Fast Lane 56 - Not A Carpe Diem

193 1 0
                                    

"How much is this?" tanya gue kepada seorang pelayan dalam sebuah toko lukisan di sekitaran pantai.

"2000 euro." totalnya.

"Do you accept mastercard?" tanya gue menelaah.

"Si." jawabnya singkat.

Setelah gue melakukan proses pembayaran, kasirnya ngomong, "Grazie tante."

"Aahahaha, si, si." jawab gue yang sudah lupa banget sama bahasa dari negara yang juga bermata uang lira ini.

"Prego." jawabnya kemudian.

"Pre-gay?" tanya gue tidak paham.

"Come again?" pinta gue agar dia mengulang bahasa Itali nya itu.

"No, prego! serr, pre-go!"

"Preegoo?" tanya gue, yang kali ini, mulai terdengar bodoh.

"Si!" jawabnya mantap!

"Ah..." akhirnya, gue paham.

"What's that mean?"

"Your welcome, signor."

"Alright." gue mengakhiri percakapan dengan kasir dari toko lukis itu.

And the next thing i do is sitting in Niasca at Portofino. — Tumben, kerajaan di surga lagi nggak ngambek sama gue. Haha, gue dikasih senja hari (sekitar pukul 4 petang waktu itu) yang enak banget, langitnya bersinar kekuningan, awan nya terlihat tipis dan nggak berlebihan. Portofino seolah sedang berada di bulan Agustus pada saat itu.

Sambil menyeruput mocktail rasa apa, gue nggak tahu karena sudah lupa, gue sedang duduk - duduk sendirian di daerah pinggiran pantai di Portofino. — Kalau ditanya, kenapa nggak sama Vee dan papi maminya? Hehehehe, nanti aja lihat chapter selanjutnya...

Well, padahal kalau gue datang pada bulan September kesini, gue bakalan bisa beli tiket buat nonton polo air di lautan Portofino. Sayang, gue datang ke sini nya pada bulan November, jadi ya nggak banyak yang bisa gue lakuin selain leha - leha saja sambil belanja belanja kecil disini.

Walaupun Ibu nggak bilang buat minta dibeliin oleh - oleh sama gue, gue tetap ingin belikan Ibu semacam oleh oleh, terserah, ya kalau gue sih kepikiran buat belikan Ibu lukisan aja, biar nanti bisa dipajang di galeri kesayangan dia di rumah kami, — lukisan yang gue beli adalah lukisan burung kecil gitu, kalau nggak salah. Sama satu buah Genovese, semacam kue, buat natalan nanti di kota Bandung, (ah Palma, basa - basi doang, kalau nggak salah itu kue dimakan sendiri sama gue)

Karena gue lupa membawa koper gue, secara terpaksa gue harus datang ke market terdekat untuk membeli beberapa setel pakaian, seingat gue, waktu itu gue hanya beli baju, celana, mantel hujan, ransel, hehehe, dan gue hoki banget bisa dapat satu buah Loro Piana, lumayanlah, vintage goods kaya gini jarang orang berselera. Gue dapat itu dan segala macamnya di Porticie Nerri, correct me if I'm wrong, seingat gue itu adalah nama tempatnya. Agak hidden gitu, tapi kalau mau inisiatif nanya baik baik sama local folks disini ya elo pasti bakal dibantuin kok.

Untuk fashion disini pilihannya nggak banyak, paling yang berserak ya cuma Prada, Zara, yang mana biasa gue temukan di Jakarta juga, ya kalau mau sengaja shopping fashion sih bukan kesini tujuannya, tapi ke Milan, tahu sendiri kan Milan terkenal karena apa. Disini paling cuma bisa bersantai sambil wine-tasting dekat dan nggak terlalu jauh dari Cinque de Terre.

Kalau jalan jalan disini usahakan pakai skuter, karena banyak juga yang menyediakan jasa penyewaan nya, rata rata Vespa. Nggak jauh jauh banget lah konsepnya dengan menyewa skuter matik di Legian atau Ubud. — Portofino yang dulu sama Portofino belakangan ini itu sangat jauh berbeda, banyak yang sudah move along dan lebih menggemari untuk datang berkunjung ke Cote d'Azur di Prancis sana. Karena katanya lebih luxurious.

Disini hanya sedikit yang tersisa, maklum lah, dampak perkembangan zaman. Disini ada beberapa yang terbengkalai, meskipun nggak semuanya tutup dan gulung tikar. Tetapi gue menemukan ada beberapa gedung yang nggak ter urus gitu dan jadi kurang sedap di pandang. — Senja itu juga... nggak banyak komunikasi yang gue lakukan, ponsel gue, gue silent, bukan apa - apa,

Gue baru aja mengalami kejadian nggak enak semalam itu, kepala gue dipenuhi sama hal - hal yang bikin gue merasa agak khawatir sama diri gue sendiri. Terutama sama seseorang, yes, betul, hal itulah yang sebenarnya gue khawatirkan. — Beberapa saat kemudian gue membuka Skype di ponsel gue, gue telpon si Tjokorda Diwangka Adhi Dhorrrt, "Hello, diw." telpon nya gue dengar sudah tersambung.

"Hai Pal," jawabnya menyambut gue.

"Lagi..." gue baru mau ngomong, "Lo nggak salah ngajak kita ke Genoa, ini rame bangett!" Potongnya kepada gue.

"Eh, maaf, tadi mau ngomong apa?"

"Lagi dimana?" tanya gue pada Diwangka.

"Di pusat kota, ini lagi shopping gue, sama cewek - cewek."

"Vania, Alody?" tebak gue ringan.

"Iya, mereka berdua."

"Gilaaaa, hahah, seru!" jawabnya begitu antusias.

"Wih, okay..."

"Eh, Pal, ada apaan sih? Kok nada elo kayak nggak enak gitu Pal..."

"Diw, kita disini nggak lama ya." jawab gue menjelaskan.

"Wah, ada apaan nih Pal?"

"Gue sih nggak masalah, asal besok terakhir."

"Ada apa sih Palma?"

Lama gue berpikir, tangan dan ponsel gue masih menempel di kuping gue, kaki gue, gue selonjorin, yang gue dengar cuma suara ombak di senja hari itu.

"Palma?" tanya Diwangka dari seberang sana.

"Balik sini deh, Pal. Gue mau lo cerita." undang Diwangka yang sepertinya curiga ada sesuatu yang terjadi dengan diri gue.

......

"Eh?" gue pun akhirnya tersadar dari lamunan gue di saat menelepon Diwangka.

"Iya, nggak lama, besok gue balik." jawab gue lagi.

"Siap pak." jawab Diwangka merespon gue.

"Okay, thanks, bye."

*click*

*call closed*

Jari jemari gue dengan berat masuk ke menu perpesanan, gue mengetik beberapa baris kalimat, yang intinya mungkin kalau gue ingat - ingat lagi adalah gue ingin tatap muka dengan orang itu,

_______________________________________

To: Jackie

Man, how's your day?

I don't know if you're busy or not. But i'm feeling desperate right now, Skype me as soon as possible. It's about this bloody disease.

Spare some time for me. I miss you, and your boys, especially Olly.

Much Love,

Palma

_______________________________________

_______________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tweety for my mommy

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang