32. buket bunga

1.2K 142 3
                                    

tiga bulan berlalu dengan cepat sejak kejadian kaki Nabila yang terkilir dan ini pertama kalinya Nabila di jemput oleh Paul ke sekolah.

Nabila harus membentuk sabar ekstra dibuat Paul, karena laki-laki itu baru datang menjemput nya di pukul delapan pagi dengan alasan jakarta macet.

tak sampai disitu, karena keterlambatan itu Nabila dan Paul serempak kena hukum dengan berdiri di tengah lapangan sampai istirahat pertama.

Paul melirik Nabila yang sedari tadi hanya diam, tentu rasa bersalah menyelimuti perasaannya sekarang.

"nab, maaf." lirih Paul.

tak ada respon dari Nabila, ia kesal dengan Paul karena laki-laki itu saat dihubungi tadi pagi tak ada satupun panggilan yang diangkat Paul dengan alasan ponselnya mode silent.

"Nabila Taqiyyah maafin aku yaa." Paul menoel bahu Nabila dengan jari telunjuknya.

Nabila tetap tidak memberi respon.

"nab nab nabiyaa maaf kan Paul, please." rengek Paul manja menangkupkan kedua tangannya seperti emot ini 🙏🏻.

"maafin aku yaa Nabila, aku tahu kok aku salah aku tadi udah gak angkat telepon kamu, udah buat kamu nunggu lama, dan buat kamu kena hukuman karena terlambat gara-gara aku. maafin aku yaa Nabila." sesal Paul.

Nabila masih diam.

"janji deh ini untuk yang pertama kali dan terakhir kalinya kamu kena hukum gara-gara aku, abis ini gak akan pernah lagi!" seru Paul mencoba membujuk Nabila.

Nabila menghela napas gusarnya, "emang janji kamu bisa dipegang?"

Paul langsung mengangguk, "bisa!"

"pulang sekolah belikan walens dengan semua varian rasa masing-masing sepuluh bungkus."

Paul menganga, "banyak banget nab."

"yaudah maaf nya gak di terima." putus Nabila dengan cepat.

"eh jangan lah nab." cegat Paul langsung, "iya iya pulang sekolah ini kita beli walens beli es krim atau cokelat juga boleh. asal kamu maafin aku yaa."

"ok deal!" putus Nabila yang membuat Paul langsung bernapas lega.

Paul langsung tersenyum sumringah tak lupa dengan selebrasi kebahagiaannya.

***


jantung Nabila rasanya mau pindah ke mata kaki, karena deru napas yang memburu, seperti dikejar anjing, ia berlari sekuat mungkin.

ini karena apa?

karena ide gila Paul yang mengajak nya kabur dari masa hukuman yang seharusnya mereka jalani.

Nabila kembali menaiki pagar berkarat yang ada di belakang sekolah bersama Paul.

Paul tertawa puas saat sudah berlari jauh keluar dari wilayah sekolah, sementara Nabila masih mengatur napasnya yang tak beraturan.

"seru kan nab?!"

"aku mau hampir mati tau! jantung ku rasanya mau copot, kamu tau gak aku gak pernah olahraga gak pernah lari sejauh ini tahu!" omel Nabila kesal.

Paul malah tertawa tanpa dosa, "maaf yaa, tapi ini seru kan."

"kapan lagi coba kita bolos bareng-bareng, ntar kalau aku lulus kamu gak ada temen bolos lagi, pasti kamu kangen aku nab." lanjut Paul.

Nabila memutar bola matanya malas, ia berjalan mengambil duduk di kursi plastik dekat trotoar jalan. Paul mengikuti nya.

"aku beli minum dulu ya tunggu bentar." ucap Paul.

serendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang