Fast Lane 77 - Silent House

53 2 0
                                    


Akhirnya, gue berhasil membawa dua buah mahluk yang heboh ini ke kediaman keluarga kami, keluarga Ibu Elfa Laksmita di daerah Cipaganti. Oh ya kembali lagi tentang kedua mahluk yang gue bawa, yes, dua buah mahluk itu adalah auntie Olly dan si kecil Jefferson.

Setibanya di rumah, sudah bertahun tahun gue tinggal di rumah ini, sampai sekarang kondisi rumah ini justru semakin memburuk, bukan, bukan karena rumah ini mau rubuh atau karena lapuk. Melainkan karena rumah ini semakin sepi saja rasanya. Benar benar memburuk, tidak ada riuh suara orang orang tersayang gue lagi di dalamnya.

Akhirnya gue melangkah masuk, membuka pintu yang sudah lama tidak terjamah oleh tangan gue. Suara rangkaian kunci yang bergantungan bercampur dengan deru angin malam membentuk melodi yang mengundang kenangan-kenangan lama. Serasa waktu kembali berjalan mundur, gue teringat cerita-cerita waktu kecil, suasana hangat, tawa khas ibu, aroma masakan yang selalu hangat menemani hari-hari gue.

Dua mahluk itu, auntie Olly dan si kecil Jefferson, ikut masuk, memandangi sekeliling dengan tatapan penasaran. Mata auntie Olly terpaku pada potret keluarga di dinding, sementara Jefferson tampak asyik memperhatikan ikan dalam akuarium yang sudah lama tidak gue lihat.

Gue berjalan ke dapur, sebuah ruang kecil yang kini tampak asing. Gue meraba permukaan meja kayu, merasakan tekstur dan suhunya yang sudah lama tidak terjamah oleh tangan manusia.

Entah kenapa, gue merasa bisikan-bisikan masa lalu di sudut-sudut ruangan ini. Suara-suara yang dulunya bising dan riuh, kini hanya membisik dalam bayangan. Rumah ini sudah tidak sama lagi, tetapi gue yakin, dengan kedatangan auntie Olly dan Jefferson, akan ada perubahan.

Mengusap air mata yang tiba-tiba jatuh, gue berbalik dan melihat auntie Olly dan Jefferson. Gue memastikan untuk membuat rumah ini kembali hidup, untuk mengisi keheningan dengan suara tawa dan cerita baru. Mungkin itu yang rumah ini butuhkan, suara-suara riuh yang bisa menggantikan hampa.

"Yuk, kita acak-acak rumah ini," gue katakan pada auntie Olly dan Jefferson. Mereka menatap gue, tampak sedikit bingung tapi kemudian Jefferson tersenyum lebar.

Begitulah, rumah tua ini sekarang punya suara lagi. Kami bertiga akan memulai petualangan baru, menciptakan kenangan baru di rumah ini. Meski rumah ini sepi, gue tahu sekarang, bahwa sepi bukan berarti mati. Kadang-kadang, itu hanya menunggu suara-suaranya kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang