Keheningan adalah hal yang terjadi di antara sekumpulan remaja laki-laki di sebuah ruangan, ruangan yang terletak di rumah mewah Andriano.
Pagi-pagi sekali mereka langsung datang ke-kediaman Andriano untuk membahas sesuatu, mereka sudah berjanjian sejak tadi malam.
Alva dan Reynal menatap Jordan yang kini tengah berkutat dengan laptop nya, mencari informasi seseorang di sana.
Andriano, Vino, Edward dan Jeremy sibuk berkelana dengan pikiran mereka masing-masing, memikirkan sesuatu yang masih menjadi abu-abu untuk mereka.
Berbeda dengan Kenan, yang sekarang tengah memikirkan mimpi nya tadi malam. Semua yang terjadi di dalam mimpinya itu masih terekam jelas hingga sekarang, tak ada satupun bagian yang hilang di ingatan nya. Apalgi ketika ia mengingat cerita Gistara lewat telfon tadi malam.
Satu hari sejak kematin Kevin, mereka berusaha keras menggali informasi yang mungkin bisa mereka dapat dan bisa mengungkap kronologi di balik tewas nya teman mereka.
Andriano menatap cowok itu lekat, jujur, ia rasa apa yang ada di benak nya sekarang ialah sama apa yang sekarang ada di benak Kenan.
"Cctv gedung 24 ada kan?" tanya Andriano, teman-teman nya mendongak menatap cowok itu.
"Seingat gua ada, tapi gedung itu kan lama terbengkalai jadi mana mungkin cctv nya masih ak– tif?" suara Jordan memelan di akhir kalimat nya, senyum tipis kemudian mulai terbit di wajah mereka.
Tangan Jordan bergerak mengambil handphone nya, menghubungi seseorang dan kembali pada laptop nya.
"Kita tunggu, gua sudah hubungi seseorang," kata Jordan membuat teman-teman nya mengangguk.
"Andri, aku mau ce– rita,"
Semua atensi kini teralih pada pintu ruangan, ada 3 orang gadis yang berdiri di sana dengan wajah bingung menatap mereka.
"Hay," sapa Andriano, Jordan dan Reynal.
"Kalian ngapain?" tanya Evara seraya menatap mereka dengan tatapan heran nan bingung.
"Nongki bos," jawab Reynal sekena nya, cowok itu mengusap rambut nya asal.
Ketiga gadis itu hanya menggelengkan kepala mereka, jawaban yang sangat abal-abal menurut mereka. Lagipun ada yang aneh, Jordan seperti nya tampak serius bersama Alva di sebelah nya dengan laptop yang di utak-atik. Gistara menatap Kenan yang kini juga tengah menatap nya, dari tatapan itu mereka seperti berkomunikasi.
"Lo tadi mau cerita kan, Mi? cerita apa?" tanya Andriano, tangan nya bergerak memberi isyarat pada ketiga gadis itu agar masuk dan ikut duduk di antara mereka.
Miane duduk, membenahi kacamata nya yang sedikit turun kemudian menghela nafas.
"Kevin," ujar nya seraya menyebutkan nama itu dengan lirih.
Semua mata kini tertuju pada gadis itu, Jordan sontak menghentikan jari-jari nya yang sedari tadi sibuk menekan-nekan tombol di laptop. Tatapan mereka seolah memberikan sinyal kebingungan yang sangat kuat, dan mengapa sekarang Miane terlihat sedih?
"Lo kenapa, Mi?" tanya Reynal kebingungan.
"Kevin..." Miane menatap teman-teman nya dengan mata berair, "Tadi malam dia datang ke mimpi aku,"
Kenan, Gistara, Evara, Andriano dan Alva merasakan atmosfer yang tiba-tiba berubah menjadi dingin sekarang. Sedangkan yang lainnya terdiam, merasa sedikit bergetar mengingat suatu hal.
Miane mulai menceritakan mimpinya tadi malam, meski dada nya sudah sangat sesak untuk menceritakan hal ini tapi sungguh, gadis ini berusaha sekuat mungkin agar tetap tenang. Berbeda dengan Gistara dan Evara yang sudah meneteskan air mata mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?(K.K)
Random!DON'T COPY! Tak ada yang spesial, hanya menceritakan seorang remaja dengan jiwa yang selalu di paksakan untuk kuat melawan kejam nya dunia, lalu jiwa rapuh itu di pertemukan oleh jiwa-jiwa yang di dalam nya memiliki sejuta kebahagiaan. "Tanpa kalia...