gue pacarnya Nabila, gue juga akan cari Nabila." ujarnya.

mendengar itu Rony tertawa, "udah jadi mantan, lupa lo tinggalin dia sendirian di taman."

ck!

jika mengingat itu Paul merasa menjadi manusia paling bodoh sedunia. ia sangat menyesali perbuatannya waktu itu.

"terserah! yang penting gue ikut cari Nabila." putus nya, tanpa persetujuan Rony, Paul masuk ke dalam mobil.

Rony menghela napasnya, terpaksa ia membiarkan Paul ikut dalam pencarian Nabila. laki-laki itu pun masuk ke dalam mobil dan duduk di bagian pengemudi. di belakang mobil mereka juga ada satu mobil lainnya yang berisikan teman-teman Fachri lebih tepatnya mereka juga di dampingi polisi.

"Abi tenang aja, Paul yang akan pastikan Nabila baik-baik saja." ucap Paul menyemangati Fachri yang duduk di sampingnya.

Fachri menoleh sambil tersenyum, "semoga ya nak Paul."

mobil mereka pun melaju ketempat dimana kemungkinan Nabila berada.

***

"bagus buat dia mati hari ini juga." ucap seorang perempuan dengan tersenyum menyeringai.

baik, akan kami lakukan dengan baik

sambungan telepon terputus sepihak. perempuan yang barusan menerima telepon itu menyunggingkan senyum jahatnya. ia sangat menantikan hari ini terjadi.

hari dimana kematian Nabila dikumandangkan.

"Nabila, pergilah dengan tenang." ucapnya.

***

om Ketut dan om Budi membiarkan Nabila menuliskan sesuatu sebagai surat terakhir nabila lebih tepatnya sebagai surat perpisahan Nabila pada keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang telah menyayanginya.

sampai hari ini pun, Nabila tidak tahu siapa yang sudah menyuruh dua orang penculik ini untuk meniadakannya dengan paksa. tak ada catatan kriminal untuk Nabila tapi Nabila malah di hukum mati, atas kesalahan yang tidak Nabila ketahui apa.

di hari kematianku, aku ikhlas. hanya sedikit menyesal karena kalian tidak ada disisi ku untuk menyaksikan detik-detik dimana aku di jemput Tuhan.

untuk orang-orang yang menyayangiku dengan tulus, terima kasih selalu menjadi baik, kan ku doakan kalian dari surga semoga hidup kalian selalu berbahagia.

serendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang