Bab 1

324 9 0
                                    

Halo semuanya..
Apa kabar kalian??
Semoga sehat ya..
Ketemu lagi nih sama aku dengan cerita baru lagi..
Dan yang kemarin entah bakal kaya apa, gak tau 😅😅😅. .
Semoga kalian suka ya sama cerita yang sekarang..

Jangan lupa vote ya🥲
Votenya dikit banget😞
Vote kalian sangat berarti 🥰

Happy Reading 😗

.
.
.
.
.
.

Anya berjalan dengan cepat menuju ruang kesiswaan, dalam hatinya terus mengutuk cowok yang bernama Abian itu.

Ya, dia yakin Abian yang sudah melaporkannya pada guru kesiswaan. Anya benar-benar kesal, Abian selalu saja mencari hal-hal kecil kesalahan Anya. Dan berujung di ruang kesiswaan.

Tok tok..

Anya mengetuk pintu ruangan kesiswaan setelah tiba.
"Masuk.." Ucap seseorang yang ada di dalam yang tak lain Pak Randy sebagai guru kesiswaan.

"Permisi Pak.." Ucap Anya membuka pintu lalu masuk ke dalam.

Hahhh..
Helaan nafas panjang dari Pak Randy terdengar jelas, gadis ini juga sudah yakin beliau pasti sudah bosan berhadapan dengannya.
"Saya sampai tidak bisa mengatakan apa pun lagi.. Entah keberapa kalinya kamu tertulis di buku ini.." Pak Randy memijat keningnya. Mungkin pening.

Anya hanya diam berdiri saja.

"Sudahlah, hukuman hari ini pulang sekolah tolong bersihkan taman samping perpustakaan.. Dan jangan coba-coba melarikan diri.." Lanjut Pak Randy.

"Baik Pak.." Jawab Anya mengangguk lalu pergi dari ruangan itu.
Rasanya sesak dan panas berada didalam sana.
Lagi-lagi dapat hukuman setelah pulang sekolah, jum'at kemarin membereskan perpustakaan sampai dirinya melewati jam makan malam, karena harus menyusun setiap buku nya.

Dan sekarang harus membersihkan taman segala.

"Siall.. Sial.. Siall.. Abian kurang ajar.." Anya mengumpat sambil berjalan kembali ke kelas.

Namun karena memang takdir atau mungkin kesialan Anya, gadis itu harus melihat Abian yang berjalan ke arahnya.

Anya melihat kanan kiri, tidak ada jalan lain untuk menghindari cowok menyebalkan itu. Ada sih satu cara yaitu melompat, tapi maaf Anya masih sayang sama nyawanya.
Ya kali lompat dari lantai tiga, gila aja.

"Bodo amat.. Abaikan aja.." Ucap Anya dalam hati.

Anya memalingkan wajahnya agar tidak bertatapan dengan Abian.
Abian yang sadar dengan keberadaan Anya saat jarak mereka masih jauh, diam -diam memperhatikan tingkah gadis itu.

Mereka berdua pun berpapasan, tapi tidak ada hal lain selain keduanya mengabaikan. Abian melanjutkan jalannya dan Anya langsung berlari dan menuruni tangga.

*pulang sekolah..

Anya menyandarkan kepalanya di atas meja, di dalam kelas sudah mulai sepi karena sudah banyak yang pulang.

Anya masih duduk ditempatnya begitu juga dengan Kala yang menunggu Anya.

"Lo ngapain masih disini?" Tanya Anya pada Kala yang hanya menatapnya saja.

"Nunggu lo lah.. Emang lo gak mau balik?" Jawab Kala yang masih setia duduk di sebelah Anya.

"Lo pulang duluan aja, gue harus nerima hukuman dulu.." Lanjut Anya sambil membereskan bukunya ke dalam tas.

"Hah.. Lo gak bosen apa dapet hukuman terus? Udahlah nyerah aja sama tuh cowok.." Ucap Kala.

"Gila kali gue harus nyerah sama dia.. Ini gue bukan mereka.. Terserah gue mau gimana juga, gue yang ngelakuin.." Jawab Anya sedikit kesal.

"Ya udahlah terserah.. Gue balik duluan.. Byee Anyaa..." Kala berdiri dan memilih meninggalkan Anya.

Cih..
Anya berdecik kesal, memikirkan dirinya yang harus menyerah pada Abian.
Tidak akan, dan tidak sama sekali.

Entahlah semenjak Abian menjadi ketua OSIS banyak sekali peraturan sepele yang bertambah, dan kesalnya orang yang menjadi sasaran pelanggar aturan yaitu Anya.

Contoh, hari ini Anya lupa mengikat rambutnya saja harus di tulis namanya sebagai pelanggar aturan.

Abian menyebalkan...

Dengan malas Anya tetap melangkah menuju taman samping perpustakaan, setelah tiba disana peralatan bersih-bersih sudah tersedia.

Luar biasa sekali Abian menyiapkan ini semua.

Hahhhh...
Anya menghela nafas lalu meletakan tas ranselnya di bangku taman, mengambil sapu lidi dan mulai mengerjakan hukuman nya.

Dari jauh ada seseorang yang memperhatikan, yang tak lain yaitu Abian. Dengan tangan yang menggengam botol minum yang dia beli di kantin untuk Anya.

Namun Abian tidak bisa mendekat.

Anya Oktaviani (SLOW UP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang