Fast lane 37 - Cristoforo

50 1 0
                                    

Pagi hari itu di dalam kokpit pesawat....

"Pemutus sirkuit - Diperiksa."

"Tombol ARM daya darurat dan verifikasi kapsul kedua, menyala."

"Panel kontrol audio gue juga udah menyala, diw, punya lo udah menyala?" ucap gue berurutan, bertanya kepada Diwangka.

"Sebentar kapten. Oke, nyala." jawab Diwangka pada gue.

"Catu daya darurat - Checked."

"Penunjuk waktu - Checked."

"Penunjuk waktu yang elo, turn it on, diw." perintah gue lagi kepada Diwangka

"Okay, it's on."

"Kontrol multi fungsi dan unit layar. - Siaga."

"Visual dan instrumen. - Siaga."

"Unit layar satu, menampilkan jumlah dari bensin pesawat. - Checked."

"Bensin sudah penuh kan ya?" tanya gue singkat.

"Ya lo lihat aja, itu penuh apa enggak." tanya Diwangka balik kepada gue.

"Diw, gue cuma re-afirmasi aja, nggak usah sewot."

"Kalau bocor, tuhan menyertai kita. (God be with us)" ucap gue jahil.

"Oh oke oke. Iya, bensin penuh." jawab Diwangka melaporkan jumlah bensin kepada gue.

"What? gue nggak mau mati sekarang."

"Hahahahaha."

"Unit layar tiga, menampilkan informasi radio cadangan. - Siaga."

"Diw, tolong itu matikan daya emergensi."

Kemudian Diwangka kembali menjawab, "Oke."

"Kendali daya tekan kabin." — "Katup pengaliran keluar. - Terbuka."

"Kendali gigi, tolong nyalakan tiga tiganya diw. Kiri, tengah, dan kanan."

"Daya tekan aki rem parkir. - Diperiksa."

Kemudian gue mengayunkan rem parkir beberapa kali hingga gue rasa rem nya itu sampai pada tekanan yang pas, mengusahakannya berada pas di tingkat 1400 psi pada suhu 21 derajat celsius. Dengan variasi 40 psi untuk masing-masing 5 derajat celsius nya.

"Flaps pada tingkat sepuluh. - Diatur." ucap gue lagi.

"Rem darurat. Diatur."

"Indikator tekanan rem. Pada 4000 Psi. - Diatur."

"Jumlah oksigen pada kabin. - Diatur."

"1400 psi."

"Jumlah Bensin..."

"Eh tadi sudah ya?"

"Duh Palma... kurang kurangin lah mikirin cewek kalau udah mau terbang."

"Udah ngobrolnya nanti aja. Ini gue lagi pemeriksaan berulang ulang."

"Whatever..." ucap Diwangka sewot.

Jangan mabok ya guys... *ketawalebar*

Setelah itu, gue kontak ATC yang paling baik hatinya untuk meminta clearance.

Gue mulai berbicara, "Selamat siang. Landasan Soekarno Hatta, disini dengan Golden Sharon lima ratus lima puluh, meminta informasi dan izin untuk untuk berangkat langsung keluar dari landasan Soekarno Hatta, dengan kapten Palma disini." — "Meminta aturan visual penerbangan dari Soekarno Hatta menuju Genoa Cristoforo Colombo."

Kemudian ATC Soetta pun menjawab kontak dari gue, "Selamat siang Golden Sharon lima ratus lima puluh. Mohon meluncur ke landasan pacu Soekarno Hatta dan kembali menghubungi menara ketika anda sudah siap untuk berangkat. Mohon kontak frekuensi113.691331."

"Dimengerti." jawab gue mengkonfirmasi.

"Diw, tolong tune in ke menara Soekarno Hatta frekuensi 113.691331"

Diwangka: "Oke."

Gue: "Halo Soekarno Hatta 113. Disini Golden Sharon lima ratus lima puluh, meminta aturan visual penerbangan."

"Meminta izin untuk lepas landas."

ATC: *memberikan vfr*

Gue: *menerima vfr* (VFR tampil pada layar yang berada di dalam kokpit pesawat)

"Menara Soekarno Hatta 113, disini dengan Golden Sharon lima ratus lima puluh, kami sudah menerima aturan visual penerbangan yang anda berikan. Kami siap untuk berangkat langsung melalui landasan pacu rocket dua puluh satu."

ATC: "Golden Sharon lima ratus lima puluh, anda telah diberikan izin untuk lepas landas. Disetujui langsung untuk segera berangkat."

Gue: "Dimengerti. Bersiap untuk lepas landas."

Ini belum terbang lho...

Sabar ya....

"Window heat on."

"Diw tolong matikan dulu itu autopilot nya." ucap gue pada Diwangka.

"Oke." Jawabnya menuruti perintah gue.

"Engine start."

"Airspeed alive."

*Ini adalah proses dimana turbin kiri dan kanan pada jet menjadi aktif dan menunjukkan percepatan.* (correct me if I'm wrong)

"Power set"

*Pada 60 knot IAS dengan mode kinerja menunjukkan status HOLD dan actual EPR yang cocok dengan target EPR selanjutnya.*

Gue: "Memastikan sekali lagi. Menara Soekarno Hatta, Golden Sharon lima ratus lima puluh bersiap untuk lepas landas menggunakan aturan visual penerbangan yang telah diterima."

ATC: "Golden Sharon lima ratus lima puluh, kecepatan angin berada pada tiga tujuh lima derajat pada dua belas knot. Dipersilahkan untuk lepas landas. Selamat Siang."

Gue: "Selamat siang."

Jet mulai mengebut....

"Power at eighty." ujar intruksi suara dari kecerdasan buatan yang berada di dalam kokpit kami ini.

Laju kecepatan jet semakin cepat...

Dan...

Bertambah.... lalu gue,

*Mendorong pengungkit agar pesawat bisa menanjak lalu kemudian terbang.*

*NNNGGUNGGGG* Ribut.

Iya, kalau takeoff memang ribut.

Kalau naik jet plane, ini bukan fighter jet ya, LOL LMAO. Biasa nya selalu ada suara suara aneh yang terdengar di kokpit pesawat. — Panel panel dan indikator mulai bergerak satu sama lain dan memberikan informasi mengenai kondisi penerbangan yang sedang dilakukan.

"V1"

"Positive Rate." kabar Diwangka kepada gue.

"Mari mengudara." sahut gue dengan percaya diri.

"Golden Sharon lima ratus lima puluh, telah mengudara."

"Flaps up. Berada di ketinggian lima ratus kaki."

"Tolong kontrol diw." pinta gue lagi kepada co-pilot gue, yaitu Diwangka.

"Baik, kapten." sambutnya tegas.

Ketinggian penerbangan meningkat... dan terus meningkat.

"Mematikan landing gear." (Memasukkan roda yang berada di bawah pesawat, biasanya digunakan untuk mendarat.) — "Mengatur altimeter pada dua puluh ribu di atas ketinggian laut."

dan, Memulai pesta....

.

.

.

.

.

Kentang.

HAHAHAHAHA

Doyan Cewek, I Am A Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang