Slow Lane 15 - Berangkatt!

51 1 0
                                    

Setelah memanaskan mobil dan masuk kedalamnya, sejenak, gue pandang - pandanganan dulu sama auntie Olly, lalu do'i nanya ke gue, "You ready, Hensey?" dan gue jawab dengan penuh antusias, "Locked & Loaded."

"Ha-ha-ha. You're funny." jawab bibi gue itu lagi.

*vrroom, vrroom*

Mobil pun berjalan keluar dari garasi yang modelnya udah ala ala peternak sapi itu... di jalan, pas lagi nyetir, sempat menjadi hening dulu, dan gue cuma bisa melihat lihat suasana pagi hari di Mangakakahi, mengingat ingat jalanan yang seminggu lalu sempat gue lewati sama Papa.

Di jalan, gue melihat auntie Olly mengambil sesuatu dari tas kecilnya, membuka benda itu dengan tangan kirinya sambil driving (disini gue cuma bengong memperhatikan dia), kemudian dia memasukkan benda kecil berbentuk kotak itu kedalam music player di mobil kami, dan... terdengarlah suara dari musik itu;

Every night she walks right in my dreams

Since i met her from the start

I'm so proud i am the only one

Who is special in her heart

The girl is mine

The doggone girl is mine

I know she's mine

Because the doggone girl is mine

Hey, lagunya enak, sahut gue dalam pikiran gue, kemudian iseng - iseng gue nanya sama auntie Olly, karena gue nggak tahu itu lagu buatan siapa, maka gue bilang, "Auntie, whose music is this?" tanya gue karena penasaran sama siapa penyanyi dari lagu ini.

"Oh, so you don't know?" jawab auntie Olly yang kaget sama gue, karena ternyata gue enggak tahu musik itu.

"Honestly, i don't," jawab gue lagi, jujur, karena benar benar nggak tahu guyss, ih, beneran nggak bohong gue...

"That's Michael Jackson, Hensey, the song's name is entitled as the girl is mine..." jelas nya menerangkan kepada gue, dan gue mencoba menyimak.

"Ah.... good music," puji gue sambil mengacungkan kedua jempol gue ke arah auntie Olly, "You bet," jawabnya lalu dia tersenyum kemudian kembali fokus pada kemudi setirnya itu, membelok ke ke kiri dan ke kanan.

Sambil bergoyang ringan, goyang kepala dan badan, maksud gue, gue menikmati musik yang diputar oleh auntie Olly, waktu itu, kalau di mobil sebenernya udah jaman pakai compact disc player, cuma di jeep keluarga gue ini, masih pakai tape player, yang kotak jadul itulohhhh, gue yaking semua pasti tau yang begini.

Dan sebagai generasi 80-an yang proud akan generasi nya, auntie Olly masih menyimpan kaset tape nya king of pop, si Michael Jackson itu, nah kalau ada generasi sekarang yang penasaran bentuknya kayak gimana, cek google aja ya, bentuknya kotak kayak gitu, kalo enggak salah.

Setelah berhasil keluar dari Mangakakahi, auntie Olly langsung tancap gas ke Malfroy road. lalu ngebut dikit sampai akhirnya kita ketemu lagi sama sekolah yang udah gue samperin seminggu yang lalu itu. — Gila, auntie Olly nyetirnya ganas juga rupanya, beda jauh sama Papa yang kalau driving udah pasti smooth banget, soalnya Papa biasa bawa di bawah 60 kilometer per jam (Kebayang, lambat banget kan? bener bener lambat, parah!).

Sampai akhirnya kami pun tiba di depan sekolah baru ini.. gue mulai merasakan sesuatu kan..

Didepan gerbang sekolah. Duh, ternyata gue ngerasa kalo gue agak nervous, tapi gue coba untuk tetap rileks. Hari itu yang gue pikirr, adalah hari pertama pas Papa sama gue ke Glenholme, ada cewek Maori dengan warna kulit eksotis nya, dan dia cantik, dan gue kenalan apa engga, masih gantung ya jawabannya dari slow lane chapter terakhir? iya, ini gue jawab ya, gue enggak jadi kenalan sama cewek itu, abisnya gue MALU, heh hee.

Jadi gue memilih untuk pulang aja, dan di hari itu Papa cuma bisa geleng - geleng kepala melihat anak lelakinya ternyata masih takut kenalan sama perempuan, katanya dia bakal ngasih kesempatan kedua buat gue, jadi kalau ada cewek, ya diajak kenalan aja, nggak apa - apa, jangan malu malu, jangan mikir yang enggak enggak dulu, kan katanya, just do it. Just fucking do it.

* * * * *

"C'mon, Hensey, let's go." auntie Olly menyadarkan lamunan gue yang sejak tadi masih belum turun - turun juga dari mobil jip wrangler itu, lalu setelah sadar, gue akhirnya turun dari dalam mobil, tanpa ragu ragu lagi.

"Okay!" jawab gue singkat dan cepat, memantapkan diri gue untuk melangkah, masuk kedalam gerbang sekolah. — Akhirnya gue turun dari mobil, masuk kedalam sekolah, sambil digandeng tangan sama auntie Olly, kami berdua mulai memasuki pekarangan sekolah baru ini, yang kayanya udah gaduh banget, diluar juga gue lihat ada anak – anak yang lagi asyik sama aktivitas outdoor mereka, di hamparan rumput luas gitu, mereka lagi pada gelantungan di sarana bermain yang ada di Glenholme ini.

Asli deh, ini beda banget sama sekolahan gue waktu di Bandung itu, yang aura diktator nya edan banget, nah kalau disini, enviroment sekolah nya berasa masih kayak di kindergarten aja, nyenengin dan enggak buat gue jadi merasa-takut.

Anyway, gue kira pas jalan tadi gue bakal diperhatikan sama seisi sekolah, eh nggak taunya biasa aja, hahahaha, nggak kayak di Bandung, well disini, nothing surprises me, sekedar mengingat, disini, orang kulit coklat sebenarnya udah dianggap biasa juga, karena pasti Kiwi (orang – orang New Zealand) mengira mereka itu pasti keturunan Maori, alias penduduk asli di New Zealand.

Nah kan kulit gue warnanya coklat ya, palingan gue dikira Maori sama mereka, ya udah, habis gue memperhatikan anak – anak itu sibuk sendiri sama masing masing aktivitas mereka, maka masuklah gue ke daerah kelas per kelas di sekolahan ini, masih digandeng tangan sama auntie Olly.

* * * * *

Tbc.. tuberculosis... hehehe, peace.

To be continue maksudnya.....

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang