Fast Lane 14 - A Transition

61 4 0
                                    

"Palma, Palma, hey, sadar dong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Palma, Palma, hey, sadar dong..." ucap Diwangka mencoba menyadarkan gue.

"Eh, eh, ya? Apa Diw? Lo udah ambil coffee sama snack lo belum?" tanya gue kepada dia, setelah gue sadar.

"Iyaa..., udah barusan kok, beberapa menit yang lalu." jawab Diwangka.

Kemudian Diwangka bertanya kepada gue, "Elo sempat ngelamun lumayan lama, elo mikirin apaan, pal?"

"Nggak ada. Eh Diw, gue mau lihat update dari TTM gue yang elo lihat di pesawat itu dong,"

"Mau ngapain?" tanyanya curiga.

"Ya gue mau lihat aja tokai, susah banget lo ah."

"Oh... Ya udah deh, nih, hp gue." Diwangka menyodorkan ponselnya kepada gue.

"Apa namanya disini?" tanya gue bingung.

"Snapchat."

"Hah, fap (onani) chat?" jawab gue agak nyeleneh.

"Huahaha, dasar Palma. Nggak pernah main medsos yaa." bah? ngapain pula gue main medsos.

"Bodo amat Diw, gue nggak paham cara mainnya."

"Nihh, pencet yang ini bos." Diwangka pun secara ramah, mulai memandu gue.

"Oh, oke" jawab gue mengiyakan instruksi darinya.

"Keren kan? Update gitu...." sombong Diwangka singkat.

"Update update, kalau update ya ke xnxx lah man," jawab gue menegaskan tentang bagaimana cara laki laki update yang sebenernya.

"Hi.... Norak." jawab Diwangka menyindir gue secara langsung.

"Itu namanya laki begok!" bisik gue kasar, mengajarkan mantan gay ini tentang bagaimana cara update ala lelaki tulen.

"So...what." jawab Diwangka lagi dengan nada eyke nya itu.

Kemudian gue melihat snapchat Dewinta yang lagi happy happy di pantai bareng sama teman temannya dia, lagi pada pakai bikini, beach hat & sunglasses dia, sambil selfie selfie centil.

"Oh... Pantesan, ini anak bengong. Orang Dewinta toh yang ada di pikirannya..."

"Fuck off Diwangka." hardik gue sambil memperhatikan ponsel seorang Diwangka.

"Hih... Galak banget sih Palma..."

* * * * *

Fast Lane di chapter ini gue tarik lagi ke bandara, di saat gue sedang duduk duduk di lounge maskapai gue di saat itu, setelah ketemu Gabrielle dan menyuruh si Didiw pergi untuk memesan makanannya sendiri.

Saat ini, gue sedang memperhatikan snapchat Dewinta dan berniat untuk menelpon Ibu setelahnya, tujuannya ya buat ngasih kabar ke Ibu kalau gue udah sampai di bandara Soekarno Hatta. Suasana bandara hari ini padat banget, gue perhatikan, dari kaca lounge maskapai gue kelihatan sekali kalau di luar sana nampaknya sedang sangat panas, gimana enggak, jalanan dan aspalnya udah terlihat seperti sebuah fatamorgana.

Gue tengok keluar ruangan, banyak sekali kendaraan berlalu lalang. Banyak sekali orang beraktivitas, mondar mandir membawa koper mereka, hal ini mungkin disebabkan karena ini udah weekend. People gets busy stealing their short vacation.

Ini jadi salah satu alasan kenapa gue sembunyi - sembunyi pas masuk ke dalam airport. Kalau udah di keramaian kayak begitu, gue selalu merasa jadi kayak dalam suatu tekanan, padahal enggak bagi beberapa orang, ya intinya, suasana yang gaduh itu enggak nikmat buat gue. Enggak membuat gue bisa berpikir jernih sama sekali. Tapi meski begitu, gue selalu bisa adaptasi. And for your information, gue agak menghindari bermain social media terlalu berlebihan, meskipun gue tahu, waktu itu memang lagi gencar gencarnya trend menggunakan social media, termasuk Dewinta yang juga, memang pakai, segala macam social media tuh dia pakai sebetulnya. Mulai dari Path, Twitter, Facebook, Snapchat, Instagram dan lain lain.

