Fast Lane 49 - Of How I Grow

44 2 0
                                    

Note: Ini gue dibantu sama Freya ya nulisnya...

Jujur, jujur sebenarnya gue nggak pernah berpikir untuk punya kebiasaan suka mengagumi cewek, atau mahluk yang bernama cewek, jika dalam bahasa dramatis nya. Terlebih lagi kepada yang masih virgin,—terlebih lagi kepada yang memiliki motif kepribadian yang kuat.

Gue ingat, banyak orang, terutamanya para anggota keluarga dari keluarga besar Ibu, hmm, gimana ya cara gue ngomongnya, sering mengatakan bahwa; jangan terlalu banyak menggandeng cewek.

Nanti bisa repot urusannya, ucap mereka, para anggota keluarga gue itu. Rupanya benar saja itu terjadi, repot urusannya, dan gue sudah pernah mengalaminya berkali - kali. Karena satu hal yang amat sangat - sangat simpel, cewek tidak suka di madu. Dan gue rasa, begitu pula dengan lelaki, lelaki juga tidak suka di madu, kok.

Ketiga, culture di sebuah masyarakat. Tentu saja, culture masyarakat A jika dibandingkan dengan culture masyarakat B, setidaknya memiliki beberapa perbedaan, yang menjadi pembeda jelasnya. Gue tidak peduli perbedaannya seberapa besar atau kecil, yang jelas, adanya sebuah perbedaan itulah yang membuat gue menjadi paham akan keadaan yang gue hadapi.

Nah, tumbuh besar di sebuah keluarga yang memiliki dua buah culture yang berbeda masing - masingnya, membuat gue mengalami fase percampuran culture, bisa dikatakan, fase ini tidak mudah. Karena di satu sisi, Papa memperbolehkan gue mencium dua cewek dalam satu waktu sekaligus.

Sedangkan di sisi lain, Ibu, mengancam gue terang - terangan, kalau gue menyakiti hati seorang cewek. Atau, dalam bahasa tersiratnya, jangan cium dua cewek dalam waktu yang bersamaan.

This... is what I call, a total shit in life.

Istilah - istilah diatas itu hanyalah sebuah perumpamaan jika gue memiliki hubungan personal dengan mahluk yang bernama cewek. Jangan, coba - coba, untuk memainkan perasaan seorang cewek. Kata Ibu kepada gue. Lantas, apakah Papa pernah selingkuh?

Bajingan nya, Papa tidak pernah selingkuh dari Ibu. Dan gue heran, seheran - herannya. How can, a man like him? Disini ada dua buah probabilitas, kalau bukan karena masa nakal nya sudah habis, kedua, dia terlalu jatuh cinta sama Ibu. Berarti... kalau gue sering selingkuh, itu adalah ajaran Jackie, so yeah, tidak ada yang bisa di salahkan dari Papa.

Gue memang tidak berangkat dari pengalaman - pengalaman buruk karena ditolak oleh cewek, mengejar - ngejar cewek yang sebenarnya akan menjadi sia - sia pada akhirnya, atau terlalu banyak berpikir, seperti nasib beberapa sobat cowok gue diluar sana, yang mungkin terlalu banyak mikir soal cewek? — sehingga akhirnya tidak melakukan apa - apa sama sekali. Tidak mengeksplorasi? Tidak memiliki pengalaman dengan cewek? Tidak pernah mau tahu bagaimana rasanya, karena tidak mau mencoba?

Honestly, melakukan itu semua pun tidaklah mudah.

Belasan tahun lalu... gue memutuskan untuk menyelami dunia para cewek bukan karena gue good-looking, atau hal - hal lain yang gue rasa tidak terlalu penting untuk di sebutkan disini. Tetapi, satu alasan yang membuat gue ingin menyelami dunia mereka, adalah karena gue ingin sekali tahu, apa sih, yang ada di dalam pikiran mereka?

Seperti, bagaimana cara mereka dalam memandang dunia? Bagaimana cara mereka berpikir, bergerak, memutuskan, dan bagaimana cara mereka bersolek sehingga dapat membuat diri mereka tampak mempesona ketika tampil di depan banyak lelaki. — Sekian banyak yang gue ingin tahu, dari seorang cewek. Ada yang bilang, ketahuilah hal - hal seperti itu dari sosok Ibu kita sendiri.

Well, quite unfortunate, hubungan gue dengan Ibu di masa lalu tidaklah begitu dekat. Reasons why, Ibu sibuk berbisnis, gue sibuk mencari sosok cewek yang bisa gue jadikan inspirasi dalam hidup gue. Meskipun demikian, Ibu masih punya waktu untuk gue. Meski nggak banyak...

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang