Uhuk uhuk
Kenan berlari keluar ruangan, menepuk-nepuk dada nya pelan ketika ia terbatuk karena debu di dalam ruangan itu.
Ia berada di ruangan lantai dua rumah nya, ruangan yang sudah lama tak ia jarah.
Setelah tak lagi terbatuk ia kembali masuk, ruangan itu sudah ia bereskan sejak pulang sekolah. Dan kini, ia hanya akan mengeluarkan barang-barang tak penting dan akan ia pindah kan ke gudang.
"Ini apa?" tanya Kenan saat melihat sebuah kotak yang tak terlalu besar di sana, ia memilih untuk membuka nya dulu karena takut akan ada barang penting di dalam nya yang akan terbuang.
Ia mulai membuka kotak itu, melihat isi nya satu persatu. Dahi nya mengernyit kala melihat DVD serta laptop usang yang tersimpan di sana, ada beberapa kertas, mainan serta beberapa barang lainnya.
Kenan beralih pada kertas, kertas yang berisikan kata-kata dari tulisan tangan seseorang yang tertuju pada nya. Ia kini beralih pada sebuah buku yang berdebu, di depan buku tersebut tertulis nama nya dan nama seseorang.
Perlahan ia membuka buku tersebut, ternyata itu album kecil nya dan orang itu. Tangan nya mulai terasa dingin, ada rasa sesak yang tak bisa ia jabar kan.
Ini kalian, di umur 2 tahun.
Kenan mengamati foto itu, ada rasa rindu yang teramat dalam pada sosok di dalam foto itu.
"Kita lahir, cuma di bedakan oleh menit." ucap nya dengan pelan dan bahkan nyaris tak bersuara.
Ia menutup buku itu dengan tangan nya yang bergetar, kemudian beralih pada DVD dan laptop kecil tadi, ia masukan kembali benda itu ke dalam kotak dan membawa kotak itu ke kamar nya.
Ia men-charge laptop itu kemudian memilih untuk keluar dari kamar nya dan melakukan kegiatan lain.
*****
Gistara kini tengah berada di dalam kamar milik Gavin, sejak 1 jam yang lalu hanya untuk bermain uno bersama. Lagi-lagi, di permainan yang kesekian Gavin lah yang memenangkan nya.
Gistara melempar kartu yang masih tersisa di tangan nya itu kesal, "Udah ah, gak mood!"
Gavin menatap adik nya itu dengan tatapan meledek, "Cemen lo,"
Gistara tak menggubris, ia lebih baik bermain ponsel nya dari pada menjawab dan meladeni Gavin, karena Gavin itu sama saja seperti Andriano.
"Besok nongkrong, mau gak Ta?" ajak Gavin sembari membereskan kartu uno nya, sudah lama ia tak mengajak adik kecil nya ini pergi ke suatu tempat.
"Hmm, mager." jawab Gistara asal-asalan, gadis itu meraih guling di sebelah nya dan berbaring di posisi nyaman di atas tempat tidur Gavin.
"Kalo ada Kenan?"
Mendengar nama Kenan di sebut, sontak Gistara bangun dari posisi nya, "Ayo aja."
Gavin menatap Gistara aneh, ternyata di kecil yang dulu selalu ia jahili ini sudah menjadi bucin akut.
"Bucin parah lo, Ta." kata nya seraya melempar bantal ke arah Gistara. "Sejauh ini gimana? secara, lo berdua itu pasangan yang masing-masing nya punya fans berat di mana-mana, ada yang ganggu?"
Gistara menggeleng, "Gak ada, sama sekali gak ada."
Gavin menganggukkan kepalanya, "Bagus lah, jaga cowok lo, jangan kasih kendor."
Gistara menyipitkan matanya mendengar itu, "Emang siapa yang bakal ganggu? ada yang mau rebut Kenan?" tanya nya penasaran.
"Gak ada, tapi jaga-jaga aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?(K.K)
Random!DON'T COPY! Tak ada yang spesial, hanya menceritakan seorang remaja dengan jiwa yang selalu di paksakan untuk kuat melawan kejam nya dunia, lalu jiwa rapuh itu di pertemukan oleh jiwa-jiwa yang di dalam nya memiliki sejuta kebahagiaan. "Tanpa kalia...