Fast Lane 23 - Discussing Matter

305 4 0
                                    

"Ya.... asyik." jawab gue singkat sambil menggoyang goyangkan jempol gue didepan seorang Mahendro.

"Hahahahaha, baguss... cocok! Kalo gue sebenarnya nggak ada feeling ke dia itu... Kemarin itu dia gue invite cuma karena gue nggak ada siapa siapa di rumah... yaaa sepi banget lagian rumah gue ini, daripada gue invite anak anak yang seneng ngacak ngacak rumah gue, mendingan gue invite si Quinza aja, rapi, suka dimasakin makanan gue sama dia... makanan nya enak enak lagi!" jawab Mahendro dengan suara serak dan penuh santainya, tangan kirinya dia sandarkan di kursi sebelahnya, sedang tangan kanan nya sedang memegang ponsel Blackberry, entah BB apa itu, kayaknya sih Dakota.

"Hahahaha. Ya cari simpanan lah ndroo... wah, dimasakin apa lo kemarin?" tanya gue membalas ucapan Mahendro.

"Salami, dan pasta pake gruyere (semacam keju yang enak, both of it are italian food). Sumpah gue, nikmat banget itu rasa masakannya." ujar Mahendro yang senang ketika membayangkan masakan buatan Quinza.

"Jadi laper gue Ndro. Gue biasa makan oat sama barley aja belakangan ini. *ketok palu*"

"Elo kenapa sih, tibatiba kayak biksu gunung begini, eat clean gitu."

"Disuruh nyokap Ndro.... kalau nggak disuruh, gue jarang cari cari kuliner sendiri, jadi gue seadanya aja, apa yang mereka provide, gue langsung makan, beside, gue makan makanan begitu karena gue nge jaga problem pencernaan gue ini, lo tahulah... kena susu dikit doang, langsung nggak enak perut gue. Kena sambal dikit doang, langsung pergi ke dokter gue."

"HAHAHAHAHAHA, penyakit bocah bule, apa, tu, namanya?" ejek Mahendro sambil bertanya.

"Lactose Intolerance. Jangan ketawa Ndro. Fuck you man." jawab gue menunjukkan jari tengah gue kepada dia sambil cengengesan juga.

"HAHAHAHAHA, makanya, jangan lactose intolerance."

"Ya mau gimana lagi. Udah dari sana nya. Eh anyway Ndro.... kapan terakhir lo gelar poker di rumah?"

"Udah lumayan, sebulan yang lalu kalau nggak salah.... kemarin kan gue sempat kena semprot sama nyokap pal, selama mamih tidak ada, Mahendro, tolong rumah dijaga baik baik ya, sebab mamih tidak mau pulang kalau kondisi rumah berantakan. Gitu, katanya. Ya kayak tempo hari itulah...." Mahendro panjang lebar menjelaskan kepada gue.

"Hahah, dongo, elo telat sih beresin nya." kata gue singkat.

"Ho'oh, gue telat euy." sedih Mahendro.

"Paloma, mau bacon?"

"Nggak, thanks." jawab gue menolak.

"Dulu elo disini tiap pagi sarapan pake ini babi... munafik lo ah. *hoek*" Hendro berlagak memuntahkan sesuatu.

"Hahaha, udah tobat gue Ndro " jawab gue penuh santai.

"Halah... tobat lo itu, tobat palsu." sindirnya jahat.

Asyik sekali, mengobrol berdua dengan kawan lama, gue kangen saat - saat seperti ini. Bahkan kalau dulu, kami semua bisa sampai sepuluh orang lebih, entah itu cowok dan cewek, semua pada kumpul kumpul di beranda rumahnya Mahendro, biasanya, sampai senja hari, setelah itu, yang cewek pada pulang, yang cowok lanjut menginap, tapi kalau nggak salah, ada beberapa, yang cewek, dipelihara juga sama si Mahendro, dipaksa nginep sampai malam, begonya, mereka pada mau.

Disini ada Eko si tukang nyimeng, Rovi the circuit dude, dipanggil begini gara - gara suka rutin balap di sentul LOL. Ada Rupert yang culunnya nggak ketolongan. Nicholas yang ganteng tapi gay.

Ada Dimas yang pervert nya selalu salah waktu dan salah tempat, HAHAHAHA, dim, pa-kabar lo? kalau lo baca tulisan gue ini jangan salahkan gue ya, salahin Relsa sama Madison aja, soalnya mereka yang suruh gue buat curhatin isi hati gue lewat tulisan.

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang