79. sekap

1K 147 39
                                    

Anggis segera turun dari mobilnya, ia melihat Nabila di bawa kabur oleh orang yang tak di kenal, tapi ia tak bisa mengejarnya mobil itu melaju dengan cepat.

"woi Anggis Nabila mana?" tanya Edo yang datang dari toilet.

"Edo!" bertubi-tubi Anggis memukul Edo panik.

"weh weh tenang, lo kenapa?" bingung Edo melihat ekspresi panik Anggis.

"Nabila, Edo!" gagap Anggis.

"iya Nabila kenapa?"

"Nabila di culik!" seru Anggis, ia panik.

Edo menganga, melihat Anggis panik dirinya jadi ikut panik, "seriusan lo Anggis jangan nge prank gue!"

"ih ngapain gue nge prank. Nabila beneran di culik." seru Anggis sangat panik.

Anggis takut Nabila kenapa-kenapa. ia tak bisa berpikir jernih sekarang.

Edo menarik napasnya lalu membuangnya begitu ia lakukan sampai tiga kali, sampai ia berpikir jernih. hanya ada satu nama terlintas di benak Edo.

Rony.

dengan cepat Edo menelepon Rony yang syukurnya laki-laki itu fast respon dalam mengangkatnya.

hallo

"hallo kak Rony! tolong kak Rony! ini bahaya!" seru Edo dengan panik.

eh tenang dulu, bahaya kenapa? ada apa? lo kenapa telpon gue.

"Nabila kak Rony..." suara Edo tercekat.

Nabila kenapa? Edo jawab Nabila kenapa!?

"Nabila di culik kak Rony." ucap Edo memberitahu.

apa? share location sekarang biar gue susul.

"ok Kak Rony." kata Edo lalu memberikan lokasi terkininya setelah itu sambungan telepon terputus.

Edo menghela napasnya melihat Anggis yang sudah lebih dulu menangis.

"Edo gimana kalau Nabila di mutilasi, huaa Edo gue gak mau Nabila kenapa-kenapa." tangis Anggis pecah.

"lo jangan mikir yang aneh-aneh makanya! tenangin dulu pikiran lo!" seru Edo.

***

Nabila mengerjapkan matanya, ia tak melihat ada cahaya di sekitarnya, keadaanya sangat gelap. Nabila tak tahu dimana dirinya sekarang. yang ia tahu dirinya saat ini tengah terikat dengan mulut yang di lakban.

klek

satu lampu menyala berwarna kuning remang-remang, Nabila membulatkan matanya sempurna saat dirinya menyadari berada di ruangan bawah tanah yang pasti sudah kedap suara, namun bukan itu saja yang tengah ditakuti Nabila, gadis itu memperhatikan sekitar ruangan itu, di sudut ruangan itu ada meja panjang dengan berjejer benda senjata tajam, dari pistol, pisau, sampai kapak.

suasananya sangat mencekam.

Nabila takut.

ujung mata Nabila menitikkan air mata, ia tak tahu ada dimana, dan apa yang akan terjadi padanya nanti. saat ini yang tengah Nabila rasakan ia tengah sendirian berada di ruangan yang minim pencahayaan.

seingat Nabila ia tak punya musuh di dalam hidupnya, lantas kenapa sekarang ia di sekap di tempat gelap seperti ini?

"sudah bangun nona?" tanya seorang pria bertubuh tinggi besar sekitar berumur 35 tahun an.

serendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang