Fast Lane 67 - Pertolongan Anthony

29 3 0
                                    

"Mum, what's the matter," Jeff pun sempat nimbrung diantara perbincangan kami berdua.

"Mommy left the key, sweetheart," jawab Darlene singkat kepada Jeff.

"Should i drive back to your house then take the key?" tanya gue memberikan sebuah solusi.

"No, no, you stay here, i'll do it," jawabnya lagi.

"Oh, alright," angguk gue mantap.

"Twenty minutes, i'll drive fast, jawab Darlene dari balik topi biru nya itu. The freaking Sydney is shining bright, that day.

"No, wait," cegah gue setelah Darlene berjalan menjauhi kami berdua. Gue ada ide lagi kan.

"Lemme' call your husband," jawab gue berdiplomasi.

"Sure, call him," jawab Darlene cepat.

Kemudian gue pun menelfon Jackie, panggilan gue diangkat dengan cepat. "Hello, Jack, you didn't tell Darlene to left the key? we're at your hangar, where r u anyway," omong gue cepat.

"Crap," jawabnya singkat, lalu ada suara sebuah tepukan terdengar di ponsel gue.

"All hail budweiser," canda gue iseng, menyindir hobi seorang Jackie yang suka minum budweiser.

"Don't panic. Call this number, i'll give it to you after the call, and uh, his name is Anthony, he got the spare key,"

"Where are you anyway?" tanya Jackie balik kepada gue.

"I told u, at, the hangar," respon gue.

"Number what?" tanya dia lagi.

"Don't make this complicated, Jack, number twelve!" ketus gue nggak ramah, not funny, Jack. Yang sudah jadi kebiasaan kita semua malah elo tanya tanya lagi. Capek deh....

"Hahahaha, okay, just call his number, let him give my spare key to you," perintah Jack jelas pada gue.

"Aight," gue pun langsung menutup telfon dari dia.

"How's that?" tanya Darlene, agak riang gitu wajahnya.

"Solved in a good way," jawab gue mengkonfirmasi.

"Great, way to go, Jeff, mommy's having a holiday!" teriak Darlene bahagia.

Disitu gue mendadak terbatuk batuk. Jefferson menoleh ke arah gue, tatapan nya sinis banget man.

"Palma, please be aware of this bag," tunjuk Darlene kepada sebuah tas yang sedang di gendong oleh Jefferson, all his goods are in this bag, please don't let Jeff lose control of this bag, all the medication is inside," terang Darlene kepada gue, Jeff punya penyakit aneh, yang kalau dia sampai salah minum obat nya, dia bakal segera tamat.

"Understood, ma'am," jawab gue mengerti atas apa yang disampaikan oleh Darlene kepada gue.

"Jeff, fancy some ice cream before flying?" tanya gue kepada Jefferson.

"No, i'm good, no, i'm not a kid who want ice cream everytime they got sulky," balasnya rewel mendebat penawaran dari gue untuk dia.

"Hahahaha, okay then." sial, hahaha, kepintaran nya nggak berkurang samasekali memang.

"Darl, let's not stand here," ajak gue kepada Darlene dan Jefferson untuk menghindar dari panasnya terik matahari saat itu. Kami kembali berjalan memasuki terminal sepuluh, hangar nomor dua belas, kasihan kandungan nya Darlene yang masih berumur satu bulan waktu itu, gue nggak mau ada Jefferson kedua, soalnya, eh tahu nya, muncul lah Jefferson kedua, sama persis kayak kakak nya. Yah, gue harap tidak persis - persis amat deh, and now, Nelson kecil baru berumur tiga tahun, tahun 2018 ini.

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang