Side Note - JT610

5 0 0
                                    

Permisi.. numpang curhat. Kemarin... pas lagi nina boboin sapi kesayangan, (jangan tanya kenapa, hahah, ini buat dimakan lagi nantinya) istri nelfon, singkat aja, dia bilang, "Mas, udah denger kabarnya belum? itu ada kecelakaan pesawat di Jakarta, L Air, passenger nya lumayan banyak katanya."

"Berapa orang?"

"Nggak tau deh, coba kamu cek guardian ato detik." kata dia.

"Okay,"

Tanpa ba bi bu lagi gue langsung pengen nge cek, lari dari barn / kandang gitu ya bahasanya dan langsung masuk ke rumah. Setelah gue liat handphone, ternyata infonya belum lengkap, tapi selintas yang gue tangkep, baru T.O udah lost, penumpang segitu banyaknya... kapal yang mengangkut pun jenisnya itu.. dan gue cuma bisa diem doang, memperhatikan... teman teman di milis udah pada berani spekulasi, pada bilang kalau itu masalah teknis... cuaca, bla bla bla.

Sambil santai, gue terus ngikutin perkembangan nya via streaming cnn dan tv nasional... di sela sela itu, gue jadi ingat sesuatu... gue jadi inget crash nya AF 447... atau yang nggak terlalu heboh kayak AI812.. (to relate bahwa pilotnya dari india ya, jadi inget si prakeesh, haha) airplane crash itu rumit ngejelasin nya, kayak ngadepin cewek lagi PMS, kecuali salah satu kru nya survive, lebih bermimpi lagi kalau pilot nya yang selamat, lebih bermimpi lagi kalau seisi pesawat itu, selamat.

Karena nantinya bisa ditanya tanyain tanpa harus berduka dan mecahin misteri "dimana kotak hitam" dan evac korban korban nya dulu... singkat cerita, semua crash itu ada stimulasi nya... ada yang memang karena salah pilot, pilot failure in making decision whether to override atau manut manut aja sama si komputer itu juga bisa... yang begini biasanya adalah flyman yang pandai berimprovisasi ketika sedang bertugas... instinct yang mengambil alih...

Kalo kita ada di kokpit dan kita mengalami downfalling, terjadinya penurunan cepat, antara berdoa kepada tuhan dan pengen tendang itu monitor yang bunyi bunyi terus adalah tipis bedanya... di sisi lain, A.I bajingan dan sialan itu juga bisa menghipnotis flyman dengan laporan laporan statistiknya yang bersifat konstan dan akurat, karena dibutuhkan, namun, bisa bersifat ngeselin ketika terjadi engine failure.

Kenapa? ngocehnya makin berisik.

Dan juga ada yang pesawat nya rewel dan akhirnya, sekian... tamat maksud gue. Ini yang paling umum... bahkan kayak sohib sohib airliners gue itu hobiiii banget nyalahin manufaktur si pesawatnya, gue hampir pasti ketularan meng insult juga... but hey, it wasn't their fault... mungkin kalau itu salah mereka, nggak mungkin dong mereka berani komersialisasikan unit - unit buatan mereka..

Karena satu jawaban nya... penyebab semua ini ya ituu....

M-a-i-n-t-e-n-a-n-c-e. Maintenance nya gimana? jauh hari gue ngoceh soal MT, berasa nostalgia jadinya, banyak orang geleng geleng disini, geleng gelengnya bukan bahagia, tapi kecewa. Ya intinya kecelakaan yang disebabkan baik karena cuaca, crew, MT, apapun itu... nggak ada orang yang mau, apalagi yang hilang entah kemana... kayak ditelan bumi.

Papa juga mungkin kalau ditanya (sebelum do'i meninggal), "Hey Neal, how do you wanna die? failing to stall over a hill? doing a side to side during blackout?" yang ini kasusnya ATC lagi blackout/mokad, dua buah pesawat atm lagi berseberangan pada lajur yang sama. Atau, "Got lightning?" kejadian dimana aircraft wings dijilat petir... semuanya nggak ada yang mau, mengalami turbulensi kecil saja tidak ada yang mau... bukan karena guncangan nya.. tapi karena kita mengalami ini pada ketinggian 60 ribu kaki, beda cerita kalo naik pesawat di tahun 70an yang masih harus stable di 10 ribu kaki, 100 kaki kalo jatuh aja udah remuk seluruh badan, gimana kalo ribuan? waktu itu ECS belum ada, experience naik pesawat masih kayak naik bis kota, udah panas, turbulensi selalu terjadi.

The point is, teknologi itu ber evolusi... pesawat sekarang hampir jarang mengalami yang begini kecuali dipaksa terus menerus untuk beroperasi. 737 max bisa handle itu meski nggak sebaik pesaingnya...

Mengingat tentang itu, sampai ada istilah lucunya waktu dulu, di tahun tahun lama, tapi ini kasar dan terkesan menyepelekan, Papa pernah ngomong, "Mending naik piper sambil telanjang telanjang daripada naik AB atau boeing yang panasnya nggak beretika."

Juga kalaupun kecelakaan ini terjadi karena cerobohnya prosedur MT, kapal merengek, dan lain lain... untuk selanjutnya mungkin jiwa modern robin hood lo akan mulai muncul, dan disitulah biasanya catatam hitam atas manajemen dari perush aviasi komersial bakalan terbongkar.... (ingat sistem kejar tayang? hahahaha) dan dari situ, silakan dipantau lebih jauh lagi... hehe. Lanjut nanti ah, ini nulisnya buru buru.  

***

Kemarin pas lagi ngobrol ngobrol.., ini yang bisa gue simpulkan... dan ini yang jarang kita (termasuk gue) sadari dan jarang mau kita perhatikan dan mengerti karenanya...

In every new unit itu ada yang namanya resiko resiko awal, dihitung dari jam terbang nya unit tersebut, sesuatu yang baru biasanya membutuhkan waktu untuk beradaptasi, membentuk, sehingga aerodinamisme nya bisa bekerja dalam berbagai macam kondisi. Membutuhkan proses, intinya...

Hal ini dimulai dari edge flaps, ailerons hingga rudder. Semua butuh waktu. Ini bukan mitos, meski kelihatannya semua bisa dicerna pakai logika atau akal sehat kita semua. Sebagian besar dari kita selalu beranggapan bahwa sesuatu yang baru itu biasanya tangguh, kokoh, minim akan error, padahal belum tentu seperti itu.

Analogi lucunya (nggak lucu lucu amat sebetulnya, tapi lanjut aja) seperti begini; ibu berumur 40 tahun, ketika dia memegang seorang bayi, tentu akan berbeda dengan seorang ibu yang baru berumur 20 tahun, tapi sudah harus memegang bayi. Seperti dikagetkan, rasanya, si ibu yang berumur 20 tahun ini pasti melewatkan banyak hal dari sang bayi, karena dia belum belajar, belum berpengalaman.

Hal ini tentu saja jauh berbeda dengan sang ibu yang sudah berumur 40 tahun, ketika dia diminta untuk memegang seorang bayi, entah itu batita, balita, atau bangshat kecil sekalipun, dia akan siap terima, siaga, dan mungkin belajar dari pengalaman nya di saat dia masih berumur 20 tahun, dia tidak akan melewatkan hal hal kecil namun mematikan, yang tentu saja, akan sangat menolong dirinya didalam merawat sang bayi.

Related to this thing, but goes on another case, gue ingin bertanya, sudah berapa lama kah jam terbang dari unit baru itu? dalam unit penerbangan, ada yang namanya baby risk, seharusnya pada saat mengalami error pertamanya, unit 737 max ini tertahan karena harus melalui overhaul kedua atau ketiganya. Tidak dipersilakan untuk take off.

Setiap kecelakaan adalah nostalgia bagi gue, makanya gue jadi inget, dulu pernah bandel, unit baru gue paksa untuk mengudara secara terus menerus, overhaul gue dismiss, tidak menuruti peraturan, per 40 jam pesawat belum masuk hangar untuk maintenance, hasilnya? gue hampir tamat di Ngongotaha, single-piloting dan kayak orang tolol, nangis nangis sama ATC... kira kira segitu dulu pelajaran dari masa lalu..

- H

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang