Fast Lane 64 - Bertemu Jefferson

66 1 0
                                    

Petang hari itu, gue beruntung, the force is on my side, i assume

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Petang hari itu, gue beruntung, the force is on my side, i assume. Jadi nooo, kisah gue bukan kisah yang pakai di dramatisir begitu... seperti gue yang bakalan enggak bisa masuk ke dalam rumah sampai berjam jam lamanya, karena telfon nya nggak diangkat oleh ongkel gue, kemudian gue mulai membuat masalah, tidak, tidak seperti itu.


So, after that, gue langsung menelfon Jackie selepas menyadari bahwa passcode pintu rumah nya telah dia ganti, setelah panggilan gue tersambung, untuk kedua kali nya di hari itu, kami kembali ngobrol, disitu gue bilang "Pak, need your help, what's the new passcode for,

Belum selesai gue ngomong, Jackie langsung memotong ucapan gue, dia bilang, "Are you using my back door again?" tanya dia, membuat gue heran karena dia telah bertanya seperti itu. So, "Yeah, what's the passcode?" jawab gue sambil bertanya lagi.

"Are you nut, Boush?" ucap dia, nadanya mengesalkan sekali ketika gue mendengarnya. Remember the nickname? Gue benci sekali kalau sudah dipanggil seperti ini oleh Jackie, tapi apa daya, gue sudah capek.

"Jack...." keluh gue gontai, gue sudah kehabisan energi nih, man. Gue sudah tidak bisa meng confront apa apa lagi, entah mau bagaimanapun dia memanggil gue.

"HAHAHAHAHA!" tawanya pecah di ponsel gue, membuat gue harus menjauhkan telinga gue secara mendadak. Dasar tolol, fucking mental.

"You're a family, Pal, ring the front door..., there'll be Jeff opening it for you," jawabnya lugas.

Gue terhenyak, untuk beberapa saat, gue termenung dalam diam. I'm a family. I'm a family. — Sejujurnya, di saat paman gue berkata seperti itu kepada gue, gue ingin mengucap se lirih mungkin lalu berkata, hey, universe, why did you take my old man, he's a family, too. Dia adalah jiwaku, se dalam dalamnya jiwaku...

"Palma?" Jackie kembali berbicara di telfon gue.
"Papal?"
"Hello?" ucap Jackie lagi, mencari cari keberadaan gue diantara panggilan kami yang sedang tersambung ini.

"Yes, thank you, Sir," ucap gue lesu, lalu berterima kasih pada ongkel gue yang satu ini.

"Don't call me Sir, and quit using the back door, you won't find any luck, use the front door, I'll be seeing you on dinner's time, bye," Klik! dan panggilan pun ditutup secara sepihak oleh dia. — Gue berjalan kembali menaiki anak tangga dan mulai menekan bel pada pintu depan di rumah Jackie, ting tong ting tong...

Enggak lama kemudian, ada seseorang yang membukakan pintu kayu yang lumayan besar ini.

"Von Palma... ?" jawab dia dengan raut wajah polos nya ketika melihat gue di depan pintu rumah ini, lelah, letih dan lusuh setengah mampus. Itu pun gue masih bisa berdiri, dan entah kapan gue bakal pingsan.

"Jefferson, i love you for opening the door," and there i am, smiling coherently.

Dan, benar apa yang Jackie sampaikan ke gue, pintu depan akan dibukakan oleh putra sulung nya dia... unlike his daddy, Jefferson bukanlah anak sontoloyo yang suka bikin masalah seperti bokapnya waktu beliau masih muda dulu, Jeff is a hidden gems, tapi sama aja sih, ini anak ada nyebelin nya juga kalau sudah berurusan sama gue.

Gue tidak mengerti, kenapa sih, orang orang dalam hidup gue senang sekali membuat gue naik pitam, kita lihat nih ya, contohnya, ketika Jefferson mulai berkata begini kepada gue, "You got a toy for me?" and here is this little bastard, stomping his request right in the front of my turdy face. Untung gue belum punya anak, mungkin—gue tidak akan mau punya anak sama sekali kalau tingkah laku anak gue nantinya akan seperti ini.

A ten years old Jefferson (born on 2005, berarti sekarang umurmu sudah 14 tahun ya Jeff? have fun facing teenager's time, Choco.) menyambut gue di depan pintu rumah bokap nya, yang shit... gue sangat iri sekali kalau sudah ngomongin soal arsitektur dari rumah Jackie ini, lebih baik tidak gue bicarakan, deh. Daripada nanti gue jadi kesal sendiri.

Ditanya, "You got a toy for me?" sebenarnya gue kepengin marah dan meninju tembok sampai puas, but Jeff, you know i can not, not loving you with that genius brain you got over there, asal kamu tahu aja.. dulu itu kamu kecilnya adorable sekali, but ever since the puberty came out, i have problem on loving your ass.

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang