Fascinating Promise

61 1 2
                                    

Sekitar sembilan tahun yang lalu, gue berjanji kepada beberapa orang di dalam hidup gue untuk menyempatkan, setidaknya, beberapa jam pada di dalam satu hari milik gue, untuk duduk dan berpikir, atau sekedar bersantai dan mengetik beberapa baris tulisan, untuk mengabadikan tentang kisah - kisah yang sudah kami lalui selama lebih dari bertahun tahun itu.

Perhaps, some of you might wonder who's that person.

Orang itu bukanlah Dewinta, bukan sama sekali. Dan orang itu juga bukanlah para perempuan yang gue kenal di dalam kehidupan gue, tidak satupun, bahkan bila orang itu adalah Ibu... yang pasti, bukan Ibu juga... — Tetapi orang ini adalah salah satu orang di dalam hidup gue, dia berada di antara lingkungan hidup gue sebagai seorang temen, seorang keluarga.

Yang jelas, dia adalah orang yang gue sayang. Siapa orangnya, tidak secepat itu mungkin... bagi gue untuk menuliskan dan mengungkapkan semua tentang dirinya. Juga kalau diberitahu sekarang, rasanya tidak penting sama sekali. — Fascinating promise, adalah dua buah kata yang gue ambil, sebagai judul untuk tulisan gue kali ini.

Fascinating promise, kalau di artikan, artinya adalah janji yang menarik. Janji yang menarik itu pernah gue ucapkan di dalam hidup gue, dari bibir gue sendiri, untuk orang yang mendengar akan janji gue dan gue janjikan, untuk menepati janji janji tersebut. Janji yang sudah gue ucapkan sebelumnya.

Sejauh ini, ada dua buah fascinating promise di dalam hidup gue, dua buah janji yang menarik itu artinya, ada dua orang yang gue janjikan. Pertama gue berjanji untuk mengabadikan mengenai suatu kisah kepada seseorang. Janji menarik yang kedua, gue berjanji untuk selalu maju disaat gue ingin mengabadikannya.

Kata demi kata, kalimat demi kalimat yang gue tuliskan ini sudah seperti melodi yang tertulis dan mengalun diatas kertas. Bunyi nya terdengar buruk? Mungkin... mungkin saja, tetapi gue tidak berharap untuk membuat seuatu yang buruk kok. Kalaupun itu buruk, maka dari sana nya memang sudah buruk, biasanya sih gitu.

Bunyi nya indah dan merdu ketika didengar? Bisa jadi, karena gue akan berusaha se-maksimal mungkin untuk membuat sesuatu terlihat indah dan menarik, agar sesuatu itu bisa dinikmati oleh siapapun yang melihat, membaca, mendengar, membayangkan dan mengetahuinya.

Gue mungkin tidak sepandai itu dalam berkata kata, gue juga mungkin membutuhkan bantuan seseorang yang lebih pandai daripada gue, di saat itu berurusan dengan literatur dan segala macam hal yang berbau bau kisah dalam kata kata, tulisan, dan lain sebagainya.

Sumpah, gue bukan seseorang yang pandai berkisah kasih gitu deh, perasaan profesi gue itu Pilot dan bukan sastrawan, jadi jangan heran yaa kalau gue ini nggak jago jago amat di dalam menulis.

Tapi... meski begitu, gue selalu suka raut wajah orang orang yang gue temui ketika mereka sedang membaca suatu kisah, atau tulisan gue, yang amatiran ini, Dewinta, contohnya, raut wajah dia, disaat dia membaca suatu kisah.

Ada kepuasan tersendiri disaat melihatnya memancarkan raut wajah itu, ada senang, kesal, atau seperti, "Aku sedih baca cerita ini. Aku nggak kuat bacanya, pengen nangis." sebenarnya entah mau memeluk dia atau mau menertawakan dia di momen tersebut, gue bimbang, hahahahaha.

Tapi jujur gue lebih memilih untuk menertawakan dia, karena, well you know, it's a typical. Menangis hanya karena membaca novel percintaan? cewek banget, Dewinta banget. — And i am not like that, unless, it's a book about a man and a tiger, trapped in a broad sea, knowing nowhere they would go. Trying to survive, this man, on the other hand, tried to find a god. Buku apa coba...? Siapa penulisnya coba...?

Yep, Yann Martell. The Life of Pi. Gue bahkan sudah membaca bukunya dari jauh hari bahkan sebelum sinema nya dibuat dan di adaptasi lalu di naikkan ke layar lebar.

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang