WHY-32

73 14 2
                                    

"Ken, gua ga jadi pakai dress kemarin." ucap Gistara yang kini tengah mengaduk-aduk jus nya dengan malas.

"Kenapa?"

"Karena mama sudah siapin dress lain, dress yang di kasih sama bang Gavin pas gua ulang tahun, dan emang ga pernah gua pakai." jelas Gistara.

Kenan menganggukan kepala nya pertanda ia paham.

"Lo pakai apa?"

"Baju," jawab Kenan asal.

Gistara memutar bola mata nya malas "serius.."

"Ya baju,"

"Baju apa? kemeja atau-"

"Iya," Kenan menganggukan kepala nya.

"Ouh.." begitu pun dengan Gistara.

Gistara kemudian menatap sekeliling kantin, guna mencari keberadaan dua sahabat nya yang entah kemana sedari tadi.

Hari ini Andriano tak masuk, ia harus mempersiapkan diri untuk nanti malam.

Saat tengah memencarkan pengelihatan nya, ia tanpa sengaja menemukan seseorang yang sangat amat membuat nya bingung.

"Ken.." panggil gadis itu tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun.

"Apa?" Kenan menaikan sebelah alis nya.

"Itu, Azelyn.." Kenan ikut melihat ke arah pandang Gistara, saat itu juga ia menemukan Azelyn yang seperti nya tengah mencari seseorang.

"Sesuai hari itu?" tanya Gistara hati-hati, Kenan dengan gugup mengangguk.

Gistara menelan saliva nya susah payah, apakah harus? ah, bisa gila diri nya!"

"Okey.."

*****

"Mana pacar lo?"

Andriano sontak menoleh pada sumber suara, dalam beberapa detik ia langsung membuang pandangannya, enggan melihat ke arah orang itu.

"Gua ga sejelek itu, Ndri, sampai-sampai lo enggan untuk ngelirik gua." gadis dengan rambut bergelombang itu menatap penuh harap ke arah Andriano.

Yang di tatap seolah-olah tuli, ia muak untuk mendengarkan kata-kata dari gadis itu.

"Lo udah siap untuk nanti?"

Andriano yang tengah mengutak-atik piano pun melirik gadis itu dari ujung mata nya.

"Menurut lo?"

"Sangat siap, seperti nya" Katherine ikut mendekat ke arah piano Andriano, gadis itu menekan beberapa not yang mengeluarkan suara yang indah.

"Oke. gua mau ke backstage dulu, ya? nanti gua ke sini lagi, bye" Katherine berlalu dari sana, tak lupa melambaikan tangan nya pada Andriano.

Remaja laki-laki itu melirik Katherine yang mulai menjauh, gadis itu berbeda sekali hari ini, ia tak seperti biasa nya.

"Hm, bagus lah kalo tobat." kata remaja itu seraya menyunggar rambut lebat nya.

Namun, ia teringat satu hal. Ia kemarin sudah membuat gadis itu menangis, bukan? apa ia harus meminta maaf? seperti nya iya, karena mungkin ucapan nya kemarin sangat membuat gadis itu sedih, jika tidak ya mana mungkin gadis itu sampai menangis kan?

"Ano.." yang di panggil pun menoleh, itu mama nya.

"Apa, ma?"

"Tadi ada Katherine, kenapa kamu tidak minta maaf soal kemarin?" Sandra mendekat, berdiri di sebelah anak semata wayangnya itu.

"Gengsi." jawab nya cepat.

"Singkirkan dulu gengsi nya, apa kamu mau di cap laki-laki brengsek karena sudah bikin perempuan nangis?"

WHY?(K.K)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang