Tawa dari 5 orang remaja kini tengah memenuhi lapangan voly sekolah, kelima nya sedang tertawa dan entah apa yang mereka tertawakan.
"Letoy," Andriano menggeletakan tubuh nya di atas lapangan, ia sudah lemas akibat banyak tertawa.
"Seru ga?" tanya Evara yang kini tengah mengambil air mineral.
"Seru!"
"Tangan ku merah." Miane mengangkat tangan nya, telapak tangan nya tampak memerah.
"Gua juga." Gistara menunjukan tangan nya.
"Tangan gua kayak mati rasa." sahut Andriano sembari mengubah posisi duduk nya.
"Segitu doang, lebay." Evara menoyor kepala remaja itu.
Andriano berdecak sebal. Ia ingin sekali membuang Evara ke selokan di depan sekolah saat ini, menyebalkan.
"Mentang-mentang lo suhu!" sungut Andriano tak terima.
"Apa? ngerasa cupu?" balas Evara.
Andriano menatap Evara malas, pagi hari pun ada saja ulah seseorang yang membuat nya kesal.
"Mending main lagi." sahut Kenan yang kini sudah berdiri di dekat net, bahkan ia sudah oper mengoper bersama Miane dan Gistara.
Miane dengan wajah bahagia nya memukul bola voli itu dengan santay, bahkan Andriano saja masih kalah dengan gadis itu sebab Andriano masih sering mengadu kesakitan ketika ia memukul bola.
Alay nan lebay
"Mi, kacamata nya buka aja ngeri pecah." kata Gistara.
"Kalo di buka aku ngelihat gimana? nanti dunia jadi suram tanpa kacamata." jawab Miane dengan lirih.
Gistara menepuk jidat nya, bodoh ia mengatakan itu.
"Kalo kena bola terus kacamata nya pecah, gimana?" tanya Kenan.
"No, ga akan ada bola yang nyasar ke muka ku!"
"Tapi ke muka Andri!" Miane sengaja berteriak ketika ia mengatakan ini, dan gadis itu sedikit menjulurkan lidahnya ke arah Andriano berniat untuk mengejek.
"Apa nyebut-nyebut?! ngefans lo?" balas Andriano.
Saat Miane hendak menjawab ucapan Andriano, Kenan sudah lebih dulu menarik nya.
"Sudah, masih pagi."
*****
Kini, mereka sudah berada di rumah Andriano. Rencana nya hari ini mereka akan memulai membuat makanan untuk bazar di hari kamis.
Tapi mereka tak akan repot, karena beberapa menu sudah di siapkan tanpa harus mereka turun tangan, itu berkat mama Evara.
Wanita itu malah menyuruh mereka untuk tidak membuat apa-apa, biarlah diri nya yang menyiapkan makanan itu, dan mereka tinggal bilang saja apa yang mereka mau.
"Ta, nanti mama lo ke sini bareng mama gua." ucap Andriano yang tengah berbaring di atas kasur nya bersama Miane.
"Kok bisa?"
"Mama gua jemput, lagian gedung tempat mama lo kerja kan sebelahan." lanjut Andriano yang kini tengah sibuk bermain game di handphone nya.
"Iya juga, oke lah." Gistara mengacungkan jempol nya.
Kamar kini tiba-tiba hening, hanya suara-suara dari handphone mereka masing-masing lah yang terdengar.
"Adena and the geng, mereka kemana ya?" itu suara Kenan, remaja itu kini tenga menatap langit-langit kamar Andriano.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?(K.K)
Random!DON'T COPY! Tak ada yang spesial, hanya menceritakan seorang remaja dengan jiwa yang selalu di paksakan untuk kuat melawan kejam nya dunia, lalu jiwa rapuh itu di pertemukan oleh jiwa-jiwa yang di dalam nya memiliki sejuta kebahagiaan. "Tanpa kalia...