Fast lane 29 - Betting On~

117 2 0
                                    

"Ahu kesini, mau kasih lihat kao ini." Axel mulai mengutarakan maksudnya.

"Kasih lihat apa Xel?" tanya gue penasaran.

"Sini palak kao, lihat hapeku." jawab dia lagi.

Kemudian si Axel memperlihatkan layar ponsel nya kepada gue, pas ponsel nya nyala, nggak sengaja ada video porno yang ke play di ponsel nya itu, gue nggak bergeming, karena beberapa detik setelah gue perhatikan, rupanya itu adalah si Axel sendiri yang lagi beraksi di dalam videonya.

"Fvcking hell, is that Paula Ve*****n." — Sanggah gue kaget kepada si Axel, setelah memperhatikan field report hot a la a la spy agent nya itu. Anjrit! mainan nya pin up girl Indo dong bro. Gigit jari gue ngeliatnya.

"Eh, salah kasih lihat ahu." — Kemudian si Axel menarik ponsel nya dari pandangan gue dengan sombong, lalu kembali meng-scroll scroll ponsel nya lagi, kayak mencari sesuatu yang lain.

"Nyet, bayar berapa lo bisa main sama itu cewek?" tanya gue kasar.

"Free, M8." — (Gratis, bro) Gayanya si Axel, kalau sudah begini, selangit!

"BOHONG! Nggak percaya gue Xel, mustahil. Itu kann si Paula."

"Sudah ku bilang... Free." jawabnya santai.

"Tetap, nggak percaya gue. Lo pake in mantra apa itu cewek?" tanya gue lagi kepada Axel dengan pertanyaan murah meriah a la gue ini.

"Mantra martini dua gelas. And we're good." jawabnya cool.

"Xel, kok lo rese sih? Gue mau dong." — Ada kesal dan rasa tiba tiba kepingin gitu juga. Gue jadi pusing dibuat oleh keduanya.

"Ya kao berburu sendiri lah." ucapnya dengan maksud menolak.

"Ah elo ini." ketus gue kesal.

"Heh, dengar, bukan itu yang sebetulnya mau aku kasih lihat sama kao Palma." jawabnya menjelaskan hal yang lain kepada gue.

"Ya terus apa?" — Jawab gue agak sedikit kesal, karena si Axel nggak memberikan jawaban yang clear buat gue. Clear disini maksudnya adalah membantu gue mendapatkan Indonesian supermodel, seperti yang Axel lakukan itu.

"Ini." tunjuk nya kepada gue.

Kemudian si Axel memperlihatkan gue serangkaian data - data yang berderet, bernomor, yang gue sendiri masih kebingungan sebenarnya data apakah itu.

"Ini apaan, Xel?" tanya gue heran.

"Dasar bodok, ini rekapan kemenanganku empat bulan lalu. Prediksi ku tembus semua. — Nih, kao lihat lah berapa aku menang."

Kemudian dia menunjukkan jumlah kemenangan nya, gue nggak mau sebut berapa, cuma kalau buat membangun Palangkaraya jadi the next capital city of Indonesia sampai seperempat proses pembangunan nya, bisa lah ya.... Ya harusnya kota metropolitan besar kedua di Indo itu sudah jadi sebetulnya, cuma uangnya pada kemana ya? HE-HE-HE. (Di korupsi sama teman – teman bapaknya Axel.)

"Hmm gede juga lo menang nya Xel." sahut gue setelah mengerti.

"Tapi kok gue lebih yakin buat pasang di balapan kuda ya?" alih gue membicarakan tentang moda taruhan yang lainnya.

"Hei, bodok!!" hardik Axel kasar kepada gue.

"Xel, chill, dude. We're talking in a quiet place. Keep it down..." jawab gue mencoba menenangkan Axelo. Duh, ini anak.

"Aight, arsehole." (Oke, lubang pantat.) — Ada adaaa aja si Axel ini kalau sudah soal menghina gue.

"Dengar aku, kao ini yang ku perhatikan seumur hidup kao, kao pasang taruhan di balapan kuda, kao pasang taruhan di boxing, kao pasang di baseball, karena kao cinta sama Yankee buodok itu, yang Mickey Mantle nya pun sudah tewas entah kemana, tahu tahunya kao kalah. Semua yang kao pasang itu ka-lah semuanya!" gerutu Axel kepada gue.

►♀◄

"Aku kasih tahu kao fakta pahitnya, kao ini... Tahu nya cuma pesawat, perempuwan, dan jalan - jalan keliling dunia... Kao ini belanja saja yang besar, putar uang harus besar juga dong... Ah, macam mana kao ini ..." keluh si Axel mengenai kebiasaan dari diri gue ini.

"Inang kao itulah yang suruh aku mengurus kao itu. Bantulah Palma sedikit... katanya, ajarkan dia cara putar uang sedikit ya Axel... hmm.... hmm.... kao mamam tuh nasihat inang kao!" sergah nya menasihati gue.

"Kao ingat terakhir aku menangkan kao berapa di casino si Tan itu?"

"Iya Xel, fifty billion euro." jawab gue seperti anak seekor anjing penurut setelah dinasihati oleh Axel dan kecanggihan nya dalam ber judi.

"Nah, pintarrr!" (Si Axel nada bicara nya sudah kayak komandan medan tempur bro.) "Bukan ahu besar kepala ya, tapi kao harus paham, Palma, kalau tempat kita ini, adalah land of heaven that filled with crimes. Kao tak bisa manfaatkan dan mainkan itu, pulang sana kao ke Rotorua." hina nya angkuh, kepada gue.

"Xel...," — Desah gue panjang, mencoba mengalihkan sedikit ocehan gila nya itu, yang sejak tadi sudah sukses menyerang gue.

"Haaa, APA?!" tanya dia dengan nada sombong nya kepada gue.

"Coba deh, bicara kaya begini sama perempuan." rujuk gue menyarankan sesuatu kepada dirinya.

"Iya, memang mengapa rupanya?" tanya dia penasaran.

"Nangis di tempat pasti mereka Xel." tambah gue lagi.

"AHH, itu rupanya?" herannya penuh lagak.

"Iya Xel. Nge-ri." jawab gue menambahkan

"AHAHAHAHAHAA!!" tawanya keras, lagi.

"Astaga Axel... kita ini lagi di bar hotel tahu nggak, bukan di Ireland bar yang boleh tertawa tawa LEBAR dan sepuas hati itu."

"Biarkan! Haha! Jangan kencing di celana kao ya, Palma?" warning dia kepada gue.

"Duh Axel, what the fuck sekali Anda ini..." — Tegas gue sambil geleng geleng kepala. — Dari nangis di tempat kok malah jadi kencing di celana, duh, ini orang misleading banget fungsi otaknya, akibat kebanyakan judi sihhhh hahaha.

"Ha ha ha, ya sudah, EPL (English Premiere League) sudah dekat, nggak perlu kau repot - repot lagi ke Emerald, aku sudah ada balance (saldo untuk ber judi) ini, kao pakai punya aku dulu saja ya." ucap si Axel yang memerintah ini itu lalu menuruti dirinya sendiri.

"Kita libas pangeran - pangeran Dubai itu nanti. Biar berak mereka di celana. Kaget kerna taruhannya kalah!"

"Hehehe..." gue cuma bisa cengengesan, karena entah apalagi yang bisa gue lakukan saat melihat sepupu kesayangan gue dengan karakter yang super freak seperti ini.

Kemudian kami rehat berdiskusi sebentar, kembali melihat ponsel masing - masing, gue dengan ponsel gue, dan Axel dengan ponsel nya. Tanpa disadari, atau, nggak disangka, ternyata sejak tadi saat kami berdua sedang berdiskusi, kami telah diperhatikan oleh pengunjung di seisi bar pada hotel yang cukup senyap ini.

Tidak lama setelah itu, saat lagi asyik asyiknya memainkan ponsel, datang seorang perempuan, mendekati gue, do'i pake dress berwarna violet, agak gelap... aroma tubuhnya well scented sekali. Hm.

"Hi, mind if i join you guys?" — ucapnya kepada gue dan Axelo.

	"Hi, mind if i join you guys?" — ucapnya kepada gue dan Axelo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

When life's too blurry to be seen.

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang