Fast Lane 3 - Major Erection

3K 28 0
                                    

Goosfraba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Goosfraba... Goosfraba...

Gue punya satu kebiasaan aneh yang sering gue bawa-bawa kalau gue lagi berada di dalam kamar mandi, yaitu ngomong goosfraba, goosfraba. Ini semacam kalimat yang ditujukan untuk menenangkan pikiran seseorang dengan mengucapkannya secara berkali-kali. Goosfraba... goosfraba... pikiran seseorang akan menjadi lebih rileks dan tenang.

Awalnya, gue dapat ide kecil itu dari sebuah film tentang city cop comedy gitu, kalau nggak salah ya, karena gue menontonnya waktu masih kecil, jadilah gue ikutin hal tersebut, yaitu mengucapkannya. Which is, terasa menenangkan... Tapi cuma setiap mandi aja, gue menikmati mengucapkan goosfraba berulang-ulang kali.

"Hihi..."

Lagi asyik mandi air hangat kuku di pagi hari itu, tiba-tiba gue dibikin jiper sama suara aneh yang terdengar seperti suara kuntilanak itu. Meskipun gue seorang non-believer atau orang yang nggak percaya terhadap hal-hal yang khayal dan takhayul seperti ini, tapi yang namanya legenda rakyat ya pasti lengket di pikiran anak-anak yang pernah tinggal di Indonesia, bro.

Ya, apalagi kalau bukan kuntilanak merah yang konon katanya cuma ada di Bali. Correct me if I'm wrong. Kuntilanak merah memiliki magical force atau kekuatan magis yang lebih dahsyat bila dibandingkan dengan kuntilanak biasa, kuntilanak putih. Hih! Nggak mau gue diculik dan dibawa ke dimensi yang berbeda sama kuntilanak-kuntilanak itu. Apalagi pada saat mandi kayak begini.

"Hih, hihihih..." suara itu terdengar lagi, lae. Anjiang!

Lo tahu kan betapa angkernya, betapa kecilnya gue merasa saat berada di momen seperti ini. Lo tahu kan gimana suasana mistisnya Bali? High, bro! (Kenceng, bro!)

Gue kadang mau nonjok rasanya kalau udah ada di tempat dan posisi seperti ini. Lagi asyik mandi dong... digangguin. Bukannya gue mau sompral, tapi ya, seenggaknya jangan ganggu gue pas lagi mandi lah... Nggak, nggak bakal kabur kok gue, cuma ya, mengganggu kenikmatan momen mandi seseorang, itu aja udah salah... Hahaha. (Nih hantu, gue curhat buat elo!)

Sedikit ilustrasi, kamar mandi di vila milik Dewinta ini terletak jauh dari kamar dan ruang utama lainnya. Untuk masuk ke bilik shower-nya aja, gue harus melewati ruangan panjang, agak gelap remang-remang dengan hiasan bunga dan lilin-lilin kecil yang menempel di dindingnya.

Temboknya terbuat dari keramik yang berwarna hitam ke abu-abuan, bro. Gue nggak hafal persis apa namanya. Dan yang jelas, sebelum masuk sampai ke bilik shower-nya, gue harus melewati wastafel dengan kaca-kaca yang menampakkan visual dari diri gue sendiri. (Lagi ngaca dong? Iya. Oh, what the hell.)

Kalau di tempat seperti ini, berkaca bukannya terasa nikmat, tapi malah parno yang ada, karena mungkin ada makhluk lain yang ikut ngaca di belakang elo. Hiii... serem...

Anjrit! Sialan banget emang. Gue yang cerita, kok malah gue yang jadi ikut takut.

"Heummm..."

Wah, suara itu muncul lagi... Okay! Gue mau sudahi saja ritual membersihkan badan ini! Karena kesel, gue memberanikan diri untuk berbicara, "Woi hantu! Jangan ganggu lah... Bentar lagi mandinya selesai nih, ah! Kimak kali kau ini, hantu!" hardik gue kasar kepada si hantu, dan masih mencoba berkonsentrasi untuk membilas busa shampoo di pucuk rambut gue.

Sreek.

Drap!

Now Playing - D'Angelo - How Does it Feel

"Kamu yaaa, ganteng-ganteng ngomongnya kasarrr~" ucap seseorang kemudian. Tiba-tiba ada suara nge-bass, samar-samar hadir mendesis di samping telinga gue yang lagi asyik ber-shampoo ini, dan kagetlah gue, maka gue langsung bertindak karena tahu ada seseorang masuk ke bilik shower gue ini. Karena kan tadi pintunya tergeser.

Gue: "Eeeh?" Kaget Panik sendiri Ngucek-ucek mata Mutar kepala Lihat kanan-lihat kiri

"Eh? Dee..." ucap gue pelan. Nggak tahu kenapa, refleks gue di situ bukannya yang aneh-aneh, setelah melihat wajah Dewinta, gue malah melanjutkan untuk mandi lagi, menyingkirkan shampoo foam dari rambut gue di bawah kucuran air shower ini.

Mungkin gara-gara kesel tadi kali ya, gue mengira dia itu hantu, eh taunya si Dewinta yang lagi puas-puasnya ngisengin gue.

"Hm hm... aku ikutan mandi ya... hehe," ucap Dewinta setelah itu.

Deg.

Dewinta, sambil mendekat, melekat di bagian belakang badan gue.

Dewinta, dengan dua properti kenyalnya yang hadir di dekat gue. Nipplenya yang terasa padat... menjadi ambang terakhir yang menimbulkan hasrat tanpa batas... Bak nirwana, nipplenya menyentuh setiap jengkal saraf elo... bro. Eits, saraf gue dong... hahahahaha, masa saraf elo!

Meledakkan fantasi terliar yang menggoyahkan iman. (Emangnya gue beriman, bro?) Dewinta, dengan suara mendesahnya yang khas... memeluk gue dari belakang, memainkan jari-jemarinya yang lentik, membelai 'sesuatu' yang menjadi milik gue.

Perlahan... menikmati setiap momennya...

"Hih... cowok... mandi air anget kuku... geli deh..." ucap Dewinta sambil ikut berbasah-basahan, rapet-rapet di belakang gue. Rapet-rapet sini, bro.

Ah, elo, ada aja maunya.

"I don't care..." (Arti lainnya: Masa bodoh...) jawab gue agak judes dan singkat kepada Dewinta.

"Ih, Palma, judes sekaleee~" sambung Dewinta kepada gue, kini dia sibuk membasahi tubuhnya di belakang punggung gue. "Ih... 'punya' dia berdiri dong..." ucapnya lagi setelah itu.

Gue: Mengintip Hmmm.

Dannn bersambungggg.

Ha ha ha ha ha.

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang