"Diam diam diam! Gua pusing, tahu nggak?!" seru Alva seraya membaringkan tubuh nya di atas lantai aula.
"NGGAK!"
Alva mengusap wajah nya kasar, memejam kan matanya dan mencoba terlelap. Ini sudah malam, pukul 18:56, dan mereka masih berada di sekolah.
Mengapa? Ya karena mereka di suruh untuk mempersiapkan sekolah di acara esok, akan ada banyak perwakilan sekolah yang datang untuk bertanding.
Ramai, sekolah malam ini sangat ramai.
Semua seperti enggan pulang, hanya beberapa saja yang pulang karena urusan mereka sudah selesai. Banyak yang melakukan latihan, menghabiskan waktu, dan bantu-bantu.
Apalagi team OSIS tahun ini ramai pengurus nya, jadi Kenan dan Alva tak begitu kewalahan.
"Gua mau ke toilet dulu, ya?" ujar Gistara seraya melangkah pergi.
Ia berjalan menyusuri koridor, dirinya di buat geleng-geleng kepala dengan tingkah orang-orang di sana. Ada yang sudah berganti kostum menjadi baju tidur, memakai masker wajah dan lain sebagainya.
Semakin ke ujung sebenarnya semakin sepi, tetapi Gistara merasa aman karena ada orang-orang yang mengisi setiap ruangan, saat itu tiba-tiba semua lampu padam. Ia terpaku di tempatnya, gelap sekali.
"Tenang, tenang," Gistara berusaha menenangkan diri nya, merogoh saku celana guna mengambil handphone.
"G-gua yakin kalo tadi handphone gua disini," ucap nya dengan sedikit panik, ia tidak mendapatkan handphone nya di saku celana.
"Enggak, Gistara lo harus tenang–"
AAAAAAAAA!!!
Gistara memundurkan langkah nya, teriakan itu membuat nya takut, suara itu terdengar dekat di telinga nya.
Ia menyudutkan dirinya ke dinding, menoleh kesana kemari berharap menemukan setitik cahaya, namun yang ia lihat semua nya hanyalah kegelapan.
Nafas nya sesak, ia takut, dan kini tak tahu harus apa dan bagaimana.
"Papa..."
Brak!
Suara keras itu membuat Gistara lemas rasa nya, seperti ada suara langkah kaki yang tergesa-gesa dan sebuah teriakan yang kembali terdengar samar.
Gistara meluruh ke lantai, ia memejamkan matanya dan menutup kedua telinganya dengan tangan.
"Tolong..." Gistara terisak, situasi ini benar-benar menakutkan.
Gistara
Ra, buka mata kamu
Gistara ini aku
Gistara merasakan tangan nya di pegang oleh seseorang, ia mendongak dan mendapati wajah seseorang yang sedang menatap nya khawatir.
"It's okay," ucap nya sembari mengusap pundak Gistara.
"Kenan..." Gistara berhambur kedalam pelukan laki-laki itu, rasa nya sekarang lebih aman.
"I'm here," Kenan memeluk gadis itu dengan erat, ia dapat merasakan getaran hebat dari tubuh Gistara.
Di lain sisi.
"Lo dengar kan?" tanya Anezka seraya mengapit tubuh nya di antara Evara dan Reynal.
"Siapa coba yang teriak-teriak? Caper," ucap Evara seraya menoleh kesana kemari.
"Buruan, kita di tungguin!" desis Reynal, jujur saja sebenarnya ia ini takut.
"Bilang aja lo takut," sindir Evara yang peka, ia menoleh ke arah Reynal.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?(K.K)
Acak!DON'T COPY! Tak ada yang spesial, hanya menceritakan seorang remaja dengan jiwa yang selalu di paksakan untuk kuat melawan kejam nya dunia, lalu jiwa rapuh itu di pertemukan oleh jiwa-jiwa yang di dalam nya memiliki sejuta kebahagiaan. "Tanpa kalia...