WHY-37

77 10 2
                                    

"Lo ga demam kan, ngab?" tanya Andriano yang sedari tadi memperhatikan Kenan.

Kenan menggeleng, ia tak demam tapi badan nya sakit-sakit.

"Asal lo tau, boneka gua juga mau di ambil.." adu Evara dengan wajah sedih nya.

"BONEKA LO-"

"IYA, GILA KAN?!"

Andriano dan Miane menggeleng kan kepala mereka, untuk apa boneka itu!

"Masa sangar main nya boneka?" Gistara tertawa.

"HEH, GUA NGELAWAN BOTI!" Andriano menggebrak meja dua kali.

Astaga, geli ia jika kembali membayangkan orang yang ia hajar kemarin.

"Make up nya kayak badut, merinding."

"Perasaan cuma tiga orang, kenapa ada empat?" tanya Miane.

Waktu itu yang ia dan Kenan lihat hanya ada tiga orang saja, setelah sampai di atas mengapa bisa bertambah menjadi empat orang?

"Mungkin tante pirang sudah duluan," ucap Andriano seraya mengingat-ingat.

"Leader nya, maybe?" tebak Evara.

"Bisa jadi."

Andriano, Miane dan Evara sibuk membahas para penjahat kemarin, orang tua Evara bahkan hampir kehilangan kesadaran mereka saat mendapati kabar itu.

"Sorry ya, gara-gara gua kemarin kita semua hampir-"

"No problem, malah seru main pukul-pukulan." sela Andriano dengan cepat.

"Aku mau nyoba lagi!" seru Miane.

Gistara menertawai Andriano, halah bahkan anak itu saja sempat bergetar hebat karena takut.

Sok berani

Evara melirik Kenan yang hanya senyum-senyum saja menanggapi obrolan mereka.

"Ken, sorry ya.."

Kenan menoleh pada gadis itu, ia mengernyit bingung "untuk?"

"Untuk-"

"ANDRI, AYO KE RUANG MUSIK!"

Andriano yang sedang duduk santay di kursi nya itu hampir saja terjengkang karena terkejut.

"Hah?"

"Ayo, di tungguin!" seorang anak laki-laki berambut pirang menarik bocah dengan rambut lebat itu untuk segera keluar.

"Gua pergi dulu!" suara Andriano kian menghilang karena di telan jarak, seperti nya memang sangat buru-buru.

Ya jika tidak buru-buru, tak mungkin juga orang yang menarik Andriano tak menegur mereka. Mereka bahkan mengenal orang itu, remaja laki-laki berdarah campuran belanda.

Yang tak lain dan tak bukan bernama - Gabriel Van Devick.

"Buru-buru amat, kenapa ya?" tanya Miane penasaran.

"Mungkin dia dapat penghargaan lagi kayak tahun lalu." ucap Gistara.

"Penghar-"

"Permisi, Evara ada?" mereka menoleh ke arah pintu, seorang gadis dengan rambut terikat memanggil nama seseorang yang sangat mereka kenal.

Evara mengangkat tangan nya, ia tak mengenal orang itu namun sepertinya seorang senior dari high school.

"Ada yang mau ketemu, ayo?"

"Ah, iya. Gua kumpul dulu ya? bye!" Evara berlari dengan cepat keluar dari kelas.

"Kumpul?" Miane mengangkat sebelah alis nya.

WHY?(K.K)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang