Gistara berjalan pelan di koridor sekolah yang sepi dan sunyi, semua nya sudah pulang karena waktu pulang sekolah sudah lewat sejak 2 jam yang lalu. Gadis itu di buat pulang terlambat karena harus bergabung dalam pertemuan mendadak ekskul taekwondo nya.
Ia menelpon supir nya, namun tak di angkat. Menelpon kedua orangtuanya juga tak di angkat, lalu ia mencoba menelpon abang nya dan hasilnya sama saja, tak di angkat.
Para sahabat nya? tak di angkat. Kenan? juga sama.
Ia harus bagaimana sekarang? bagaimana caranya ia pulang? astaga, apa ia harus menunggu sampai malam? ia menyesal tak membawa sepeda hari ini bersama sahabat nya, lagi pun ini terjadi karena ulah Gavin tadi pagi. Ban sepeda nya sengaja di bocorkan dan ia pun di antar.
Saat ia hendak mencoba menelpon lagi, handphone nya kehabisan daya dan membuat gadis itu panik sekarang.
"Ya ampun, terus sekarang gua harus gimana?" Gistara melirih, meratapi nasib nya sendiri. "Tumben Kenan gak nungguin."
Ia berjalan, keluar dari gedung sekolah dan diam di sana. Menatap ke arah parkiran, taman dan gerbang sekolah yang sudah sangat sepi itu.
"Gistara,"
Gistara sedikit tersentak mendengar suara yang tiba-tiba terdengar di dekat nya itu, seorang cowok dengan sweater berwarna hitam nya kini tengah berdiri tepat di sebelah nya, entah kapan cowok itu datang.
"Al? lo belum pulang?" tanya Gistara.
Alva mengedikan bahu nya kemudian sedikit tersenyum, "Lo sendiri kenapa belum pulang?"
Gistara menggeleng, "Handphone gua mati, jadi gak bisa nelfon orang di rumah untuk jemput."
Cowok itu menganggukan kepalanya, kemudian melirik gadis di sebelah nya itu dengan sedikit sunggingan senyum.
"Pulang sama gua aja, kebetulan hari ini gua bawa motor." ajak nya kemudian mengeluarkan kunci motor.
Gistara tampak bergeming, menimang-nimang ajakan itu seraya berfikir. Jika ia tolak? ia akan kembali menunggu entah samai kapan. Jika ia terima, ia malah kepikiran dengan Kenan.
"Dari pada lo harus nunggu, sekolah sudah kosong dan Mister Lio pun entah sudah kemana." ujar Alva seraya menunjuk ke pos jaga, pos memang sudah kosong dan entah kemana penjaga sekolah itu pergi.
"G-gua nunggu aja deh, Al, thanks." tolak nya dengan halus, lalu ia tampilkan senyum terbaiknya pada cowok itu untuk menutupi rasa tak enak nya.
Alva mengangguk, ia sangat tahu persis jawaban mengapa Gistara menolak ajakanya ini.
"Gua tungguin sampai lo di jemput." kata cowok itu kemudian bersender pada dinding sekolah.
Gistara menoleh, ia semakin merasa tak enak pada teman nya ini. "Gak usah, Al. Lo pulang aja kalo mau, pasti Bunda lo sudah nungguin."
Cowok itu terdiam, ia langsung teringat pada sang ibunda. Sebenarnya ia harus segera pulang sekarang, tapi ada sesuatu yang membuat nya menahan hal itu.
"Gua izin dulu," Alva mengeluarkan handphone nya kemudian mengetik pesan pada sang Bunda untuk meminta izin pulang lebih lambat.
Gistara kini bingung, bagaimana cara nya agar Alva pulang? ia ingin sekali berucap kembali tapi ia takut cowok itu memiliki banyak jawaban pada setiap ucapan nya.
Lagipun sejak beberapa minggu terakhir, ia merasa sangat aneh dengan sikap Alva terhadap nya, seperti tak biasa tapi ia juga bingung.
"Oke, kata Bunda gapapa." ucap cowok itu seraya mematikan handphone nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?(K.K)
Random!DON'T COPY! Tak ada yang spesial, hanya menceritakan seorang remaja dengan jiwa yang selalu di paksakan untuk kuat melawan kejam nya dunia, lalu jiwa rapuh itu di pertemukan oleh jiwa-jiwa yang di dalam nya memiliki sejuta kebahagiaan. "Tanpa kalia...