WHY-67

52 8 0
                                    

Seorang laki-laki berlari dengan cepat di koridor yang ramai, ini adalah hari pertama di tahun ajaran baru.

Sesekali ia menabrak seseorang di koridor karena ia berlari dengan kencang, ia hanya ingin cepat sampai di kelas baru mereka dimana teman-teman nya berkumpul disana seraya menunggu nya.

Di tangan nya sudah ada kertas, kertas yang takut untuk ia buka dan ia baca. Sial, mengapa ini menjadi tugas nya.

Beberapa orang di koridor menatap nya kagum, wajah nya yang manis membuat nya menjadi perbincangan sekarang di lingkaran para adik-adik kelas nya yang baru saja akan memulai pendidikan di sekolah menengah menengah pertama.

"Sorry," ujar nya singkat saat menabrak seorang gadiss.

"Dia siapa?" tanya gadis yang ia tabrak, matanya mengerjap-erjap.

Laki-laki itu berhenti tepat di depan pintu kelas nya, ia masuk dan menatap teman-teman nya yang tampak tegang.

"Tu.. tunggu dulu.." Alva mengatur nafasnya yang ngos-ngosan, kaki nya terasa lemas.

"BACAIN CEPAT!" seru seisi kelas.

Alva pasrah, ia perlahan membuka kertas itu lalu dengan takut-takut ia membaca nya. Mata nya terbelalak kala melihat nama nya yang berada di urutan teratas.

Ia membaca nya, nama nya hingga akhir. Kemudian ia mengernyit heran, ia menatap teman-teman nya dengan mata mengerjap-erjap.

"G-gua, gua tetap di sini kan?" tanya Deandra seraya menunjuk diri nya.

"Siapa yang terbuang?" tanya Vino penasaran, keringat sudah bercucuran.

"Tata, aku nggak mau di buang," Miane memeluk Gistara di sebelah nya, Evara pun ikut-ikutan.

Di saat teman-teman nya panik dan khawatir seperti ini, Andriano malah santay dengan setangkai permen di mulut nya.

Kenan menatap sahabat nya itu heran dan aneh, dan sahabat nya itu pun sadar bahwa ia sedang menatap nya.

"Papa," kata Andriano, hanya itu dan membuat Kenan bingung.

"Al, coba kasih tahu yang jelas–"

"Kevin, cuma dia yang di pindah kan, cuma nama dia yang tertulis di daftar murid yang akan pindah kelas." Alva memberitahu, ia mengangkat kertas itu tinggi kemudian menunjukkan nya pada teman-teman nya.

"APA?!"

Mereka semua melotot tak percaya, tidak dengan Andriano yang diam-diam tertawa geli.

Lo semua harus sungkem sama gua, batin nya seraya tertawa jahat di dalam hati.

"Gimana bisa– MAKSUD GUA, gua senang dengar nya t-tapi ini mustahil," Reynal berucap dengan terbata-bata saking terkejutnya.

"Iya, gua dengar kelas A benar-benar di acak habis, bahkan yang bertahan di kelas itu cuma 5 orang." sahut Jordan seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Alva membaca ulang apa yang tertera di atas kertas itu, ia mengulang nya hampir 5 kali guna memastikan, dan tak ada yang berubah hingga saat ini, tak ada yang kurang tak ada yang lebih.

"Percaya nggak?" Gistara bertanya pada Kenan dengan wajah kebingungan.

Kenan diam, ia bingung harus percaya atau tidak. Tapi kemudian, ia teringat ucapan Andriano beberapa menit lalu.

Papa?

Seperti ada listrik di kepalanya, Kenan paham, ia konek apa sangkut pautnya Papa Andriano dengan apa yang terjadi sekarang.

Andriano meminta bantuan Papa nya.

Pernah kan Andriano bilang jika Papa nya menjadi donatur hingga yang akan membiayai segala fasilitas di sini? mungkin memang tak seperti ini kata-kata pada saat itu tetapi secara tidak langsung ini lah singkat nya.

WHY?(K.K)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang