"Butuh bantuan gak, Na?"
Ilona yang tadi nya tengah fokus berjalan sembari menbawa tumpukan buku itu sontak terhenti, mata nya sedikit membelalak ketika mendengar suara seseorang.
'Vino..'
"Butuh bantuan?" tanya Vino lagi, senyum nya tak lupa ia tunjukan pada gadis itu.
"Y-ya, boleh deh." mendengar itu dengan cepat Vino mengambil beberapa buku yang berada di tangan Ilona, sebenarnya ingin ia bawa semua namun Ilona tak membolehkan.
"Bawa kemana?" tanya Vino.
"Di suruh antar ke kelas E" jawab Ilona tanpa menoleh pada Vino, gadis itu sibuk menghitung buku-buku itu kembali.
"Oke,"
Setelah nya, kedua anak manusia itu berjalan beriringan ke kelas yang akan mereka tuju. Ilona mengulum senyum nya, beberapa hari ini ia merasa kan sensasi yang berbeda ketika Vino datang atau ada di dekat nya.
Dan beberapa hari ini, Vino selalu saja mengirim pesan pada nya lewat WhatsApp, entah itu hanya untuk menanyakan tugas atau hal yang tak penting sedikit pun.
Ini di mulai sejak bazar hari itu.
Kini, mereka sudah sampai di kelas E. Vino dan Ilona masuk ke dalam kelas itu. Saat baru saja masuk, suara Davicko terdengar.
"Sudah official juga nih, Vin?" goda Davicko pada teman nya itu.
Ucapan Davicko tersebut langsung di hadiah kan dengan tatapan tajam dari Vino, sontak Davicko mengatupkan bibirnya rapat-rapat dengan Liam yang menahan tawa di sebelah nya.
"Pas ya 30?" tanya ketua kelas E pada Ilona.
Ilona mengangguk "pas, boleh di hitung lagi."
"Oke, thank you."
Ilona mengangguk, kemudian gadis itu berbalik dan mengajak Vino agar segera keluar dari kelas ini. Pasal nya ia sedikit tak nyaman akibat mendapatkan beberapa tatapan tajam dari tiga orang gadis di kelas itu.
Setelah mereka keluar, Ilona menghela nafas nya lega. Ia benar-benar merasa terintimidasi oleh tatapan dari tiga orang gadis tadi.
"Kok lo di sinisin?" tanya Vino tiba-tiba.
"H-hah? maksud lo?" tanya Ilona seolah ia tak faham maksud Vino.
"Tadi lo di sinisin sama tiga cewek yang duduk di pojok kanan dekat meja guru, sadar gak?" jelas Vino singkat.
Ilona mengangguk "sadar kok, Vin."
"Kenapa di sinisin?"
Ilona melirik remaja itu sejenak "ada problem dikit."
"Problem apa?"
Ilona mengernyit kan dahi nya, mata gadis itu menatap Vino dengan sebelah alis terangkat.
"Kepo!" semprot Ilona.
Vino menoleh "bukan kepo, tapi penasaran."
"Sama aja.." desis Ilona penuh penekanan.
Mereka berjalan di koridor panjang itu dengan keheningan yang menyelimuti, tak ada lagi yang membuka suara di antara kedua nya.
Ilona diam bukan karena ia kesal, tapi karena sifat Vino terhadap nya beberapa hari ini. Sifat nya itu tak bisa di tebak, sangat membuat Ilona bingung.
"Mikirin apa?"
Pertanyaan Vino itu membuat Ilona menghentikan langkahnya, Vino ini seperti peramal yang bisa tahu apa saja, bahkan cowok itu bisa tahu bahwa tadi Ilona mendapat tatapan tak enak dari beberapa gadis di kelas E.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?(K.K)
Random!DON'T COPY! Tak ada yang spesial, hanya menceritakan seorang remaja dengan jiwa yang selalu di paksakan untuk kuat melawan kejam nya dunia, lalu jiwa rapuh itu di pertemukan oleh jiwa-jiwa yang di dalam nya memiliki sejuta kebahagiaan. "Tanpa kalia...