Fast lane 33 - Unexpected Person to Meet

73 1 0
                                    

Over thousand things in my life, i have remember it (my memory) in a simply beautiful way. Not all, but the one that seems too precious, i kept it in my soul. For-ever.

The concert, the clouds i saw, the smile from the people i love. The time when i grow up, the storm that i face in the middle of the night.

Papa's grin, ibu' s laugh, which i adore fully. The fist and punch that i got in my face, when they bully me. The music that i heard over million memories in my head.

I am grateful. To be given all of this.

Konser nya, awan - awan yang gue saksikan, senyum dari orang orang yang gue cintai. Masa masa dimana gue tumbuh besar, atau badai mengerikan yang gue hadapi di pertengahan malam.

Seringai Papa, tawa Ibu, yang sangat gue suka. Tonjokkan, dan pukulan yang gue dapatkan, ketika teman teman gue mem-bully gue. Musik yang gue dengar, dari sekian juta memori di dalam kepala gue.

Gue bersyukur. Karena telah diberikan semua ini.

►♀◄

Gue bersyukur, di saat gue hampir mati karena dikeroyok oleh orang - orang brutal yang tak dikenal itu, seseorang perempuan yang sudah seperti malaikat datang menghampiri gue, lalu menolong gue yang sudah hampir tamat ini. Yes, gue hampir ko'id.

Gue pernah bilang, kalau gue pernah punya masa - masa kelam. Kalau kalian ingat gue bilang ini, bagus lah, karena begini, kota dimana gue sempat besar dulu, di Bandung, terlalu kecil untuk disadari, ternyata menyimpan segelintir mahluk - mahluk brutal yang tanpa pikir panjang, berani mengambil nyawa gue atau nyawa siapapun itu asalkan mereka dibayar untuk melakukan itu.

Yes, mereka adalah tukang pukul suruhan, mereka ini adalah mahluk brengsek yang sungguh beringas, dan jelas, gue tahu siapa yang menyuruh mereka - mereka ini. — Cuma itu perkara nanti.

Meskipun dulu gue ingat, Ibu sempat mau menyuruh gue untuk menggunakan jasa bodyguard, dan Papa pun setuju dengan hal itu, karena ini adalah usulan yang diberikan oleh seorang Axel, tapi, gue menolak mentah - mentah usul Axel yang satu ini. Here's how i act when i refuse to use all of those bodyguards' service.

"Oom Neal, tante Elfa... Begini. Axel khawatir, anak oom dan tante itu, si Palma bodok, dia itu, ada yang tak suka dan cemburu... kan tak setiap saat Axel ada di sebelahnya tuk kawani dia... Jadi Axel sarankan, oom dan tante berilah dia bodyguard, nanti Axel saja yang carikan..." ucap Axelo panjang lebar menjelaskan kepada Ibu dan Papa gue.

"Betul juga ya pa... Saran Axel." sahut Ibu begitu antusias.

"Palma itu kan seingat Ibu belakangan ini..., kerjanya berantem terus di sekolahnya... Alesan aja dia tuh kalau wajahnya memar karena ikut kelas taekwondo... Padahal Ibu tahu, memar nya itu hasil berantem, dan Ibu tahu persis itu pa... Karena dia itu daftar di kelas taekwondo, tapi kok absen nya muncul di kelas yoga teman Ibu..." akhirnya Ibu mulai berbicara.

"Dan bukannya absen pada kelas taekwondo di sekolahnya. Kan Ibu jadi heran pa..." — Sialan, gue memang doyan mengunjungi kelas yoga teman teman Ibu. Yah, apalagi kalau bukan karena ada ladies - ladies dengan body asoy nya itu menn.

"Jadi, gimana menurut Papa, kalau kita carikan Palma bodyguard saja?" — Tanya Ibu lagi kepada Papa...

Dan mari kita lihat bagaimana Papa menanggapi Ibu dan Axel ini, "Axel, to be honest, om enggak suka dengan ide mu tentang bodyguard ini... Hence i understand that my boy Palma is not a boy like that." — Papa rupanya memiliki argumen yang berbeda bila dibandingkan dengan Ibu dan Axelo.

"Dia itu anak yang mandiri," jawab Papa lagi.

"Anak yang berani bertanggung jawab atas perbuatan nya. (Dulu masih di elementary school, ya, gue memang anak emas Papa.) Dan om yakin sekali kalau Palma akan acuh ketika dia mendengar usulan mu yang seperti ini. Tapi, apa boleh buat, jika memang belakangan ini keadaan nya sedang banyak ancaman, bu. Papa pikir Papa hanya bisa setuju dengan saran Axelo bu."

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang