Fast Lane XXX - Velyandra

373 1 0
                                    

*Now Playing – Fourplay – Elixir*

"And he's moving too fast!" Katanya dengan ekspresi gregetan.

"I don't like it." tambahnya lagi.

"Tiba - tiba, papi ngegep kita pas kita lagi asyik asyiknya kakk."

"Nooo! aku langsung tarik selimutku dan sembunyi di balik selimut." Keluhnya berderet, dan kalimatnya keluar satu per satu.

"And your lover? (Dan cowokmu?)" Tanya gue yang malah jadi ikut ikutan penasaran.

"Aku biarkan."

"Selanjutnya kita berdua di lecture sama papi di living room rumahku."

"Sampai dini hari." katanya lemas.

"Sampai dini hari?" Tanya gue memastikan lagi.

"Iya kak, sampai dini hari." Jawabnya yakin, karena itulah yang dia alami.

"My god... Heheheh." Gue terkekeh menanggapinya.

Gue lumayan jarang menemukan tipe daddy's little girl kayak Velyandra ini. Sekalinya menemukan, gue tidak akan menutup diri untuk bersantai di saat menikmatinya (ngobrol atau apapun itu, maksudnya). Gue lihat pada arloji Voutilainen gue, legacy dari Papa. Pada saat itu, waktu menunjukkan pukul setengah sembilan malam di zona waktu Eropa, melihat ruangan hotel dengan cahaya kuning yang remang - remang ini membuat gue merasa nyaman untuk segera tidur.

Gue meminta Vee untuk berpindah dari pangkuan gue. Kemudian, "Argh." ucap gue tanpa disengaja.

"Kak?" Tanya dia yang hampir bangkit dari sofa tempat dimana dia sedang duduk saat itu.

"It's fine." Jawab gue sambil berjalan gontai, agak lemah, paha kiri gue rupanya pegal banget karena habis didudukin oleh gadis belia genit yang satu ini.

Malam itu gue berjalan ke arah jendela kamar, mengintip keluar sebentar dari balik jendela itu, kemudian mengumpulkan tirainya itu untuk gue buka, demikian juga dengan jendela nya, yang perlahan juga gue tekan dan gue buka, meski tidak lebar dan sepenuhnya terbuka.

Gue cuma ingin menghirup beberapa hembusan angin sejuk di malam hari itu. "Gue lelah," batin gue dalam hati. Tidak ada wine atau pesta heboh. Tidak seru, batin gue lagi, yang masih mencoba mencari - cari dimana ya letak remote control yang bertuliskan 'Turn On' di dalam otak gue.

After that, gue melirik kearah Velyandra yang masih duduk di atas sofa dalam kamar hotel kami itu, and here's some good memory about her. — Gue memandanginya, dalam dan menghanyutkan, ketika dia lagi asyik bermain ponsel di sofat itu, kulitnya yang berwarna sawo matang khas cewek Indo asli, — membuat gue menyeringai sendiri tanpa alasan spesifik sama sekali. Rambutnya yang hitam dan tergerai panjang, bergelombang hingga ke bagian punggungnya, nampak akur dengan warna jubah mandinya. Serta bibirnya yang agak kaku dan berwarna kecoklatan itu. Membuat gue berspekulasi sejenak. Batang hidungnya yang mungil, sepasang matanya yang teduh, alisnya yang cukup tebal, asli tanpa sentuhan eyebrow pencils, memaksa gue yang sedang meng-absen dia, turn on dan ganas dengan sendirinya, karena tidak ingin berlama - lama membiarkan sajian visual seperti ini membeku.

Gue bergerak agak cepat saat mendekati Vee, jubah mandi berwarna biru tua itu emang cocok banget saat menempel di tubuhnya, tetapi kalau itu masih menempel disana selama gue menyalurkan hasrat sexual gue, bisa dipastiin itu anak nggak bakalan horny sama sekali karena tangan gue kehalangan sama tebal nya jubah mandi yang sedang dia pakai itu.

Tetapi sebelumnya... Gue harus mencari titik turn on dia.

►♀◄

5 menit kemudian....

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang