Fast Lane 46 - The Arrival

45 1 0
                                    

Malam itu perlahan lahan, karena tugas gue sudah selesai, apa yang ada di kepala gue sebenarnya cuma satu. Tidur. Tidur, bukan sex, bukan after flight party atau yang lain lain.

Nggak, kalau kondisinya gue sedang tidak bareng dengan bandit bandit gue alias sohib sohib gue. — Tapi gerah, horny... rasanya. Gausah dilanjut ya? Hehehe.

Sebelum turun, gue meninggalkan Diwangka di cockpit dan berjalan menghampiri passenger cabin, kinda just saying hello, to my passenger.

"Hello, sir." ucap gue kepada Mr. Eiffel setelah bercapek capek menerbangkan pesawat untuk dirinya.

"Hensey... Thank you very much for making this flight for me." balas Mr. Eiffel kepada gue, ramah, meski sudah agak mengantuk.

"It's a pleasure, sir."

"Glad that we could make it." balas gue lagi kepada Mr. Eiffel.

Mrs. Eiffel dan Vee yang kelihatannya baru terbangun dari tidur mereka, masih berselimut dan sedang berusaha untuk melepaskan selimutnya.

Ketika melewati kursi mereka, gue melemparkan senyum kecil kemudian berlalu menuju ke lavatory.

Gue mau buang air kecil, heheee, and after that.

"Vannnn." sapa gue agak panjang sama Vania.

"Yes, Pak kapten?" jawabnya sambil agak celingukan.

"Call it off, van, jangan pakai bapakk!" seru gue gemas.

"Oops, aku lupa! heheheh." lalu Vania pun terkekeh ringan.

....

"Hai Alody..." sapa gue agak genit sama si Alody.

"Selamat malam Pak..." jawabnya humble. Gue dalam hati. ~ Gondok setengah mati.

"Ah... Palma aja. Eh, sorry tadi pagi belum lengkap ngobrolnya. But, what should i call you?"

"Alody aja, Palma." jawabnya mantap.

"Okay. Got it."

Aloha... Alody. Hahahahahaha.

Duh, capek betullll. Nah, saran gue... Buat lajang lajang diluar sana... Segeralah cari pacar mugari mugari yang kayak begini... karena nggak pernah sekalipun melihat mereka dibalik seragam pesawat mereka ini nggak membuat gue turn on...

Apalagi kalau seragamnya berwarna merah marun dengan kemeja putih.... plus, kalau ada liontin silver menempel di lehernya. Ih, comfy-looking banget, rasanya ingin cepat cepat gue hardcore deh....

HAAAHAHAHAHA.

Mampus. Konak sekejap kalian semua.

Setelah itu gue masuk lagi ke dalam passenger cabin sambil ngobrol ngobrol ringan lagi bareng Mr. Eiffel beserta keluarganya. Sebagai bagian dari pelayanan maskapai gue, dalam hitungan menit, mereka bakalan dijemput pakai airport driver yang sudah kami booking dari jauh hari.

Gue lihat dari jendela pesawat, diluar hanya gerimis, dan terang sama lampu lampu pesawat kargo yang kayaknya bakal terbang membawa muatan. Dan terlihat diluar sana, sampailah limousin untuk passenger gue ini, diikuti dengan limousine untuk cabin crew yang bakalan mengantar kita semua memasuki internal airport Genoa Cristoforo Colombo.

Seeeekali lagi gue mengucapkan thanks to Mr. Eiffel, dan mengucapkan selamat beristirahat kepada keluarganya, kemudian, setelah semuanya selesai kami bantu bereskan barang barang mereka, gue dan mereka berpisah di luar jet gue. Last word i remember i was saying good night, have a good rest to his family.

....

Alright now. Time to call my fucking mom.

*Tut.....*

*Tut.....*

"Halo..." panggilan gue di jawab, good.

"Beep, beep. This is golden sharon, reporting in. (Robot voice)"

"Hellowww...? Palma, please deh, kamu ini." jawab ibu resah karena dia tidak ingin bercanda..

"Hahahahalooo bu... Mau ngabarin. Palma baru sampai di Genoa nih." jelas gue melaporkan status gue kepada Ibu.

"Thanks god. Okay nak..."

"Are you good?"

"I'm good." jawab gue santai.

"Mr. Eiffel, ada?" tanya Ibu singkat.

"Barusan Mr. Eiffel sudah dijemput sama driver kita."

"Oh okay...."

"Good night bu."

"Loh, kok good night sih nak?"

"Ya kan disini sudah malam bu..."

"Oh iya... Ibu lupa."

"Okay, good night. Love you nak."

"Leuf...."

"Hayo. Tuntaskan."

"Leuf you, bu."

"Nak, maafin Ibu ya untuk kejadian siang hari, beberapa minggu yang lalu itu."

"Iya bu, nggak apa apa. Ah... asyik deh kalogitu."

"But we're not done, Palma. Pulang dari Itali kamu Ibu interview lagi loh yaaa!'

*Click*

*Call Closed*

Gue tutup telpon dari Ibu. It's, personal matter and i don't, necessarily wants a personal matter to be on, after my working hours. Jadi ya intinya gue nggak ingin urusan pribadi kayak begitu di bahas setelah gue baru selesai bekerja, alasan nya? simpel, terlalu rumit untuk dipahami.

Setelah semua yang berada di pesawat gue selesai dibereskan dan dimatikan. Termasuk keluarga Mr. Eiffel yang sudah pergi meninggalkan pesawat. Tibalah saatnya bagi gue dan cabin crew gue untuk naik ke limo yang menjemput kami semua. Setelah gue selesai menutup pintu jet gue. Gue mengatakan, "Diw, duluan aja ke airport nya. Gue ada perlu."

"Loh kok, nggak bareng?" tanya Diwangka heran.

"Ada perlu, gue jalan aja ke airport nya."

"Kok..." tanya nya lagi.

"Gue aman kok, ini pakai payung aja gue."

"Yaudah, hatihati yaa."

"Ok." jawab gue mantap.

Debbie yang sudah duluan masuk kedalam mobil, berseru dari dalam mobil kepada gue yang berada didekatnya, "Pal, ko' lo nggak masuk?"

"Gue ada perlu, deb, duluan aja. Ntar gue check in disebelah kamar elo, text me aja room number berapa."

"Ohh, okay." jawabnya mengerti.

"Bye bye Palma. *Smooch*" Debbie mencium pipi gue.

Diwangka, "Gue juga dong?" ini maksudnya Didiw minta gue cium.

"Gue kulitin lo!" ancam gue kepada Diwangka.

"Hahahahaha." tawanya meledak di saat itu.

And that time, i was walking under the rain. Dengan payung dan mantel hujan, gue meninggalkan pesawat gue, berjalan di sepanjang airstrip, menuju, memasuki airport lobby. Gue ada perlu, dan keperluan itu gue rasa nggak penting penting banget ya kalau dibagiin sama readers disini. Hahahahaha.

Anyway, have a blissful day, fellas.

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang