Fast Lane 24 - Mahendro, we're leaving.

180 3 0
                                    

Saat itu, langit yang tadinya cerah, menjadi agak mendung, sekarang awan - awan tebal sudah mulai berkumpul diatas langit. Gue pikir, ini pasti mau hujan.

"Palma, yuk, barengan." kata Quinza mengajak gue saat kami mau pergi dari rumah Mahendro.

"Mau ke mana sih mbak..., stylish banget?" sindir gue genit sama Quinza.

"Hihi... kaget ya, lihat aku kaya gini?" katanya.

"Kaget asli..." sahut gue dalam.

"Hahahaha. Yaudah, yuk." ajaknya lagi.

"Yok.."

"Ndroooo, we're leavinggg. Pintunya gue tutup yaaa?" kata gue berteriak ke dalam rumah Mahendro.

Mahendro: "Iyaaaa, byeee!" — Teriak Mahendro dari kejauhan, dia masih asyik memberi makan ikan ikan koi nya.

Setelah gue mempersilakan Quin keluar duluan kemudian menutup pintu, di depan pintu gue melihat, oh itu driver gue sudah menunggu. Waktunya kembali ke Jakarta, ada rasa agak menyesal sih sebenarnya, karena gue harus balik dan mengurusi pekerjaan gue lagi.

Kadang ada perasaan buat gue seperti, kalau gue pengen leha - leha lagi kayak zaman waktu masih SMA dulu, tapi apa daya gue, hari ini dan hari kemarin sangatlah berbeza, hahaha, kalau kata passenger gue yang orang malaysia, BERBEZA, hahahahaha.

"Q, ini mau hujan loh, kamu nggak pesan taksi aja?" — Tanya gue ramah kepada Quinza.

"Hujan? sejak kapan kamu takut hujan, Palma?" tanya dia meremehkan gue.

"Halah...." — Nggak tau gue mau ngomong apa juga lagian.

"Perasaan dulu yang paling seneng kalau ada hujan itu kamu deh, balap balapan motor juga kan kesenangan mu dulu. Aku kan begini cuma ngikut ngikutin kamu." katanya, berterus terang kepada gue.

"Nggak lagi semenjak aku sering terbang mengudara Q, hujan jadi horror. Yaaah korban tren buatanku rupanya hahahaha."

"Ohhh itu.... yaudah, maaf maaf yaaa." sahut Quinza meminta maaf.

"Aku nggak apa apa kok, basah basahan dikit, lagian kan ini hujan nya di darat." — Quin menjawab sambil membenarkan sepatunya, yang alamak, terlihat seksi sekali saat dia melakukannya, amboyyyyyy.

"Okay..." jawab gue datar.

Setelah itu, gue berinisiatif menjulurkan tangan gue kepada Quinza, mengangkat do'i agar bangkit dari duduknya, sebenarnya mau gue cium bibir do'i, tapi karena do'i sudah pake helm, jadi ya yang gue cium bibir helm nya aja.

"Hahahaha, lucu dong, yang dicium malah helm ku." katanya kepada gue.

"Ya habis, kamu nya jauh di dalam helm. Terproteksi sekali nampaknya." jawab gue berbasa basi.

"Hahahaha." tawanya begitu renyah.

►♀◄

Sesekali gue mendengar langit sedang berteriak, mendesah, ralat, ada petir maksudnya bro... hahahaha ZONK!! Gue melihat helmet yang dikenakan oleh Quinza, ada tulisan SHOEI dong, bagoess.... ini anak. Sekarang udah jadi lady biker ceritanya,

Inget inget dulu zaman SMA kalau gue bawa motor, ya yang bagus salah satunya adalah SHOEI, tapi overprice sekali sayangnya.

Honestly gue lebih prefer NOLAN kalau buat riding nyantai nyantai doang sebenarnya. In my honest opinion, kalau sekelas SHOEI itu kalau sudah mau balapan sebenarnya, tapi nggak juga lah...

Quinza berjalan ke arah motornya, gue berjalan ke arah mobil dan langsung masuk ke kursi belakang di mobil gue, menutup pintu, membuka kaca mobil, kemudian dengan engine mobil yang sudah menyala, gue menyahut kepada driver gue, "Pak, bentar ya, tunggu temen saya dulu." kata gue kepada driver gue.

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang