Fast Lane 60 - Ciao Mussolini

56 2 0
                                    

Selepas Marco pergi meninggalkan gue, gue kembali berjalan menuju ke hotel yang sejak semula sudah gue tempati ketika gue tiba di Genova ini sekitar dua hari yang lalu. Setelah itu gue pun mengeluarkan ponsel gue dan mulai menelfon Diwangka, "Halo, Diw, gue udah di airport, kemarin check-in di kamar nomor berapa? gue lupa." tanya gue kebingungan kepada Diwangka.

Dilanjutkan dengan Diwangka yang malah kembali bertanya balik kepada gue, "Eh, kok udah nyampe lagi lo Pal? gue lagi di luar, secepatnya gue temuin lah.."

"Come on, speed it up Diw." pinta gue pada dia, menyuruh Diwangka agar kembali ke hotel ini lebih cepat lagi.

"Oh ya udah kalogitu, gue ke hotel sekarang ya." sahut Diwangka merespon tanggapan gue dengan suara yang mirip betul kayak salah satu host di Jakarta itu, yang pernah bawain acara ceriwis sama mbak Indy B@rends itu hahaha.

Gue pun lanjut berjalan ke lobi hotel, sambil menunggu, gue, seperti biasa yang selalu gue lakukan kalau sedang bosan menantikan sesuatu, akan memasang sepasang earbuds di kuping gue dan mulai menonton film Janji Joni, hahahaha. Film ini sudah gue download ke ponsel gue terlebih dulu sebelumnya. Kelihatan banget ya generasi old-nya? (ini betul nggak sih istilah nya?) Hehehe. Buat adik adik zaman now yang penasaran sama film nya, bisa di google. Rame kok film nya itu.

►♀◄

Saat sedang asyik asyiknya memperhatikan sosok Mariana Dantec tampil di awal film ini, gue menyadari bahwa ada seseorang yang menepuk bahu gue dari belakang, "Hey..."

Oh, Didiw. Sadar gue cepat.

"Eh, Diw." sahut gue lalu menoleh ke arahnya.

Kemudian diwangka dengan jaket Adidas windbreaker berwarna biru muda dan cotton pants panjang berwarna khaki nya langsung berjongkok di depan gue, di saat gue sedang duduk di salah satu sofa pada lobi hotel ini, lalu dia ngomong, "Akhir tahun asem banget muka lo... ada apa bro...." ucapnya lemah, dengan nada gay nya yang penuh akan perhatian dan kasih sayang itu.

Mulai deh, keluar lagi... haha.

"Diw!?" gue terkaget. — "Ngapain jongkok depan gue, sini duduk di sebelah gue." bisik gue malu, takutnya ada yang ngira aneh aneh, man.

"Hahahahaha, oukey." ucapnya kemudian segera berpindah, yang sekarang menjadi duduk di sebelah kiri gue.

"Kenapa, Pal?" tanya Diwangka, rasa rasanya dia memang penasaran setelah melihat ekpressi wajah yang gue tampilkan. Baca= gue lagi kayak orang yang telat mikir.

Gue duduk, cuma diem doang, gue nggak ngerti mau ngapain di momen momen kayak begitu, yang jelas, gue paham betul ada sesuatu yang lagi nggak beres di kepala gue, ... mengenai apa apanya, nanti aja gue pikirin lagi...

"Hey Pal... need i explain some airlaw so that you could wake up?" tanya Diwangka berusaha berkomunikasi dengan diri gue. Gue ingat itu orang ngomong pakai memutar mutar kepalan tangan nya, udah kayak Obama kalau lagi ngasih speech aja lo Diw... hahaha.

"Hey, sadar, Pal," tepuk dia tepat ke bahu kiri gue, agak sedikit keras tepukannya itu. Didiw berhasil membangunkan gue dari lamunan murah meriah yang gue alami beberapa detik yang lalu.

"Diw, ayo, kita berangkat," ajak gue secara tiba tiba setelah gue sadar, sumringah sekali rasanya gue pada saat itu, sambil senyum senyum sendiri.., mengingat gue akan dikenalkan dengan gebetan nya Quinz, kalian perlu tahu, ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, pertama, Q bisa menggaet cowok sebagai gebetan dia, alright, itu sih biasa. Tapi pernah di waktu itu, Q menggaet cewek sebagai gebetan nya, this is rad as fuck! and it's really happening!

Gue sempat kaget, gue kira Q murni 100% hetero, rupanya enggak, dong.. melihat peluang seperti itu, gue nggak banyak cakap, langsung aja... kita kita three...some.

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang