Pertama kalinya bagi Nabila ia pergi ke rooftop sekolah. entah siapa dan bagaimana foto dirinya dengan Paul berduaan di perpustakaan semalam malah di salah artikan oleh banyak orang. dan hal itu tentu membuat Nabila risih. jadilah di istirahat pertama ia tak memilih ke kantin ataupun perpustakaan tapi ke rooftop untuk menjauhkan diri dari pandangan orang-orang kepadanya yang tak bisa Nabila artikan.
"Nabila!" sapa orang duduk di atas bangunan di atas rooftop.
Nabila tak asing dengan suara itu lantas ia mendongak dan benar saja dugaan Nabila, laki-laki yang menyapanya tadi adalah Paul.
Gadis itu tampak memejamkan matanya sejenak, "kenapa jadi ketemu lagi sih!" gerutu Nabila.
niatnya ke rooftop agar tak bertemu Paul eh malah ketemu. Nabila jadi heran kenapa ia selalu bertemu Paul sekalipun ia sudah mencoba menghindarinya.
"gak usah pergi!" ucap Paul saat melihat Nabila hendak pergi dari rooftop.
"disini gak akan ada yang foto kita diam-diam." sambung Paul lagi.
Nabila mendengus sebal kenapa laki-laki itu seakan bisa membaca pikirannya, "makasih kak tapi aku mau balik ke kelas aja."
"yakin, disini tenang banget tahu." sorak Paul.
Nabila memperhatikan laki-laki itu yang tampak tenang memandang setiap gedung menjulang tinggi yang terlihat kecil kalau di lihat dari atas sana. sebenarnya Nabila penasaran tapi ia juga harus menghindar dari Paul agar ia berhenti di gosipkan.
"naik aja sini." ucap Paul lagi.
Nabila menghela napasnya, akhirnya pilihannya jatuh pada mengikuti Paul. gadis itu berjalan di samping bangunan itu untuk menaiki tangga dan mengambil duduk di sebelah Paul.
Paul tersenyum menatap Nabila ada disampingnya.
"lo bener Nab." ucap Paul ambigu.
"maksudnya?" tanya Nabila heran.
"gak usah cari mati karena mati akan datang dengan sendirinya." kata Paul tenang.
Nabila sedikit kaget karena Paul masih mengingat perkataannya semalam yang ada di rumah sakit.
"gue selalu menyalahkan diri gue sendiri setiap ada masalah yang datang, sampai gue lupa kalau semua itu bukan kehendak gue untuk terjadi." Nabila diam memperhatikan Paul berbicara, "itu karena takdir." sambung Paul.
Nabila tersenyum mendengarnya, "jika jatuh adalah hujan dan bangkit adalah matahari maka kita perlu keduanya untuk melihat pelangi."
"aku bangga sama kak Paul, karena kak Paul memilih bangkit lagi." sambung Nabila dengan seutas senyum yang menenangkan.
Paul terdiam sesaat melihat keindahan yang ada di hadapannya sekarang. seumur hidupnya ia tak pernah menemukan senyum setulus itu.
"Nabila kamu itu cantik." ucap Paul tanpa ia sadari.
Nabila terdiam saat Paul mengatakan itu, entahlah Nabila tak bisa mengartikan degup jantungnya sekarang karena apa.
Paul mengalihkan pandangannya, "gak usah salting kayak gitu." kekeh Paul, padahal laki-laki itu juga tengah menahan salting.
bukh!
Nabila memukul lengan Paul karena malu, "ish!" kesal Nabila.
"nab bolos yuk!" ajak Paul tiba-tiba.
"gak!"
"lo harus mau!" seru Paul lalu ia menarik tangan Nabila untuk mengikuti nya.
dengan terpaksa Nabila mengikuti kemana langkah Paul berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
serendipity
Teen Fictionapa yang pasti pernah di dapatkan manusia? keberuntungan. karena setiap pertemuan akan selalu ada keberuntungan yang menyertainya. bersama atau tidak bersama, memiliki atau tidak memiliki, dipendam atau dikatakan. semuanya tetap dinamakan cinta.