WHY-53

92 11 2
                                    

"KALIAN?!"

Mata mereka sama-sama membulat, Kenan dan Gistara menelan saliva mereka susah payah sedangkan tiga orang remaja di depan mereka sama sekali tak berkedip.

"Ngapain?"

"Nge-date, ya?"

"Oh My God!"

Perkataan dari ketiga nya hanya di balas tatapan dingin milik ke dua manusia di depan mereka, tak bisa di tahan sejenak kah?

Ketiga remaja di depan mereka itu adalah Reynal, Ilona dan Vino. Di belakang ketiga nya juga ada tiga orang dewasa yang tengah menatap mereka bingung.

"Kenan, sudah Papa bilang kamu jangan khawatir. Lihat kan? remaja tak hanya dirimu seorang." terdengar suara tawa dari belakang mereka.

"Mami sudah bilang, kan? kamu bukan satu-satunya remaja nanti! ada teman mu. Silahkan bersenang-senang, Reynal." ucap seorang wanita yang merupakan Mama dari Reynal - Dokter Lisa.

"Masih mau pulang, Vin?"

"Enggak, Pa." Vino menggeleng cepat, cengiran terbit di wajah nya.

Dokter Jordie - Papa Vino menggelengkan kepala pada anak laki-laki nya itu, padahal tadi ada yang merengek meminta pulang, ada yang ngomel-ngomel kepada nya.

Mata Gistara melirik ke arah gadis perempuan yang kini tengah memegang lengan nya, gadis itu tersenyum ke arah Gistara.

"Lo di paksa juga kan, Na?" bisik Gistara pada gadis itu, Ilona pun mengangguk mantap dengan menunjukkan mata malas pada perempuan di sebelah nya, perempuan yang sudah yang memaksa nya untuk ikut kemari - Dokter Ivana, kakak nya.

Kakak nya adalah Dokter baru, bahkan ia baru saja lulus tahun lalu.

"Kan ada Gistara, jadi tenang aja lah." Dokter muda itu menghembuskan nafas nya lelah, Ilona benar-benar sulit untuk ia ajak. Untuk membawa nya kemari saja ia harus di hadapkan dengan omelan-omelan gadis itu.

"Janji lo tetap janji, jangan lupa itu." balas Ilona penuh penekanan, senyum licik gadis itu terbit.

"Iya, nanti gua belikan!" setelah mengatakan itu, Ivana berjalan mendekat pada senior-senior medis nya, menyisakan remaja-remaja itu saja di tempat mereka berdiri.

"Gak pegal apa berdiri terus?" suara dari belakang mereka membuat kepala mereka tertoleh, seorang remaja yang terlihat seumuran dengan meraka lah yang bersuara tadi.

"Duduk sini, kursi masih lapang buat kalian." ajak nya ramah, ia adalah anak dari Dokter Rebecca.

Kelima nya mendekat kesana, tapi Reynal lah yang duluan. Cowok yang di kenal sad boy tapi juga sangat amat ramah tamah itu merangkul remaja yang mengajak mereka duduk tadi tanpa malu sedikit pun, mata beberapa remaja yang duduk di sana juga ikut tertuju pada Reynal.

Tapi Kenan maupun Gistara merasa tak asing dengan wajah cowok itu, seperti pernah melihat nya.

"Reynal." ucap nya seraya tersenyum sok keren.

Orang yang ia rangkul mengangguk seraya membalas senyuman itu "gua Eyden."

Oh? pantas saja mereka merasa kenal, setelah mendengar nama cowok itu mereka ingat dimana mereka melihatnya.

"Duduk sini." ajak Reynal pada Kenan dan Vino, akhirnya kedua remaja laki-laki itu duduk di sana.

"Hay, ayo duduk sini." seorang gadis dengan rambut terkepang di sebelah Gistara tersenyum, ia menggeser duduk nya untuk memberi Gistara dan Ilona tempat.

"Makasih," Gistara menampilkan senyum nya yang sangat cantik seraya duduk du sana bersama Ilona.

"Laurenza, you can call me Ren." gadis itu juga dengan senang hati mengenalkan dirinya, tangan nya terulur.

WHY?(K.K)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang