Slow Lane 25 - Que sera sera

69 2 2
                                    

When I was just a little girl

I asked my mother

What will I be

Will I be pretty

Will I be rich

Here's what she said to me

Que sera, sera

Whatever will be, will be

The future's not ours to see

Que sera, sera

What will be, will be.

Bagian ini gue dedikasikan secara penuh buat diri gue yang masih kecil dulu. Setelah mencari cari musik yang pas untuk bagian ini, barulah gue bisa lanjut untuk menceritakannya lagi.

Musik ini gue temukan di lemari tua milik Ibu... Ibu masih punya versi vinyl nya, karena jaman dulu keluarga dia memang suka koleksi vinyl... alias piringan hitam. Tapi buat share disini gue rasa vinyl udah nggak terlalu di butuhkan lagi... secara udah ada youtube yaa... Que sera sera, whatever will be, will be.

Que sera, sera, adalah musik yang mungkin nggak nyambung sama slow lane di bagian ini... tapi menurut gue, music ini pas banget buat nge gambarin momen yang terjadi di dalam kehidupan gue di senja hari itu, di the skyline of Rotorua... karena whatever will be? will be.

Senja hari di Rotorua itu terlihat indah sekali, dengan cahaya matahari yang terbenam... gue lagi asyik asiknya main luge (apa tuh? cek aja Google hahahaha, luge itu semacam kereta kecil yang bisa meluncur gitu) bareng dengan auntie Olly dan beberapa teman teman kampusnya... itu adalah dua minggu pertama gue di sana... di Rotorua.

Minggu - minggu awal paling nikmat yang pernah gue alami di masa masa itu dalam hidup gue... yang harusnya berjalan sesuai rencana, berjalan lancar kali ya... tapi rupanya, ada rencana lain yang menyalip rencana awal dalam hidup gue, persis kayak apa yang barusan baru aja gue lakukan kepada auntie Olly... yaitu menyalip dirinya.

Dan rencana itu adalah... ini: saking asyiknya gue bermain disaat saat itu... teriakan auntie Olly yang menyebut Tuhan dalam teriakannya itu akhirnya berubah.... menjadi sebuah kekacauan

*brak*

*bugh*

Dan segala macam efek suaranya... menjadi suatu malapetaka dalam hidup gue... iya bro... gue JATUH dari jalur luge atau go kart kecil itu... kepala gue terbentur dahsyat karena gue jatuhh hingga guling guling sampai ke lajur luge yang berada di paling bawah... meskipun gue sudah pakai helm... namun Tuhan tetap berkata lain, setelah jatuh, gue pingsan dan tetap nggak sadarkan diri di tempat, persis saat setelah gue jatuh itu..

Mungkin ini disebabkan karena gue jatuh terlalu dahsyat, dan gue kurang kuat untuk seorang anak di umur segitu. Arena luge di jaman dulu, jelas beda dengan luge arena di jaman sekarang, analogi simpelnya gini, luge jaman dulu, nggak safety. Luge jaman sekarang, lebih safety dan lebih inovatif.

Mampus.... kata Tuhan, anak bandel kayak elo itu pantesnya dihukum, Ashburn.... habisnya songong sih.... hahah, nggak, becanda becanda. Mana ada Tuhan ngomong begitu... gilaaa haha, buset, gue nggak bisa serius nulis begini.

Nah, disitu kan gue udah ko'id ya... dan kali ini gue mau ganti point of view di dalam cerita gue ke point of view nya auntie Olly dulu ya... kira kira beginilah jadinya seingat gue kalau gue cerita soal itu di hari ini... soalnya dia menceritakan ulang kepada gue menyoal kejadiannya.

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang