"Fokus!!"
"LIAM, MAIN YANG BENAR!"
"VINO, EDWARD! HANDLE BOLA NYA!"
Suara dari seorang pria yang di leher nya menggantung sebuah pluit itu membuat beberapa orang terkejut, tapi tidak untuk mereka yang kini tengah ada di lapangan dan dalam instruksi nya.
Davicko mendribble bola basket itu dengan sangat lancar, tapi saat ia hendak menembak nya ke arah ring, bola itu malah melewati ring.
"Davicko, apa-apaan kamu ini?! fokus!" teriak pria itu pada Davicko – Coach Vincent.
"Sorry, coach." ujar Davicko merasa bersalah, kaki nya terasa mati karena ia tak berhenti berlari ke sana ke mari sejak tadi.
Prittt!!
"Silahkan istirahat, saya kasih waktu 30 menit. Setelah nya kita akan game!" ucap Coach Vincent setelah meniupkan peluit nya.
'Akhirnya...' batin mereka semua, lega.
Mendengar itu, mereka yang tadi nya berdiri di tengah lapangan kini beranjak berpindah ke pinggir, mencari tempat teduh dan mengistirahatkan tubuh mereka sejenak.
"Ca...pek.." kata Vino terbata, nafas nya yang masih menderu terdengar di telinga teman-teman nya.
"Ambil kan air," pinta Jordan yang kini tengah berbaring, baju kaos nya sudah basah kuyup. Mendengar itu, tanpa berlama-lama Liam yang dekat dengan kotak air segera menyodorkan sebotol air mineral pada teman nya itu, sebelum itu ia juga membuka kan tutup nya.
"Thank you, Am," kata Jordan, lalu beranjak duduk dan meneguk air itu hingga setengah. Di sebelah nya ada Reynal dan Edward yang terkapar dengan mengenaskan nya.
"Di siksa," lirih Edward seraya memegangi dada nya, merasakan detak jantungnya yang berdetak kencang.
Kenan menatap teman-teman nya satu persatu, ia sebenarnya tak kalah lelah nya dari mereka, tapi ia lebih memilih untuk tetap duduk tenang dan membersihkan keringat nya dengan handuk yang ia bawa di dalam tas.
Sejak pagi, mereka tak masuk ke dalam kelas hingga sampai pada saat ini yang di mana sebentar lagi waktunya untuk keluar main.
Handphone mereka di kumpul kan, jadi tak ada yang bisa bermain handphone dan akan fokus pada latihan hari ini. Alhasil Kenan tak bisa mengirim pesan pada gadis tercinta nya – Gistara Maura.
Hanya tersisa beberapa hari lagi menuju event yang sudah mereka bicarakan bersama Gavin pada waktu itu, yang katanya waktu event tinggal satu bulan lagi ternyata kembali di undur ke bulan berikutnya. Jadi akhir-akhir ini mereka berlatih sekeras mungkin dan jarang berada di kelas, lagi pun semua guru sudah memberikan izin pada mereka yang akan bertanding.
"Mantap, bos, gua nyerah." Kenan menoleh saat Davicko yang duduk di sebelah nya berucap, keringat masih terus bercucuran di sekujur tubuh nya itu.
"Ada penyemangat," Kenan menepuk pelan pundak Davicko, dan membuat sebuah tatapan kebingungan terbit dari cowok bermata gelap itu.
"Itu lo, kalo gua ya ga–"
"Gak usah ngelak, gua tahu." sela Kenan, senyum meledek terbit di wajah tampan itu.
Davicko mengernyit bingung, ada rasa kecurigaan di dalam dirinya pada Kenan, tapi... Tapi untuk apa ia mencurigai Kenan?
"Maksud lo?"
Kenan menoleh ke belakang, mengambil sebuah botol air minum berbentuk Teddy Bear lalu ia sodorkan pada Davicko.
"Kalo nanti capek, minum ini, di jamin capek nya hilang karena ini dari aku." ujar Kenan mengikuti kata-kata seseorang, mendengar itu Davicko terbelalak kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?(K.K)
Random!DON'T COPY! Tak ada yang spesial, hanya menceritakan seorang remaja dengan jiwa yang selalu di paksakan untuk kuat melawan kejam nya dunia, lalu jiwa rapuh itu di pertemukan oleh jiwa-jiwa yang di dalam nya memiliki sejuta kebahagiaan. "Tanpa kalia...