Jadi kalau kayak posting foto ke publik, atau teriak teriak soal acara politik di televisi kayak di twitter gitu, gue relatif jarang melakukan hal seperti ini. Paling gue cuma jadi observer aja. — Kalaupun gue aktif di forum, gue aktif di indoflyer, yang isinya teman - teman gue di dunia aviasi Indonesia semua.

Kalaupun gue ada social media, gue cuma pakai yang paling cocok dan enak dipakainya aja buat gue, biar bisa terhubung sama kontak - kontak gue dan tetap in touch dalam social circle gue yang makin lama makin modern aja, pusing gue dibuatnya. Kayak Path, sebetulnya gue pakai, karena ada fitur private sharing yang cuma orang orang yang kita kenal, yang bisa terkoneksi sama kita, lihat aktivitas kita dan lainlain.

Ngomong ngomong soal Path, anak anak penerbangan lebih doyan sama media sosial yang satu ini dibandingkan twitter atau yang lainnya. Di Path ini banyak banget stewardess stewardess yang gue kenal, baik yang baru maupun yang udah kenal sejak lama. Jadi kalau nggak kenal dan nggak pernah ketemu sama orang nya langsung, ya nggak bakal di Accept, segitu kejamnya yaa stewardess stewardess cantik ini.

Next, iseng gue posting lokasi gue di Path, lewat ponsel gue sendiri, sekarang. Mengabarkan kalau gue udah sampai di, Soetta, gue tekan tombol plus, pilih post location, dan gue tulislah disitu lokasi gue yang lagi ada di Soetta international airport, fitur map langsung aktif dan mencari lokasi bandara Soetta dengan sendirinya.

Selang beberapa menit kemudian, ada yang melihat postingan gue, mulai dari si kampret Diwangka ini yang paling duluan melihatnya. Terus ada Gabriele, Vania, Kia, Debbie, Arelsa, Natasha, Kenny, Salsa, Anehara, Aeramu, Arnold, Bapak Carson, anjrit, pusing, banyak banget man, kalau diabsen satu per satu bisa mati berdiri gue.

Sesudah itu mereka pada ngasih love, smile, frown emoticon dan lain lain. Tapi ada satu orang yang spesial, yang mungkin ya, gue berharap iseng dia bakal melihat post gue juga. Siapa coba? Ya siapa lagi kalau bukan Dewinta bro. Masa Diwangka bro? Atau si pasha aurelius, kuncen gay airliner Indonesia, temannya si Diwangka hahahaha.

Next, posting-an gue itu rupanya udah dilihat sama Ibu di Path gue. Sontak beberapa menit setelah gue refresh posting an gue, ada panggilan masuk ke ponsel gue. Rupanya Ibu telpon gue.

*Click*

*Call connected*

"Halo, Palma... Kamu udah di Jakarta?" tanya Ibu dari seberang sana.

"Udah bu, sekitar 40 menit yang lalu." jelas gue ringan.

"Oke. Sekarang kamu jalan ke hangar nomor tigabelas, nanti disana ada bapak Suwandiman, kamu naik heli sama beliau langsung ke Kempinski ya."

"Loh, nggak naik mobil aja bu?" tanya gue heran.

"Jakarta lagi macet macetnya, nak. Ibu butuh kamu agak cepat untuk sampai disini." terang Ibu kepada gue.

"Iya bu... Palma berangkat secepatnya."

"Okay nak, i see you ASAP." dan panggilan pun diakhiri.
*ASAP = As soon as possible.

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang