Slow Lane 16 - Entering the class

55 1 0
                                    

Bro, di bagian – bagian ini gue bakal banyak pakai conversation atau percakapan dalam bahasa Inggris yaa, jadi, kalau yang belum terbiasa, langsung aja buka google translate di android atau smartphone kalian. — Buat yang udah kebiasa, tinggal langsung disikat habis ajaaa.

* * * * *

Masih di daerah kelas – kelas di Glenholme, sekolah baru gue ini, suasananya hening diluar, di lapangan sana, tapi kayaknya ribut banget di dalam kelas – kelas nya. Disini gue lihat ada beberapa kelas, tiga kelas di kiri, tiga kelas di kanan, warna temboknya sekolah gue ini halus banget, warna nya adalah warna cream campur warna merah redup, agak merah marun mungkin ya, dan ada garis garis berwarna abu abu nya juga, sebagai sebuah penghias.

Di deket kelas, di bagian front desk, gue disambut sama helper sekolahan, auntie Olly bilang ke helper sekolahan kalau gue adalah anak Mr. Ashburn, yang sekitar beberapa minggu lalu sudah mendaftar ke Glenholme, dan si helper itu akhirnya ngerti sama apa yang dibilang oleh auntie Olly, ya ngerti masa enggak sih...

Lalu, dimana kah kelas gue? di sebelah kiri, di pintu kedua, berarti di tengah yaaa. Nah, gue masuk ke sebuah kelas, nama kelasnya adalah kelas Taoraki, dulu itu nama kelasnya, mungkin sekarang sudah banyak yang berubah.

Gue ingat, nama itu diambil dari nama nama Maori, artinya gue nggak tau apa, pikir gue itu sih kayaknya cuma sebagai penamaan aja. — Nah, setelah itu diantar lah gue ke class of taoraki, segala macam pernak pernik didalam kelasnya pun gue masih ingat, tapi nggak akan gue jabarin disini satu per satu, nggak penting, yang jelas hiasan tribal ala orang Maori itu adalah salah satunya jenis hiasan hiasan di kelas gue ini, pokoknya unik banget deh.

Sebelum gue masuk ke kelas, secara tiba tiba, gue menghentikan langkah gue, diikuti oleh auntie Olly dan si helper perempuan itu, lalu mereka bertanya sama gue, "Hensey, what's wrong?" tanya auntie Olly tiba tiba, merasa heran dengan gestur gue yang tiba tiba berhenti itu.

"Uh, nothing, nothing." jawab gue, merasa agak ragu ragu.

"Come on, it's gonna be fun.. don't be shy, honey," kata auntie Olly lagi. Satu... dua... tiga... ckrek.

Dan pintu kelas pun akhirnya dibuka.

Lalu semua pasang mata langsung melihat ke arah gue.

Shit... pikir gue dalam hati. Ternyata nervous nya semakin BERASA ketika gue malah baru masuk kedalam kelas. — Gue sempat mau mundur dan balik keluar kelas, tapi usapan hangat auntie Olly di punggung gue itu, ngebuat gue merasa mantap buat maju selangkah lebih jauh lagi, drap drap drap, gue maju selangkah demi selangkah ke depan kelas yang siswanya lumayan banyak itu. Setelahnya, helper menyerahkan gue ke Ibu guru yang lagi berada didalam kelas, dan setelah itu, Ibu guru yang ada di dalam kelas, menyuruh mereka yang masih ribut untuk diam dan memperhatikan sebentar aja.

* * * * *

"Kids... quiet please," ucap Bu guru tanpa perlu menjadi galak. Tiba - tiba seisi kelas pun langsung terdiam, sungguh ajaib, tidak seperti di Bandung. — Setelah seisi kelas terdiam, si helper, Ibu guru, dan auntie Olly bisik - bisik bentar di belakang gue, entah apa yang mereka bisikin gue nggak tau, lalu setelah bisik bisik, auntie Olly menepuk ringan bahu gue, lalu berbisik ke telinga gue dari arah belakang, "Good luck, Hensey, enjoy your day," kemudian do'i ngeloyor pergi keluar kelas sama si helper perempuan itu, dan... ditutuplah pintu kelas ini, disini gue udah nggak terlalu nervous lagi, karena ya gue banyak menarik nafas sejak barusan kelas mulai terdiam itu.

Dan kayak nya, suara tarikan nafas gue juga kedengeran deh sama mereka yang duduk di barisan paling depan, nah, setelah semuanya dirasa-dilihat nyaman, Ibu guru itu mulai kembali berbicara, "Kids... attention pleasee, today... we got a new class member." — Bruh, gila, a new class member? aura kekeluargaan nya langsung berasa di hati gue. — "Hi... my name is Ms. Abigail...but you can call me Miss Abe," Ibu guru ini pun sedikit menunduk di dekat gue, lalu lalu dia memperkenalkan dirinya kepada gue, dan memberi tangan ke gue untuk dijabat balik.

"So... may i know your name?" tanya dia lagi, kepada gue, dengan wajah bule nya yang yaaa bule banget, Ibu guru gue ini umurnya masih muda waktu itu, oiya dan dia itu blonde, mukanya agak – agak kayak Jennifer Aniston, anggap aja gitu, biar enak ngebayangin nya.

"My name is Hensey," gue pun menjawab, menjabat tangan Miss Abe, sambil agak agak cengengesan gitu karena gue masih baru disini, soalnya gue dipelototin seisi kelas baru ini kan... jadi ya harap dimaklum lah tingkah begini...

"Hensey? cool name.... I'm freezing." jawab seorang siswa cowok yang duduk di belakang sana, badan nya tinggi, gayanya agak slengean gitu bro. Gue waktu itu belum bisa mikir kalau itu ternyata gue dihina, tapi pakai sarkasme ngehina nya, jadi ya mana gue ngerti.

"So Hensey... please introduce yourself to our classroom." jawab Miss Abe ke arah gue. — Oh, gue disuruh introduce diri gue, kalau ini gue dulu pernah diajarin caranya waktu di Bandung dulu, di sekolah gue yang lama, di Taruna Bravo, pas gue masih di kindergarten dulu, di TK pernah sekali, lalu di SD ngulang lagi sampai beberapa kali. — Introduce pakai bahasa Inggris, gampang urusanlaaaah. Oke, setelah itu, gue langsung introduce diri gue lah yaaa.

"Everybody, listen up, my name is Hensey," gaya kali ya si Palma didepan anak anak orang bule ini, hahaha, biarin deh, pedulit setan, dulu aja gue di sekolah lama gue memang gayanya udah kayak begini.

Dulu walaupun gue di sekolah orang Indo, anak - anak bulenya juga banyak sebetulnya, anak ekspat biasanya, tetapi masih lebih didominasi sama anak pribumi kita.

"Just.... that? please let us know more about you, Hensey.." tanya Miss Abe keheranan melihat introduksi yang gue sampaikan kepada seisi kelas.

Jeng jeng jeng...

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang