Side Note - Ain't life grand?

11 1 0
                                    

Kedepan nya.. ini mau gue panjangin ya.. (if you know what i mean, manjangin apaan, he he he) sedikit renungan, karena gue juga merupakan orang yang suka merenung, dan apa yang direnungkan, pasti yang baik baik... tapi realita nya selalu terbalik seratus delapan puluh derajat dari apa yang di renungkan, halah, bener bener ironis memang gue ini. — Just info, gue ini sebenernya tipe orang yang cukup opresif ya kalo udah soal gimana enaknya gue ngabisin waktu gue, jadi gue selalu memaksa diri gue untuk bekerja, bekerja, bekerja, sampai capek, sampai juling dan berkeringat, kalau perlu.

Buat dirimu.. ru.. siap siap ya.. terima kasih, karena sudah menaruh hormat terhadap saya, kamu bener, nggak usah banyak bullshit, tinggal cincai aja lah ya... eheheh, eh, geli nggak sih, bahasanya? lama kelamaan saya kayak papimu ya? hahahahahaha.

Oke, lanjut ya.

* * * * *

Baru nanti setelah itu, gue bakal melepas penat yang ada di kepala gue dengan berdiam di sebuah taman, pergi ke hutan, buat sekedar ngedengerin suara burung, atau bisa jadi, cuma melibatkan diri gue ke dalam jenis jenis hiburan yang lainnya... kayak pergi menonton pertunjukkan tari tradisional, sembari ngobrol sama penduduk lokal, pergi ke sebuah tempat buat nonton live music, atau sekedar menyetir mobil saat dini hari sudah tiba, sambil ngedengerin lagu lagunya o'om utha likumahuwa atau candra darusman.

Atau dateng ke tempat tempat yang ada laba laba batu nya..., terlalu girang gara² nonton Anaconda; the hunt for the blood orchids, masih ngerasa itu film keren banget, sammmpek hari ini, luar biasa, enggak nyambung, ya... ? Iya, enggak nyambung..., dasar tolol. See, buat gue, ada kepuasan yang terasa dalammm, dari meliburkan diri dan menghibur diri seperti itu, pokoknya, jadi orang yang asyik sendiri itu nikmat.

Yang jelas, bagi gue, dunia dimana gue bekerja itu amat sangat berbeda jauh dengan dunia liburan dimana gue berlibur, kalau di dunia bekerja, ketika panik gue bisa mulai menekan nomor telpon milik pelayanan pemakaman, dialing straight-up in the air, cuma kalau di dunia berlibur, kalau lagi panik, yang di dial ya nomor ponsel nyokap gue, lalu ngomong, "Bu... tolongin Palma, bisa nggak Bu kirimin orang ke Tenggarong..," lalu Ibu gue menjawab dengan datarnya, "Bisa nggak, kamu atasi sendiri, Ibu lagi sibuk," dilanjut dengan gue yang begging setengah mati, "Bu, gini lho bu, aku nggak sengaja, aku kira dia bukan anak orang penting, Bu.., taunya Bu..,"

Kemudian ibu lanjut ngomong, "Siapalagi sekarang?" potong Ibu kesel, gondok, lebih tepatnya lagi, karena gue selalu melakukan kesalahan yang sama, "Putri orang disini, Bu," jawab gue lagi, tanpa rasa ingin bercanda, samasekali nggak ingin bercanda, gue selalu begitu, giliran masalah menimpa, serius... giliran nggak ada masalah, gue selalu cengengesan dan setiap hal, nantinya, bisa jadi masalah.

Dan mau tidak mau, Ibu harus mengirimkan orang kesini karena gue adalah 'tanggungan' kesayangan dia, gue tekankan sekali lagi, 'tanggungan', ya, or in English, it's called LIABILITY, gue nggak mau disebut putra, nggak pantas bajingan kayak gue ini merepotkan wanita baik - baik kayak nyokap gue, apalagi disebut putra, walaupun tetep sih.., in her mind, i'll always be her little baby, hahahahaha. Ya, dan setelah itu, Ibu ngomong lagi, "Denger ya de.. mau sampe kapanpun, Ibu nggak akan pernah bosen nolongin kamu, tapi tolong kamu ingat, suatu saat nanti, kamu harus siap, kalau Ibu sudah nggak ada, kamu, harus bisa nolong-diri-kamu-sendiri, paham?" ucap Ibu mengucapkan statement nya yang agaknya, umm, yaa... terdengar seperti ultimatum lainnya buat gue.

HAHAHAH, mantap! tiket gratis keluarrrr dari penjara. Ya mungkin, ini khayalan gue aja ya, ya mungkin kalo nggak ada ibu yang nolongin gue, gue bakalan langsung dipenggal sama bokapnya Putri keturunan daerah itu, beheaded straight away, dan mungkin bangkai kepala gue itu akan dikirimkan pakai jasa kurir langsung ke nyokap gue dengan label; womanizer, atau dalam bahasa Indonesia nya; penjahat kel.., sorry, i can't hear you, penjahat kelam.. sorry, louder please...

PENJAHAT KELAMIN!

Oh fuck.... please don't do that to me.

Now, would you Imagine, lo punya anak perempuan, perawan, yang ya... mungkin setahun atau dua tahun lagi sudah bisa dinikahkan, secara baik baik dan penuh kehormatan beserta ritual adat kedaerahan dan tetek (tuh kan, ini aja udah tetek, gimana gue ga horny cobaaa?) bengeknya, tetek bengeknya, lalu out of nowhere, datanglah sesosok gue, dengan gaya yang tidak mencolok sama sekali, ceritanya lagi liburan ke daerah tempat dimana lo dan anak lo itu tinggal... gue memperkenalkan diri... terus lo ngomong, "Wah, anak muda ini tampan sekali..." and for the next, give it two or three weeks, anak perawan lo itu secara diam diam, berjalan gontai ke hadapan elo, kemudian dia mulai menangis, karena mental nya terguncang, karena dia shock, disebabkan karena keperawanan nya baru saja pecah oleh turis biadab yang rupanya adalah anak dari owner perkebunan sawit sebelah yang lumayan tersohor itu, and now, what's up on your mind?

Blackmailing, tepat sekali, pemerasan adalah hal paling pertama yang akan elo lakukan sebagai bokap dari anak lo itu... dan gue dengan senang hati akan merawat anak lo dan memakainya lagi.

DOR!!

Salah satu kontestan besar di ajang kecantikan Putri Ind... itu kalo nggak salah adalah korban dari kebejatan gue, gue nggak mau kasih inisial nya dia, apalagi atribut atribut nya seperti apa, yang jelas ketemunya di sebuah yayasan sosial, do'i lagi ngasih bingkisan buat adek adek orphan di daerah nya dan gue dengan manisnya ikut nimbrung ke yayasan itu karena kebetulan bokap punya agenda CSR dengan lingkungan sekitar perusahaan, yang melibatkan yayasan sosial tersebut masuk kedalam tanggung jawab bagi perusahaan bokap gue. Gue bisa ada disana, lagi ngapain? ya liburan, man, kan itu tadi udah gue bilang.

How lucky i am, i found a peacock, moving swiftly, freely, in the middle of a forest. So that would make me? the hunter, yep, precisely. Mungkin itu kali yaa bahasa kiasan nya buat seorang imoral kayak gue ini, ketika menemukan mangsa yang potensial.

Anyway, perlu diingat, penjahat kelamin kayak gue bisa berada dimana saja, kapan saja, ya namanya juga penjahat, ya pasti beredar dong, kalo nggak beredar bukan penjahat namanya, tapi pe-ma-lu, ini gue nggak bangga loh ya membeberkan pengakuan yang kayak begini, ini adalah forbidden confession milik gue, a freaking confession, dan gue udah berkali kali masuk ke bilik dosa, mencoba untuk menebus, mengaku, dan menghilangkan kecanduan gue ini, sampai² father di rumah tuha a a a, sisanya nggak bisa gue ucapkan karena katanya gue sudah dikutuk dan nantinya akan berdansa bersama lucy (who's that? blessed people knows it) di akhir kehidupan, pengen nangis gue dengernya, kenapa, kok gitu? ya lo pikir lah sekarang, mana ada orang yang mau dikutuk sembarangan... apalagi kalo yang ngutuknya itu, katanya, adalah 'man of all mankind'.

Lord!

Oya, balik lagi, sampai father langganan gue kupingnya panas. — Bertahun - tahun sebelumnya (assuming that it's starting to end in... 2011, tepat setahun setelah Papa wafat), gaya hidup gue selalu seperti itu, even Dewinta tidak bisa berkata apa apa menyoal kebobrokan gue yang macamnya kayak begitu, dia terlalu toleran, dia terlalu baik (kecuali sama Q), jadi tidak ada cambuk didalam hidup gue yang bisa menjadi pil pahit untuk gue dan kelakuan kelakuan gue itu, sampai akhirnya diriiimmmm, eh, nggak usah diterusin deh ya, entar spoiler lagi, ha ha ha ha.

Terus gimana dengan Papa, gimana dengan Ibu, you guys know what, gue adalah anak emas nya Papa, (lalu anak emas nya Ibu... hmm, gue kurang yakin kalo gue anak emas nya Ibu, Ibu lebih seneng berpura pura sayang sama Dewinta daripada sayang beneran sama gue), jadi yaa mau sampai kapanpun akan tetap seperti itu, jadi prestasi di sekolah, di tempat kursus, dan unit - unit kecil bisnis gue, nilainya selalu seratus, enak aja lo sob, lo kira gue bego apa, nakal nakal gini nggak pake pinter, udah di kick-out kali gue sama bokap nyokap kalo gue nakal tapi nggak ada achievement nya samasekali.

Satu hal penting untuk dicatat, gue tidak pernah, enggak mau—bahkan dan jangan sampai terjadi, kalau bisa. Gueee bikin masalah di Rotorua, so my habits in Indonesia, stays in Indonesia, jadi waktu di Glenholme, Cashmere, Ardmore, sorry la yawww, tidak pernah tuh, ada yang namanya student warning letters sampai ke tangan bokap, and this is what makes him soo madly in love with me, tapi kalau di Bandung ya... cincai lah... SP 3 nya kita bakar dulu... paling gue tinggal bawa orang BK nya itu ke mandarin, udah, diem deh itu watchdog zaman jebot. You kira generasi tuwek hasil zaman imperial gitu nggak suka fine dining? besok besok mereka minta gitu lagi ya gue tinggal kirim si axel buat diplomasi. Gam-pang.

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang